23.3 Cherry Blossom After Winter

191K 23.1K 69.2K
                                    

"Maafkan aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maafkan aku..."
—Na Jaemin


[don't forget to play the song above]


Happy Reading


Seoul, 2069.

Hari itu bersalju. 

Semua orang tak tahu berapa lama mereka pergi dari tahun asli, sekarang tumpukan salju sudah lumayan tebal, membuat semuanya menjadi serba putih. 

Salju yang putih, bercampur darah, terlihat kontras dan menusuk indra penglihatan mereka. 

Orang-orang baru saja sampai, napas mereka memburu. Masing-masing gemetaran, terkejut karena mereka ditarik kembali tanpa persiapan. 

Terutama Na Jeno—

Dan juga Na Jaemin. 

Anak laki-laki itu hanya berdiri kaku, dia membelakangi semua orang. Sepasang mata nanarnya yang penuh air mata, menatap kosong ke depan. Ke hamparan salju putih yang memenuhi halaman rumah. 

Mereka berada di di rumah Na Goongmin kala itu, dan Sang Tuan rumah rupanya sudah berada di sana. Berdiri bersama Kim Doyoung yang kedua tangannya terikat ke belakang, dan mulut yang disumpal kain hitam, memandang tajam ke arah orang-orang yang sudah kembali. 

Jeon Heejin dan Moon Taeil juga ada di sana, menunggu bersama Ella dan Kim Gyuri. 

"Jaemin."

Na Goongmin yang melihat kondisi anaknya, langsung menangkap tubuh Jaemin yang terhuyung dan jatuh ke depan. Pria itu masih sadarkan diri, namun Goongmin melihat bahwa Jaemin terlihat kosong. 

"Jaemin, ada ap—" kalimatnya terhenti ketika dia sadar akan sesuatu, lalu memandang ke sekeliling, "dimana menantuku?" 

Tak ada siapapun yang berani menjawab. Semua orang hanya menatap dengan wajah pilu dan mata yang sendu. Selaras dengan dinginnya salju, membungkam lidah yang kelu. Menunduk. 

"Nak, dimana... istrimu?" Kali ini dia bertanya pada Na Jaemin yang masih berekspresi kosong, namun lama kelamaan pandangan Sang Presdir bergetar. 

Tanpa respon, hanya dengan reaksi yang berarti, Na Goongmin sudah berhasil menangkap apa yang telah terjadi. Melalui sorot mata putra semata wayangnya yang hampa—

Sebuah penyesalan.

Na Goongmin menghembuskan napas panjang, memeluk tubuh anak laki-lakinya yang jatuh dengan pasrah. Lalu membisikkan beberapa utas kata, "kenapa... kamu tak memercayainya?" 

Na Jeno yang hanya bisa berdiri kaku, mengepalkan kedua tangan. Dia tak mampu lagi menahan air mata. Persetan dengan gengsi dan citranya. Kedua lututnya yang sejak tadi gemetaran pun terjatuh di atas tumpukan salju, lalu dia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Menangis sejadi-jadinya. 

[✔] 4. After WITH J : hereditaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang