2. Singing In The Moonlight

278K 25.8K 82K
                                    

"Maukah kau mencintaiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maukah kau mencintaiku... hingga akhir?"
- Na Jaemin


Happy Reading



"Na Jeno, ini..." 

Anak laki-laki yang disebutkan namanya itu memicingkan mata, memandang dengan penuh rendah pada seorang anak perempuan yang lebih pendek darinya, menyodorkan toples bening yang berisi potongan-potongan kukis dengan bentuk lucu. 

"I-ini dibuat secara manual, mama yang ajari–"

"Singkirkan sampah ini dari hadapanku." 

Anak perempuan yang sejak tadi wajahnya memerah itu langsung mengangkat kepalanya mendapat respon dingin tersebut. Dia lihat, ekspresi tak suka Na Jeno serasa menusuk ke ulu hati. 

"Jeno," peringat Leo yang berdiri di belakang dengan suara yang cukup pelan. 

"Minggir," Jeno masih dingin dan menusuk, seperti sebelumnya.

"T-tapi ini buat k-kamu... terima dulu," suara yang semakin memelan itu sepertinya membuat Jeno semakin muak. 

"Kau dari kelas berapa?" Tanyanya dengan nada tak berubah. 

"Em... e-enam." 

Tak lama setelah mendengar itu, wajah datar Jeno kecil berubah sarkas, "dengan strata serendah itu berani sekali menampakkan diri di depanku?" 

"Jeno, ku bilang berhenti."

Kim Leo yang tak tahan dengan kalimat-kalimat kejam nan dingin dari temannya itu, menarik tangan Jeno. Meski dia tahu Na Jeno tidak akan mendengarkan apalagi menuruti kata-katanya, yang bisa Leo lakukan hanya menghela pasrah. 

"Heuu... jangan ditolak dong, kayanya itu enak," sahut Ryo yang memerhatikan sejak tadi. 

"M-maaf..." anak perempuan itu pun menundukkan kepala, terlihat seperti ingin menangis, malah membuat Leo yang semakin bersalah. Sampai akhirnya anak perempuan itu memundurkan tubuhnya, memberi jalan pada keempat laki-laki tersebut. 

Na Jeno berjalan lebih dulu, benar-benar tidak mau memandang anak perempuan dari tingkat enam tersebut. Dia hanya terus memandang ke depan, dengan diikuti Leo yang kini menjajari langkahnya. Sementara Ryo masih terlihat memandangi toples kukis di tangan anak perempuan tadi dengan wajah cemberut. 

"Cih, Na Jeno harusnya terima aja! Kalau nggak mau kan tinggal kasih aku! Itu enak tau kayanya!" Si blasteran Jepang - Tiongkok itu mengomel, bibirnya mencebik berkali-kali, memandang Jeno yang lebih tinggi dengan kesal. 

"We can buy it later," Sean yang mencoba menengahi, menepuk pundak Ryo. 

"Tanganku tidak bisa memegang barang murahan, jangan bercanda," acuh Jeno. 

[✔] 4. After WITH J : hereditaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang