00

352K 30.2K 23K
                                    

"Tuan... tuan, k-kenapa... anda tidak menyelamatkan saya?"

"Ju Haknyeon!!" 

"Tuan... selamatkan saya..." 

"Ju Haknyeon pegang tanganku!!!" 

...

"Jaemin-ah." 

"Hah?!" 

"Jaemin-ah, ini bunda." 

"A-apa yang..."

"Jaemin..." 

"AAARGGHHH!!!"

"Hahh!"

Kening dan pelipisnya banjir keringat. Pria itu baru saja terbangun dengan dada berdebar, dia terduduk di atas kasur, dengan tangan yang kemudian mengusap peluh-peluh tersebut. 

Ah, sungguh sial. Mimpi buruk itu lagi. 

Pria itu, Profesor Na Jaemin, memijat tengkuknya yang terasa kaku, lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Memindai seluruh ruangan luas nan mewah tersebut, dimana hanya ada ia seorang diri. 

Menoleh ke samping, rupanya istrinya belum juga kembali ke kamar. Profesor itu mengusap rambutnya ke belakang, lalu memilih untuk turun dari ranjang dan berjalan keluar sembari mengencangkan tali bathrobe suteranya. 

Ngomong-ngomong ini bukan pertama kalinya Jaemin bermimpi buruk, dia memang berharap bisa memimpikan orang-orang yang telah meninggalkannya.

Tapi tidak dengan cara seperti ini.

Itu menyeramkan, dan–

"Bun...da?" 

Kening pria itu mengernyit, masih mengurut pangkal hidungnya. 

Ada seorang sosok wanita dalam mimpinya, wajahnya tak bisa ia ingat dengan jelas. Hanya saja... entah mengapa Jaemin merasa begitu familiar dan tak asing. Bunda katanya?

Tidak, Jaemin memanggil ibu kandungnya sendiri dengan sebutan ibu. Jadi itu jelas bukan wanita yang telah melahirkannya.

Menggelengkan kepala, pria itu kemudian menuruni tangga menuju lantai bawah. Memiliki rumah sebesar ini terkadang merepotkan, dia harus menempuh waktu 5 menit untuk pergi ke kamar putra semata wayangnya di lantai satu. Ya ampun. 

Istrinya pasti ada disana, terakhir Jeha berkata ingin menemani putranya belajar. Tapi sampai jam 3 pagi pun, istrinya tak kunjung kembali. 

Jangan-jangan ketiduran? 

Pintu kamar itu tak sepenuhnya tertutup, ada sedikit celah, membuat Jaemin bisa melihat ke dalam ruangan dengan penerangan temaram tersebut. Dia mendorongnya pelan, sama sekali tak menimbulkan suara. 

Lalu pemandangan pertama yang dia tangkap adalah seorang wanita yang tertidur di atas king size, dengan selimut tebal yang menutupi hingga sebatas dada. Netra Jaemin bergulir, kearah sumber cahaya redup di sisi kamar. 

"Belum tidur?" Suaranya yang parau - efek bangun tidur - mengalun, membuat seorang anak yang fokus di depan meja belajanya tersentak kecil. 

Anak laki-laki yang mengenakan piyama biru gelap itu memutar kursi, menatap Sang ayah yang berdiri menjulang di ambang pintu. 

"Bunda sampai tertidur," ujar Jaemin lagi. 

Anak laki-laki itu hanya diam selama beberapa saat, sampai akhirnya ayahnya pun memilih untuk menghampirinya, duduk di sisi ranjang. 

"Sedang apa?" Sang kepala keluarga kembali melempar pertanyaan, melirik ke arah belakang putranya, "penelitian lagi? Berarti tugas dari sekolah sudah selesai?" 

"Em, iya. Maaf, itu–"

"Na Jeno." 

Mendengar ayahnya yang memotong kalimatnya dengan cepat, anak laki-laki berusia 8 tahun itu terdiam. 

"Masih mau bersikeras membuat mesin waktu?" 

"Kenapa ayah berkata seolah itu hal yang mustahil?" Intonasi nada bicara Jeno berubah, anak itu mengerutkan keningnya samar. 

"Bukan mustahil, ayah bahkan pernah menjelajahi masa lalu dengan bundamu," Si Profesor menarik satu sisi bibirnya, tertawa kecil tanpa suara.

"Itu jiwa yang dihubungkan dengan ingatan masa lalu," sahut Jeno cepat, "aku benar-benar ingin menjelajahi masa lalu, bertemu dengan orang-orang terdahulu dan–"

"Jangan gila, anakku."

"Ayah," Jeno lagi-lagi menyahut kata-kata Jaemin, "apa ayah tidak ingat apa yang telah ayah lakukan di masa lalu?" 

Pandangan Na Jeno di tengah penerangan yang temaram tersebut, terlihat begitu jelas. Sang Profesor bisa melihat mata itu berkilat, sorot mata legam yang polos namun begitu dalam dan jernih. 

Kening pria itu kelamaan mengernyit, merasa bertanya-tanya mengapa putranya melihatnya dengan pandangan menuntut seperti itu.






After WITH J : hereditary




Note :

Semua watak, karakter, maupun sifat semua tokoh dalam cerita ini sama sekali tidak berhubungan dengan kehidupan idol di dunia nyata. Jadi dihimbau kepada seluruh pembaca sekalian untuk tetap bisa membedakan cerita dan realita idol maupun aktor.

Terima kasih~

[✔] 4. After WITH J : hereditaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang