JIKA boleh memilih, maka Taeyong akan memilih untuk menghabiskan waktu di kamar atau tempat yang sepi; menjauh dari keramaian karena ia terlalu malas bergabung bersama yang lain. Tapi tentu saja itu tidak akan pernah terjadi, Ten selalu bisa menarik Taeyong dan memaksanya melakukan segala hal.
Seperti sekarang, Taeyong hanya bisa mengikuti langkah kaki Ten yang berjalan memasuki aula di organisasi Phoenix. Johnny mengenggam tangan kanan Ten, sementara tangan kiri si lelaki mungil mencengkram pergelangan tangan Taeyong; memaksa. Ketiganya masuk, di sambut oleh suara musik yang cukup keras, kerlap-kerlip lampu membuat suasana menjadi semakin kental, seolah mereka sedang berada di salah satu club elit.
"Kau harus bersenang-senang! Lukamu tidak akan sembuh dengan cepat jika kau terus menghabiskan waktu di kamar!" seru Ten pada Taeyong yang hanya bisa memasang wajah datar.
Terserah, Taeyong sama sekali tidak perduli. Ia melepaskan tangan Ten yang mengenggam pergelangan tangan dan berjalan di samping sahabatnya itu. Iris hitam Taeyong menjelajah; menatap ke setiap sudut. Aula terlihat sangat gelap karena hanya di sinari oleh lampu kerlap-kerlip yang tidak begitu jelas.
"Jangan kembali ke kamar!" Ten berseru ketika Taeyong berjalan menjauh darinya, ia menahan ujung kemeja berwarna putih tulang yang di pakai oleh si lelaki bermarga Lee.
Taeyong mendengus. "Tidak, aku haus. Kau bersenang-senang saja bersama Johnny," ia menepis tangan Ten lalu melambaikan tangan. "Dah!"
Oh sungguh, berada di sekitar Ten saat di pesta hanya akan membuat kepala Taeyong menjadi semakin pening! Maksudnya, Ten selalu memaksa dan Taeyong tidak pernah bisa menolak. Jadi lebih baik Taeyong mencari aman dengan menelusuri aula seorang diri.
Lagi pula, tidak mungkin ada yang mau macam-macam dengan Johnny's Angel sepertinya kan? Bila memang ada yang menganggu, maka Taeyong siap untuk mematahkan satu atau dua tulang.
"Oh.." Taeyong berhenti berjalan ketika tubuhnya menabrak tubuh seseorang yang berada di hadapannya, ini salahnya karena Taeyong sedang menatap ke arah lain.
"Johnny's Angel?"
"Kau... Err.."
"Lucas!" seru lelaki tinggi yang baru saja di tabrak oleh Taeyong, senyum lebar menghiasi wajah tampannya, "kau datang, bagaimana dengan temanmu serta atasanmu?"
Taeyong mendongak; menatap Lucas tepat pada wajah. "Mereka juga datang," sebenarnya, lelaki tinggi di hadapannya ini tidak terlalu buruk, Lucas seolah memiliki daya tarik tersendiri, namun sayangㅡTaeyong tidak tertarik. "Kalau begitu, aku pergi."
"Kau tidak ingin bergabung bersamaku?" tanya Lucas sebelum Taeyong benar-benar pergi dari hadapannya.
"Tidak, terimakasih." setelah mengatakan itu Taeyong berjalan menjauh, kali ini ia menatap lurus ke depan, tidak ingin menabrak seseorang yang tidak di kenal.
Sedaritadi Taeyong berusaha mencari meja bar yang ternyata terletak di ujung; dekat arah menuju kamar mandi. Taeyong ingin membasahi tenggorokan dengan cola atau minuman tanpa alkohol lainnya. Mungkin Taeyong akan menghabiskan waktu selama tiga puluh menit di party sebelum memutuskan untuk kembali ke kamar.
Ugh, sebenarnya Taeyong selalu merasa was-was bila sedang berada di kamar karena ia tidur bersama lelaki mesum seperti Jung Jaehyun. Tapi untungnya, akhir-akhir ini Jaehyun tidak menganggu dan tidur tenang di sampingnya.
Taeyong mendudukan diri di kursi bar dan menatap seseorang yang bertugas menjadi bartender. "Oh, Mark, benar?"
Si bartender menatap Taeyong dan mengangguk. "Kupikir Sunbae tidak datang?" untuk yang pertama kali, Mark mencoba menunjukan sopan santunnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Call Me Angel《Jaeyong》✔
Fanfiction[Romance] [Mature] [Crime] ❝Don't call me Angel, you can't pay my price.❞ •BXB || YAOI || GAY || HOMO •Jaehyun x Taeyong •Don't read if u don't like bitches.