Persiapan

21.7K 1.8K 84
                                    

"Argh ... sial!" gerutu Wawan merasakan sakit di tangannya. Akhirnya dia tersadar setelah sebelumnya kehilangan diri beberapa saat.

Diedarkannya pandangan ke sekitar.

"Pak Sugeng! Pak Abduh!" panggilnya saat melihat sosok kedua orang tersebut, yang juga terikat di sebuah tiang besi di dalam perkebunan sawit, sama sepertinya, tetapi mereka tak menjawab.

Suara tawa terdengar kemudian. "Sudah sadar teman?"

Mata Wawan membeliak melihat sosok yang tengah berbicara.

"Kau bukan Retno! Tunjukkan wujud aslimu!" serunya dengan dada bergemuruh, membayangkan nasib sahabatnya yang dia tinggalkan di Padang 12, karena sosok palsu di hadapannya itu.

Setan yang menyerupai Retno tertawa mendengar ucapan Wawan, lantas menampakkan wujud aslinya, karena tujuannya menyerupai Retno telah selesai.

"Sekarang kau puas?" tanya setan bertubuh jangkung tersebut.

"D-d-di mana, Retno?"

"Dia? Dia ... sudah mati di dalam hutan!"

"BOHONG!" teriak Wawan sekuat tenaga.

Si setan membungkung, wajahnya yang hancur dan penuh nanah itu kini tepat di depan wajah Wawan.

"Kau tidak percaya? Lantas untuk apa kau bertanya?"

Wawan tersadar, memang tak ada guna bertanya kepada setan, karena ucapan mereka sama sekali tak bisa dipercaya.

"Lalu siapa kau?" tanya Wawan lagi, dengan wajah memaling ke kanan, dia tak tahan melihat dan mencium bau menyengat dari wajah si setan.

"Aku? Aku dikenal dengan banyak nama, tapi moyangku adalah Masuth atau dikenal juga dengan Al-Sauth, setan yang bertugas menyebar berita bohong, dan juga membantu para dukun dalam bekerja!" serunya dengan penuh rasa sombong.

Wawan tertawa. "Kau memang setan sejati! Hal buruk seperti itu pun kau menyombongkannya!"

"DIAM!"

Telinga Wawan berdenging, hidungnya mengeluarkan darah karena teriakan si setan.

"A-apa itu barusan?" gumam Wawan dengan darah merembes ke mulut.

"Mungkin kaummu memang yang terbaik di mata-Nya, tetapi bagi kami kalian begitu rendah dan hina! Kalian juga amat lemah, jadi jangan meremehkan kami!"

Karena berhadapan dengan sangat dekat, Wawan tak mampu menahan mulutnya untuk memuntahkan segala isi perut.

"Maaf ... aku tak tahan dengan bau busukmu!" seru Wawan sambil cengengesan.

Amarah si setan meledak, mendapati perlakuan Wawan yang merendahkannya. Dia berdiri dengan tegak kini, mengangkat kaki kanan hendak menginjak Wawan hingga lumat.

"Hentikan, Baluth!" seru Abyad, setan yang menguasai tubuh Mansor.

Setan bernama Baluth terlihat takut dan menghentikan niatnya. "Baik, Tuan!" serunya kemudian berlutut di hadapan Abyad.

Abyad menatapnya dengan sebuah senyuman di bibir. "Jangan gegabah, jangan sampai persiapan kita rusak karena amarahmu!"

"Baik, Tuan!" Baluth menundukkan kepalanya kini.

Wawan yang belum tahu siapa sebenarnya di dalam tubuh pria paruh baya tersebut, terpana melihat situasi di hadapannya. Kenapa setan tersebut tunduk dan takut kepadanya? Begitulah yang Wawan pikirkan.

"Sudah bangun?" tanya Abyad, dia sudah berada di dekat Wawan kini.

Wawan terbatuk karena bau tubuh Abyad yang tak kalah menyengat dengan bau Baluth.

DESA SETANWhere stories live. Discover now