Firasat

21.4K 1.9K 90
                                    

Baru saja rasanya Retno berlarian di dalam hutan penuh pepohonan demi hidupnya, kini harus terulang lagi, tetapi demi hidup sahabatnya dan juga warga desa.

Gelap dan hujan, perpaduan yang sebenarnya sangat dibenci oleh mata minus Retno, hal yang sangat dia hindari jika bisa, dan saat ini matanya terfokus ke sosok mereka yang berlari di hadapan sebagai petunjuk arah, terlihat seperti hanya sekelebat bayangan.

Apa sejauh ini? Bukankah kata Santi ini jalan pintas? Pikir Retno saat ini.

Retno berhenti, dia baru menyadari keanehan yang terjadi. "Tunggu! Berhenti sebentar!"

"Ada apa?"

Retno mengeluarkan ponsel yang baterainya sudah sekarat, menyalakan lampu senter dan menyorot ke arah yang membuatnya curiga.

"Lihat! Kita sudah melewatinya sebelumnya, kan?" tanya Retno sambil menunjuk ke arah papan yang berada di tepi jalan, tetapi tak mendapat respon. "Kenapa kalian diam saja?"

Retno terlihat gusar saat menyorot kembali ke arah rombongan yang ada di depannya.

"A-ada apa ini? Ke mana mereka?" gumamnya mendapati tak ada siapa pun di hadapannya.

Retno lantas menyorot ke sekeliling dengan saksama, tak ada satu pun dari mereka yang terlihat.

Hujan semakin lebat, tubuhnya mulai menggigil, tetapi dia masih tak bergerak, tak tahu harus bergerak ke mana sesungguhnya.

"Retno ...."

"Wawan?" Retno mengenali suara tersebut. "Kau di mana, Wan?" Retno bergerak menyorot ke arah pepohonan.

"Retno ...."

Retno berlari menghampiri arah suara Wawan, tapi tak dia temukan juga.

"KAU DI MANA, WAN? BERI PETUNJUK!" Retno terbatuk-batuk karena berteriak sekuat tenaga.

"Aku di belakangmu!" seru suara Wawan.

Retno membalik badan, dan langsung terjungkal ke belakang melihat sosok yang disorot cahaya senter dari ponselnya.

"Retno ...," panggil sosok berwajah bonyok dibalut kain kafan yang sudah terlihat kumal.

"S-siapa, kau? Ke mana Wawan?" Retno menyeret badannya ke belakang, dengan senter tetap menyorot ke arah sosok tersebut.

Pupil sosok di hadapannya berwarna merah, mengarah tepat ke arah Retno.

"Retno ...," panggilnya lagi, masih dengan suara Wawan.

"SIAPA KAU? KENAPA MENIRU SUARA SAHABATKU?"

Sosok tersebut melayang semakin mendekat ke arahnya.

Aroma busuk bercampur bau kemenyan menyusup ke rongga hidung Retno, membuatnya menutup hidung dengan lengan kiri.

Retno terus bergerak ke belakang, dan tanpa sadar membentur pohon sawit di belakangnya, dia terpojok.

Retno mencoba berdiri dengan bertopang ke pohon sawit.

"Retno ...," panggilnya lagi sambil tertawa, kini dia sudah berada tepat di hadapan Retno.

"S-siapa ... kau? Dan di mana sahabatku yang kau tiru suaranya?"

"Sahabatmu? Dia ... akan mati segera!"

"TIDAK! TIDAK MUNGKIN!"

"Percuma kau mencarinya, dia akan mati!" ejeknya lagi.

Tanpa sadar Retno melayangkan pukulan ke arah si sosok dengan tangan kiri, tetapi sosok tersebut lenyap dari pandangannya seketika.

"KE MANA KAU? KELUARLAH!" tantang Retno.

DESA SETANWhere stories live. Discover now