Part 1 (✓)

71.1K 7.8K 366
                                    

typo bertebaran...
Vote sebelum membaca. Thankyou

--

"Lo cantik? Lo akan jadi nomer satu. Lo jelek? Jangankan nomer dua, nomer sepuluh aja belum tentu."

Dia Acha
.
.
.

Arista Cantika, cewek manis berkulit sawo matang dengan rambut kepang yang bertengger dibahunya khas seorang Arista. Cewek itu memiliki postur tubuh tinggi seperti model. Setiap cewek yang melihatnya akan terkesima, bahkan iri dengan body goals yang dimiliki Acha. Tapi disisi lain, mereka tidak melihat wajah Acha yang jauh dari standard kecantikan. Gigi yang sedikit maju, kucel, dekil, bahkan terlihat seperti gelandangan jalanan.

Hari ini Acha sudah bersiap dengan pakaian casualnya. Jeans hitam ke abu abuan serta baju putih polos lengan pendek. Kontras sekali dengan kulitnya yang coklat.

Setiap kali Acha menoleh, orang itu akan memberikan tatapan sinis padanya.

Hanya karna dia cupu? Bukan berarti dia bodoh. Dia adalah cewek cupu yang jenius. Sayangnya, kejeniusan Acha tidak dipandang bebas oleh semua orang. Mereka terlalu pilih kasih dan lebih memerhatikan manusia yang memiliki kecantikan sempurna.

Mereka biasa menyebutnya "the power of good looking."

"Cantik selalu dinomer satukan," gumam Acha bermonolog ketika melihat orang-orang sekitar yang memperlakukan wanita cantik dengan sangat baik. Sangat berbeda dengan dirinya.

Lihat saja, banyak pasang mata yang memandangnya tak suka.

"Gadis malang, tubuh doang yang bagus, muka gak ada cantik-cantiknya," ucap seseorang yang baru saja melewati Acha secara terang-terangan.

"Pengen gue tampol tuh muka! Jijik banget gue."

Sudah kuduga, batin Acha.

"Sayang banget ya, kalo aja dia cantik kulitnya putih, pasti udah jadi model profesional."

"Cowok aja bakal jauhin dia."

Acha hanya bisa menghela nafas mendengar ocehan mereka.

Dia berniat untuk melihat sekolah barunya. Acha baru saja mendapatkan pesan bertuliskan alamat sekolah yang dikirim oleh Omnya. Orang yang sudah membantu Acha melewati ujian hidupnya. Pria paruh baya itu rela melakukan apapun demi Acha. Bahkan, dia menginap di hotel dan pindah sekolah secara gratis atas usaha dari Kakak Papanya itu.

Dia sengaja berangkat agak siang, supaya tidak ada siapapun yang melihatnya berkeliaran disana. Kini kakinya sudah berada di depan gerbang SMA Nusa Bangsa. Menurut Acha, sekolah barunya lebih bagus dan lebih mewah daripada sekolah yang dulu.

"Jadi, ini sekolah baru gue?"

Otaknya jeniusnya masih bisa berfikir jernih. Sekolah ini bukan sekolah biasa. Ini adalah sekolah para anak orang kaya alias sultan. Terkadang rasanya sedikit aneh jika dirinya harus bersekolah disini. Pasti akan banyak hujatan bahkan bullyan yang akan dihadapinya nanti.

Acha tidak peduli! Ingat, Acha tak akan peduli dengan perlakuan kotor mereka terhadap dirinya nanti, entah jika esoknya dia akan berubah pikiran. Pindah sekolah lain misalnya.

"Gak! Gak! Gue gak boleh kecewain Om, gue harus terima apapun keadaannya. Gue harus bertahan apapun yang terjadi!"

Acha hanya bisa melihat kemegahan gedung sekolah dari luar saja, sebab gerbang sekolah ditutup rapat. Andaikan dia bisa masuk dengan bebas. Acha yakin, dia pasti akan pingsan dan terbangun di rumah sakit.

DIA ACHA (PUBLISH ULANG)Where stories live. Discover now