Kapitel 2.4

14.1K 851 7
                                    

Aku masuk ke dalam bilik yang di dalamnya terdapat pasien yang baru saja di antar tadi.

"Udah diperiksa?" tanyaku kepada Julian yang sedang menggunting baju pria itu agar dapat terbuka dengan cepat.

Aku melihat memar yang terdapat pada sisi kiri dan kanan perutnya dan menekannya dengan perlahan.

"Gue rasa ada benturan yang cukup keras pada bagian perutnya" ucap Julian.

"Ini...Trauma Abdomen¹" balasku.

"Trauma Abdomen?"

"Siapkan ruang operasi, kita perlu melakukan Laparotomi²" ucapku pada Julian dan dua dokter lainnya yang ada di sampingku.

"Lo yakin ini Trauma Abdomen? Lo ga mau memastikannya lagi dengan CT Scan?"

"Ga ada waktu" balasku sambil berjalan keluar dari ruang UGD dan mempersiapkan diriku untuk melakukan operasi.

"Tunggu, kita bakal langsung lakuin tindakan?" tanya Julian kepada Wira yang kebetulan juga berada pada ruang tersebut.

"Percaya aja sama Hanna, dia salah satu dokter handal di rumah sakit kita. Panggilannya Ms.Right, karena dia ga pernah salah"

Wira menepuk pundak Julian sebelum berlari meninggalkannya dan menyusul Hanna untuk mempersiapkan dirinya.

"This is crazy" ucap Julian sebelum akhirnya ikut berlari mempersiapkan dirinya.

Aku mencuci tanganku pada scrub station³ yang tersedia dan mengangkat tanganku untuk membiarkan air yang ada pada tanganku mengalir.

"Operasi pertama kita di sini, right?" tanya Wira yang juga sedang mengangkat kedua tangannya sepertiku.

Aku tersenyum dibalik masker yang menutupi hidung dan mulutku. Kami sama-sama berjalan masuk ke dalam ruang operasi dan memulai operasi pada sore itu.

"Scalpel⁴"

Wira memberiku sebuah scalpel yang kemudian ku gunakan untuk membuka bagian perut pasien. Setelah melihat lemak preperitoneal, aku mengangkat lapisan peritoneum menggunakan forsep dengan perlahan agar tidak melukai organ lainnya. Setelah beberapa jam, operasi pun telah selesai dilakukan dengan aman.

"Untuk saat ini, tolong bawa pasien ke ruang ICU dan kabari saya jika ada yang terjadi" ucapku pada seorang perawat yang mengikuti operasi tadi.

Setelah berjalan keluar dari ruang operasi, aku melepas pakaian yang ku gunakan saat operasi tadi dan menggantinya dengan jas dokterku. Di luar sudah gelap tapi, Medic Center masih dipenuhi oleh pasien yang terus berdatangan.

"Dude, you are crazy. But cool at the same time" ucap Julian yang baru saja keluar dari ruang ICU setelah mengantar pasien tadi.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman sambil memegang leherku yang terasa sedikit pegal.

"Lo keluar aja untuk cari udara sebentar, lo udah ada di sini sejak pagi tadi"

"Kalau gitu, gue keluar sebentar ya"

"Sure, go ahead" ucap Julian.

Sambil mencari udara segar, aku memutuskan untuk mengunjungi tenda Alvaro untuk memeriksa keadaan pria kecil yang sejak kemarin berada di tenda tersebut.

"Oh, there you are!" ucapnya saat aku baru saja masuk ke dalam tenda Alvaro.

"Hi little guy, how do you feel right now?" tanyaku sambil memegang dahinya.

"Good" balasnya sambil tersenyum lebar.

Ia lanjut memainkan beberapa mainan yang ada di hadapannya. Aku mengangkat salah satu mainan tersebut dan melihat label yang terdapat pada bagian bawahnya.

Property of Alva

Aku hanya tersenyum tipis saat membaca tulisan tersebut. Dibalik sifat dinginnya, pria itu memang sebenarnya terlihat seperti anak kecil yang masih memerlukan pelukan  orang tuanya.

Setelah memastikan kondisi anak tersebut baik-baik saja, aku pun memutuskan untuk kembali ke Medic Center

Aku membuka pintu Medic Center yang mengarahkanku masuk melalui UGD. Suasana tegang sedang menyelimuti ruangan tersebut.

"Rin, ini ada apa sih? Kok keliatannya tegang semua?" tanyaku kepada Orin yang kebetulan sedang berdiri di dekat counter.

"Itu kak, ada cowo yang marah karena ayahnya masih belum bangun juga dan tiba-tiba dia masuk terus keluarin pistol di dalam ruang ICU" ucap Orin dengan panik.

Dengan cepat aku berlari masuk ke dalam ruang ICU.

"I'm the one who operated on him

Pria tersebut mengarahkan pistolnya kepadaku, spontan aku pun terdiam sambil mengangkat tanganku.

"anscheinend machst du das so⁵" ucapnya sambil menunjukkan senyum yang sama sekali tidak terlihat ramah.

"Was hast du mit meinem Vater gemacht? bis er so schwach lag⁶" senyumannya menghilang dan wajahnya menunjukkan kemarahannya.

"Jul, dia ngomong apa?" tanyaku kepada Julian yang sedang berdiri di sudut ruangan sambil mengangkat tangannya.

"Di...dia tanya apa yang lo lakuin ke ayahnya sampai ia tebaring lemah seperti ini"

"Your father need a surgery and I did it right away, is it wrong?" Julian membantuku menerjemahkannya kepada pria tersebut dan ia kembali menunjukkan senyuman yang menyeramkan itu.

"Mein vater war noch nie so, du musst ihm etwas angetan haben!"

"It's my job as a doctor to save a person, your father could have been died if I didn't do surgery on him right away!"

"Hanna... lo yakin mau gue terjemahin itu buatnya?" tanya Julian yang mulai mengeluarkan keringat dingin.

"Iya, jangan ada satu kata pun yang lo ganti"

Julian mulai menerjemahkannya dalam bahasa Jerman kepada pria tersebut. Pria itu mengeluarkan respon yang sama sekali tidak ku duga, ia tertawa sambil menatapku.

"Er hat seine Arbeit gut gemacht" asal suara itu datang dari pintu masuk ICU. Aku pun mengalihkan pandanganku ke arah pintu ICU untuk melihat pemilik dari suara itu.

Tetapi, hal tersebut dipergunakan sebagai sebuah kesempatan untuk pria yang sedang mengeluarkan pistolnya tadi. Ia menarikku ke arahnya dan meletakkan lengannya di sekeliling leherku, lengannya yang besar itu membuatku sulit untuk bergerak. 

¹cedera yang terjadi pada organ dalam perut
²prosedur medis untuk membuka dinding perut agar dapat memiliki akses ke organ perut yang memerlukan tindakan tertentu
³perangkat yang digunakan khusus di ruang medis untuk men-sterilkan tangan sebelum melakukan pembedahan.
⁴pisau bedah
ternyata ini perbuatan anda
⁶ayahku tidak pernah seperti ini sebelumnya, kau pasti melakukan sesuatu kepadanya!
⁷ayahku tidak pernah seperti ini sebelumnya, kau pasti melakukan sesuatu yang salah hingga ia seperti ini!
⁸ia telah melakukan tugasnya dengan baik  

LakunaWhere stories live. Discover now