24.1 For Love's Sake

199K 23.8K 74.5K
                                    

"Kau tidak pernah tahu betapa berartinya dirimu untukku, hingga aku menghilang dan kau terlambat menyadarinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau tidak pernah tahu betapa berartinya dirimu untukku, hingga aku menghilang dan kau terlambat menyadarinya."


[play the song above]


Happy Reading


Kang Daniel masih berdiri tanpa ekspresi di ambang pintu. Dari jarak ini, dia bisa melihat dengan jelas sekali, tubuh kecil yang bersujud di depan nisan itu gemetaran. Dia sudah terlalu sering menasehati Na Jeno, bahkan menakuti-nakutinya— mengatakan bahwa anak itu bisa mati jika hujan-hujanan di bawah salju. 

Sebenarnya itu bukan hanya omong kosong, Na Jeno bisa mengalami hipotermia akut dan membahayakan nyawanya saat itu juga. 

Menghela napas sekali lagi, Daniel melirik sebuah bunga yang entah apa namanya, berwarna putih bersih, mirip bakung. Tumbuh di dalam vas besar, di samping dinding. Mungkin Na Goongmin yang merawatnya. 

Tanpa berpikir dua kali, Daniel mencabut setangkai bunga tersebut dan berjalan keluar rumah. Menghampiri Na Jeno yang masih bersujud. 

Lalu ketika Kang Daniel menurunkan kedua lututnya, Na Jeno terbangun, sadar ada seseorang yang menjajarinya. Anak itu sempat membuang muka, menggosok ujung hidungnya yang memerah karena dingin. 

Daniel meletakkan bunga bakung hasil curiannya tepat di depan nisan, bertuliskan 'Na Jeha' dengan huruf hangul. 

"Abis ini ayo masuk," ujar Daniel, tanpa nada. 

Na Jeno diam, namun terlihat sekali ekspresinya bahwa dia tak akan menuruti perkataan Daniel barusan. 

"Nggak usah nyari alasan," sambung pria yang lebih tua lagi, "setelah kehilangan istrinya, Profesor Na bakal gila beneran kalau sampai dia juga kehilangan anaknya." 

Anak laki-laki itu masih tak menjawab, tatapan kosongnya terlihat lebih redup. Mata yang bercerita tentang kesakitan dan kehilangannya. "Dia bilang... tidak akan terluka, dia sudah berjanji untuk tidak terluka."

Suara yang parau itu membuat Daniel menolehkan kepalanya, dia pun tak bisa berbuat banyak selain mengusap punggung sempit Jeno kecil dengan tangan kekarnya. 

Lalu dia lihat dari samping, anak itu meneteskan air mata. "Dokter Kang, apakah ibuku memang orang yang seperti itu?" Suaranya nyaris putus-putus, terdengar sumbang karena diiringi tangisan, "apakah dia orang yang selalu membawanya bebannya sendirian di balik sifat bodoh dan cerobohnya itu?" 

Tangisan anak itu tak bisa dibendung lagi, meski dia tak terisak dan terlihat kosong, air matanya terus berderai seperti hujan. 

Kang Daniel hanya tersenyum tipis dengan pedih, "baru tau, ya?" 

[✔] 4. After WITH J : hereditaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang