Kapitel 2.5

14K 805 8
                                    

"ENTFERNEN!¹" ucap Alvaro yang baru saja masuk ke dalam ruang ICU.

"Es scheint, wir haben einen Gast²" kini suaranya terdengar lebih dekat denganku dan hal tersebut membuatnya lebih menakutkan.

"Wenn Sie ihn im geringsten verletzen, werden Sie die Konsequenzen akzeptieren³" Alvaro mengucapkannya dengan mata yang membesar. Aku tidak pernah melihatnya seperti ini, tapi yang jelas ia terlihat menakutkan.

"Al.. gue harus ngapain?" Air mataku perlahan turun membasahi pipiku, aku tidak bisa menutupi rasa takutku. Nyawaku ada pada tangan pria yang sama sekali tidak ku kenal.

"Lo tenang aja. Gue ga bakal biarinin dia nyakitin lo, sedikit pun."

Alvaro menatap Julian yang berada di sudut ruangan, ntah apa yang dilakukan oleh kedua pria itu tapi mereka saling menatap satu sama lain sambil memberi kode.

"Ich möchte, dass mein Vater ihn aufmerksam macht⁴" 

"Dein Vater wird bald aufwachen. Jetzt überlass die Frau mir⁵" Alvaro mengambil beberapa langkah maju, mendekatiku dan pria itu.

"Glaubst du, ich werde glauben? Ich bin nicht dumm!⁶"

"Wenn Sie nicht dumm sind, sollten Sie erkennen, dass wir Ihren Vater gerettet haben!⁷" Alvaro berbicara dengan volume suara yang lebih kencang. Aku dapat merasakan bahwa pria tersebut cukup terkejut dengan ucapan Alvaro, lengannya yang masih berada di sekitar leherku ini tiba-tiba terasa lebih longgar.

"Was wird dein Vater fühlen, wenn er aufwacht und sein Kind so sieht?⁸"

Pria itu terdiam untuk beberapa saat. Tiba-tiba, ia kembali mempererat lengannya dan membuatku kembali berdiri dengan tegak. Ia pun mengangkat pistolnya ke arahku.

"Mein Vater ist die einzige Person, die ich auf dieser Welt habe, und ich werde jeden töten, der ihm das antut⁹"

Aku hanya dapat menutup kedua mataku, pasrah terhadap apa pun yang akan terjadi setelah ini.

"Alvaro"

 Setelah aku memanggil namanya, Alvaro mengalihkan pandangannya kepadaku.

"Gue ga mau mati sekarang tapi, kalau gue akan mati gue harap lo bisa maafin gue. Maaf waktu itu gue sempet nuduh lo ngikutin gue, maaf gue selalu kasar ke lo dan maaf gue-"

"-Julian, sekarang!" Alvaro memotong ucapanku dan tiba-tiba ia menarikku dari pria tadi yang sekarang sudah terjatuh di lantai.

Aku hanya dapat memejamkan kedua mataku sambil membuang nafas lega.

"Asal lo tau, gue udah maafin semua kesalahan lo itu" ucap Alvaro kepadaku, suaranya terdengar persis di samping telingaku dan hal tersebut membuatku merasa jauh lebih tenang.

"ALVA, AWAS!" teriak Julian.

Aku tidak dapat melihat apa yang terjadi di belakang punggungku, tiba-tiba Alvaro memutar tubuhku hingga aku menghadap ke arah yang berlawanan.

Tepat pada saat itu juga, aku mendengar suara tembakan yang cukup kencang. Aku melihat pria yang sedang terjatuh di lantai itu kembali mengangkat pistolnya. Beberapa detik kemudian, kaki Alvaro yang semula membuatnya berdiri dengan tegap tiba-tiba menjadi lemah. Aku yang tidak dapat menahan beban tubuh Alvaro pun ikut terjatuh.

"Alva! Alvaro!" ucapku sambil berusaha membangunkan Alvaro yang masih berada dalam pelukanku.

Seolah-olah semua yang terjadi di hadapanku bergerak dengan lambat. Para dokter dan tim evakuasi yang sedang mengamankan pria yang tadi menembak Alvaro, Julian yang sedang berlari ke arahku, hingga Alvaro yang tidak sadarkan diri. Aku mengangkat tanganku, terdapat darah Alvaro di sana. Aku hanya dapat membiarkan air mataku mengalir keluar. Deras, seperti hujan di luar sana. 

***

Aku tidak tau sudah berapa lama aku menunggu di depan ruang operasi. Bayangan akan kejadian tadi terus berulang, seolah-olah ada kaset yang terus menerus berputar di dalam benakku. Julian tidak mengizinkanku untuk ikut melakukan operasi untuk Alvaro, keadaanku dan pikiranku saat ini tidak akan memungkinkanku untuk berkonsentrasi. Nike pun ikut menemaniku, setelah mendengar kejadian tadi ia langsung menghampiriku.

"Gimana? Alva gapapa kan?" tanyaku kepada Julian yang baru saja keluar dari ruang operasi.

Julian membalasku dengan senyuman, ia mengangguk sambil menepuk pundakku pelan.

"Thank God"

Nike yang masih berdiri di sampingku pun ikut tersenyum mendengar berita baik itu.

Setelah operasi berakhir, Nike dan Julian membawaku kembali ke tenda. Mereka tidak memperbolehkanku terlalu lama berada di Medic Center, mengingat apa yang baru saja terjadi tadi.

"Jul, anak yang ada di tenda Alva-"

"-aman, gue bakal tidur di tenda Alva malam ini buat jagain dia. Lo tenang aja"

"Kalau gitu, gue ke sana bentar ya buat ketemu dia"

"Sure, go ahead" balas Julian.

Aku membuka tenda Alvaro dengan perlahan, ternyata anak itu belum tertidur. Matanya masih terbuka dengan lebar sambil memainkan beberapa mainan milik Alvaro.

"Hi Little Guy"

Ia mengangkat wajahnya dan menatapku sambil tersenyum lebar.

"Where's he?" tanyanya. Aku tau yang ia maksud adalah Alvaro.

Aku menghampirinya dan memegang tangan kecilnya.

"He became a superhero and a superhero need to sleep at night, just like human"

"Really?"

Aku mengangguk sambil merapikan rambutnya dengan jari-jari tanganku.

"Have a nice dream and sleep tight, okay?"

Little guy mengangguk dengan penuh semangat. Setelah Julian masuk ke dalam tenda Alvaro, aku pun meninggalkan little guy dan berjalan menuju tendaku. Satu hal yang aku harapkan ketika aku membuka kedua mataku besok, aku ingin menatap Alvaro tepat pada kedua matanya. Tatapan dinginnya, aku ingin melihat hal itu besok. 


¹LEPASKAN!
²nampaknya kita kedatangan tamu
³jika anda melukainya sedikit pun, anda akan terima konsekuensinya.
⁴saya ingin ayah saya menyadarkan dirinya.
⁵ayah anda akan segera bangun. Sekarang, serahkan perempuan itu kepada saya.
⁶anda pikir saya akan percaya? Saya tidak bodoh!
⁷jika anda tidak bodoh, seharusnya anda sadar bahwa kami telah menyelamatkan ayah anda!
⁸Apa yang akan ayahmu rasakan ketika dia bangun dan melihat anaknya seperti ini?
⁹Ayah saya adalah satu-satunya orang yang saya miliki di dunia ini dan saya akan membunuh siapa pun yang melakukan ini padanya.

LakunaWhere stories live. Discover now