Misteri Pemenggalan Kepala, Fakta atau Mitos?

360 32 5
                                    

Misteri Pemenggalan Kepala, Fakta atau Mitos?
Oleh: AndiAR22

Mitos persembahan atau biasa kita sebut tumbal mungkin sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Konon katanya, tumbal ini dilakukan sebagai medium pendamai atau seserahan untuk bangsa Jin atau mahluk halus lainnya. Ada pula yang percaya bahwa tumbal digunakan sebagai pengalihan nasib buruk (tolak bala). Mungkin bagi kita yang hidup di zaman millenial. Tentu tidak semua, tapi sebagian besar sudah tidak terlalu percaya akan yang namanya tumbal atau persembahan. Namun, tumbal ini bukanlah merupakan hanya sekedar mitos atau cerita-cerita yang dibuat oleh orang zaman dahulu.

Tumbal itu memang ada, dan mungkin sampai sekarang masih dilakukan oleh orang-orang Indonesia yang percaya akan mistis. Entah sekarang tumbal berupa hewan atau bahkan manusia. Apalagi jika ada pembangunan, katanya jika tidak dilakukan ritual persembahan maka akan memakan korban.

Untuk tumbal kepala sendiri, sebenarnya ini saya dapatkan ketika masih SD. Mungkin teman-teman di sini juga pernah mengalaminya, sewaktu kecil ada masa-masa tertentu di mana orang tua  melarang anaknya keluar dengan dalih 'Ada pengambil kepala'.

Saat itu pasti kita merasa takut dan membenarkan perkataan orangtua. Mending tidak keluar rumah daripada kepala kita diambil, kan? Namun seiring bertambah usia, saya berpikir bahwa tumbal kepala untuk pembangunan jembatan ini seperti hanya bualan untuk menakuti anak zaman dulu agar tidak keluar rumah. Tapi ternyata pemikiran saya yang menganggap tumbal kepala itu hanya mitos seketika berubah haluan menjadi sebuah Fakta. Saya sedikit bercerita saja yah.

Jadi gini, pada saat saya bertanya kepada teman saya tentang hal mistis yang terjadi di sekitaran kantor. Teman saya tiba-tiba nyeletuk, arwah orang-orang yang dijadikan tumbal atau diambil kepalanya untuk pembangunan jembatan A dan B. Saya kaget dong, eh beneran ada ternyata. Kata teman saya, tumbal kepala itu bukan sekedar cerita. Tapi fakta, karena kakeknya sendirilah yang pernah melihat pemotongan kepala manusia itu.

Jadi katanya dulu di zaman PKI, di daerah tempat tinggal kantor saya ada pusat listrik yang di mana kantornya itu mengalami kebakaran dan di dekat situ kebetulan ada dua jembatan sedang dibangun. Nah jembatan ini sebenarnya sudah pernah berdiri. Namun beberapa kali setiap mobil melewati pasti ambruk. Maka dibangunlah kembali.

Nah tepat saat itu kakek teman saya kebetulan pergi melihat pusat listrik yang terbakar, namun anehnya sesampai di sana tidak ada satu pun orang yang berada di pusat listrik itu. Kejadian itu memang larut malam, namun. Karena kebakaran listrik itu besar seharusnya banyak orang dong yang datang melihatnya. Dan ternyata, ini jebakan.

Jadi siapa pun yang datang ke pusat listrik itu pertama kali, dia akan dikambinghitamkan sebagai pelaku pembakaran. Sehingga tentara PKI bisa menangkap dan menghukum mati orang tersebut yang di mana itu bisa dijadikan sebagai tumbal demi berdiri kokohnya dua jembatan tersebut. Syukurlah, kakek teman saya ini cepat menyadari bahwa ini hanyalah jebakan. Karena zaman dulu masih banyak hutan-hutan. Tidak seperti sekarang yang dipenuhi ruko dan gedung. Maka si kakek ini berlari menuju hutan.

Ia bersembunyi dari kejaran tentara. Karena ia sudah ditetapkan sebagai tersangka. Berhari-hari kakek itu bersembunyi. Hingga anaknya datang menjemputnya. Saat ia berusaha keluar dari hutan, seorang tentara melihatnya. Lagi ia dikejar hingga ke arah jembatan.
Sudah tidak tahu lagi di mana tempat untuk bersembunyi, Tiba-tiba ada sebuah bisikan yang menyuruh sang kakek dan anaknya menguburkan diri di bawah jembatan yang sudah setengah pengerjaan. Tepatnya dilumpur.

Tidak berpikir panjang sang kakek melaksanakan perintah. Ia mengubur dirinya bersama anaknya di tengah malam. Beberapa jam ia menguburkan dirinya. Kakek itu bermaksud ingin bangkit dan melihat situasi. Dan tepat saat itu dari kejauhan. Terlihat beberapa orang menyeret karung besar.

Dengan wajah dilumuri lumpur kakek itu menajamkan penglihatannya dan terlihatlah dari karung itu dikeluarkan manusia. Lalu manusia itu diletakkan di atas batu dan begitu saja dipotong kepalanya menggunakan kapak. Darah yang keluar ditampung lalu disiramkan di sekitaran jembatan dan kepala manusia itu dikubur dan dijadikan sebagai penyangga tiang yang belum terpasang.

Semenjak itu setelah pembangunan jembatan selesai. Jembatan itu benar-benar tidak pernah lagi rubuh seperti dahulu. Begitulah cerita dari temanku. Pokoknya kakeknya itu selamat. Tapi sekarang sudah meninggal
Jadi emang pemotong kepala itu dulu benar-benar ada. Bukan mitos belaka. Sampai sekarang jembatan itu masih kokoh dan sering kulewati meski banjir tapi sama sekali nggak runtuh.

Huwallahualam yah.

Jurusan HMTK The WWGWhere stories live. Discover now