Kapitel 4.4

11.8K 735 2
                                    

"You need to be careful with your wound, make sure to change your bandage after shower" ucap Wira kepada pasien terakhir yang berada di Medic Center sebelum ia melangkah keluar dari pintu.

Kami saling menatap satu sama lain dengan senyuman lebar. Aku tau kami menantikan hal yang sama. Tepat setelah Wira kembali ke dalam Medic Center setelah mengantar pasien tersebut keluar, ia menutup pintu dengan rapat dan...

"It's a wrap!" teriaknya.

Sontak semua dokter yang berada di dalam Medic Center berteriak sambil memeluk satu sama lain. Empat belas hari yang terlihat lama dalam bayang kami sebelum menginjak tempat ini telah berlalu begitu saja. Kami telah menyelesaikan tugas kami di sini. 

"Tunggu sebentar" ucapku kepada anggota foundation  yang telah hadir untuk menjemput Charlotte.

Aku memegang Charlotte untuk yang terakhir kalinya sebelum ia dibawa dengan anggota foundation milik Jane.

"Kita ketemu lagi waktu kamu besar nanti ya" ucapku sambil memegang tangan mungil milik Charlotte.

Karena Charlotte, aku telah mempelajari banyak hal. Mungkin ia tidak mengetahuinya tapi, aku akan berterima kasih kepadanya ketika ia sudah besar nanti.

"Na, ini jangan sampe ketinggalan" Nike memberikan foto keluargaku beserta dengan polaroid yang kami ambil bersama kemarin.

"Thank you" aku mengambil kedua foto itu dari tangan Nike.

"Ga kerasa ya, awalnya gue pikir bakal sulit. Beradaptasi sama lingkungan baru, orang baru, bahkan dengan bahasa baru. Tapi siapa yang tau sekarang ninggalin tempat ini juga jadi sulit" 

Ucapan Nike menggambarkan isi pikiranku, meninggalkan tempat ini kini telah menjadi hal yang sulit.

"Nike" panggilku.

"Thank you ya udah jadi temen tidur gue selama di sini, lo juga bantuin gue banyak hal" 

"Aww, lo kok ngomong gitu sih" Nike menghampiriku dan memelukku.

"Kenapa kita nangis ya? abis ini kita juga bakal ketemu terus" 

Aku dan Nike pun menertawakan air mata yang baru saja jatuh dari kedua mata kami. 

***

"Udah kumpul semua?" tanya Alvaro.

Kami melihat sekeliling kami dan mengangguk.

"Oke pertama-tama gue mewakili teman-teman dokter lainnya dari Asklepios Klinik Barmbek  untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi kalian semua yang sudah bekerja keras dan bekerja sama dengan baik dengan kami. Selama 14 hari ini, kita telah berhasil melaksanakan tugas kita. Maaf jika selama ini terdapat kesalahan dari kami, semoga bisa dijadikan pelajaran dan hanya kenangan manis yang akan terus diingat"

"dan dengan ini, Medic Center resmi ditutup"

Alvaro menutup kedua pintu Medic Center dengan rapat, hal itu sekaligus menjadi tanda akhir dari tugas kami secara resmi di sini. 

"Warten!¹" mendengar teriakkan itu, aku spontan menghadap ke belakang. Di sana, aku melihat little guy yang sedang berlari ke arahku.

Aku menekuk kedua lututku, membuka kedua tanganku dengan lebar dan menunggunya masuk ke dalam pelukanku.

"I will miss you, little guy" ucapku sambil melepas pelukannya dengan perlahan. Setelah memelukku, ia kembali memegang tangan Alvaro yang sedang berdiri di sampingnya.

Kini, aku menatap Alvaro yang sedang berdiri diam di hadapanku. Ada banyak hal yang ingin ku sampaikan padanya tapi hal tersebut tidak bisa keluar menjadi kata-kata. Situasi ini.. aku tidak bisa menjelaskan perasaanku saat ini.

"Lo... udah mau berangkat?" tanya Alvaro 

Aku membalasnya dengan anggukan.

"Lo sendiri? abis ini lo kemana?" tanyaku.

"Gue harus buru-buru balik ke rumah sakit, gue sama Julian dapat panggilan" mendengar hal itu, ntah kenapa ada sedikit rasa kecewa pada hatiku.

"Oh, okay then" balasku singkat.

"Hanna, ayo" ucap Wira dari dalam bus.

"Gue rasa gue udah harus naik sekarang" 

Alvaro mengangguk sambil tersenyum tipis padaku. Aku memegang tangan little guy untuk terakhir kalinya dan mengambil beberapa langkah maju.

"Hanna" panggilan itu membuat aku spontan membalik badanku.

"Lo... dokter yang handal. Lo tau itu kan?" ucap Alvaro.

Aku tertawa kecil dan menggelengkan kepalaku.

"Sebelumnya ga tau, baru aja tau setelah lo ngomong"

Alvaro tersenyum sambil melambaikan tangannya kepadaku. 

Setelah masuk ke dalam bus, aku mengambil tempat duduk yang masih kosong. Tempat itu terletak di samping jendela bus. Aku memandang punggung Alvaro yang kian menjauh dan perlahan menghilang. Bus yang semula berhenti pun mulai berjalan meninggalkan tempat itu.

Selamat tinggal Medic Center.


¹tunggu!



LakunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang