Tempat Tujuan

37K 2.9K 168
                                    

Hujan menyambut kala Retno dan Wawan memasuki desa Pagar Mentimun. Bukan hal aneh di daerah Ketapang perubahan cuaca yang mendadak seperti ini, tetapi tetap saja mengganjal di hati mereka apalagi baru mengalami peristiwa yang juga aneh sebelumnya.

Retno mengarahkan motor ke tepi jalan sebelah kanan, ke arah warung yang memang banyak di sepanjang jalan desa Pagar Mentimun, tepat menghadap pantai.

"Tiba-tiba sekali hujannya," keluh Wawan saat berteduh.

"Tunggu sebentar!"

Retno masuk ke dalam warung, menghampiri seorang pria pemilik warung tersebut.

"Permisi, Bang, boleh nanya?"

Pria tersebut menoleh dan memperhatikan Retno sekilas. "Nanya apa?" responnya dengan wajah datar.

"Rumahnya Santi di mana, ya?"

Pria tersebut meletakkan kembali gelas kaca yang baru dia ambil. Wajahnya yang memang sudah datar dari awal, tambah terlihat enggan menanggapi pertanyaan Retno, bahkan enggan melihat wajah Retno sekarang.

Dia beranjak mematikan kompor gas yang sedang memasak air di panci. Mengunci laci meja yang berisi uang, lantas keluar warung dan masuk ke dalam rumah yang ada di samping toko, kemudian menutup pintu, meninggalkan Retno tanpa sepatah kata pun.

"Ada apa, Ret? Kok, dia malah masuk ke rumah?" tanya Wawan yang sudah berada di belakang Retno.

"Aku juga gak paham, Wan."

Wawan melihat ke arah pengunjung warung. "Coba tanya mereka, Ret, sepertinya penduduk sini."

Retno mengikuti arah tatapan Wawan. Ada sekumpulan pemuda yang sedang menikmati kopi dan menyantap mie instan. Dilihat dari kopi yang masih mengepulkan uap, sepertinya mereka belum lama berada di warung ini.

"Permisi, boleh numpang tanya?"

Para pemuda menatap Retno, lantas di antara mereka ada yang saling berbisik sambil melirik ke arah warung di mana Retno diabaikan oleh pemilik warung tadi.

Di luar perkiraan, para pemuda tersebut serentak berdiri, meninggalkan uang pembayaran di atas meja, lantas berlalu keluar warung, menerobos hujan lebat begitu saja dan pergi dengan beberapa buah motor RX King mereka.

Retno tertawa. "Ada apa dengan mereka?"

"Berhasil?" tanya Wawan yang baru menyusul Retno.

"Kau lihat sendiri, kan?"

Retno duduk di kursi yang sebelumnya para pemuda tadi duduki.

"Lalu bagaimana, Ret? Kita tidak tahu rumahnya, warga desa pun ... seperti enggan membicarakannya."

Hujan semakin lebat, seakan tak memberi ruang untuk mereka pergi dan mencari informasi ke tempat lain.

Retno menghela napas panjang, menatap jauh ke arah laut yang bergelombang, membawa pikirannya melayang-layang ke peristiwa yang pernah terjadi di tempat dia riset sebelum-sebelumnya.

Memang sudah banyak hal yang terjadi, termasuk halangan demi halangan di setiap langkah pencarian mereka, tetapi baru kali ini dia dihadapkan dengan warga desa yang tidak kooperatif seperti ini.

"Ret, ada nenek-nenek di meja ujung, mau ditanya lagi?" tanya Wawan menyadarkan lamunanya.

Retno melihat ke arah meja paling ujung, ada seorang wanita tua yang duduk sambil menatap laut, tak ada minuman atau makanan di mejanya, sepertinya dia hanya berteduh.

"Baiklah," gumam Retno lantas membuang napas.

Meski ragu akan mendapatkan perlakuan berbeda, Retno harus mencoba agar perjalanan mereka tidak berakhir sia-sia.

DESA SETANМесто, где живут истории. Откройте их для себя