Part 8 (✓)

34.7K 5K 35
                                    

Happy Reading guys.

Tengah malam yang hening tak membuat gadis itu merasakan ketakutan sama sekali. Sekarang yang terpenting sakit mag-nya harus sembuh.

Tak ada yang menjual obat di sekitar tempat ini, dia harus rela pergi ke supermarket dekat kos tanpa mengayun sepeda.

Acha berjalan kaki menuju kos mawar hitam yang tak jauh dari arah supermarket, hanya dalam lima menit saja gadis itu akan sampai depan gerbang.

Dari kejauhan Acha melihat seseorang turun dari taksi tepat di depan gerbang kos nya. Gadis itu mempertajam penglihatannya.

Seseorang itu berjalan menuju gerbang, dia memperhatikan kos yang tampak dari luar dengan seksama, beberapa kali ia juga mengecek ponselnya untuk memastikan bahwa alamat yang ditujunya benar.

Acha mempercepat langkahnya menuju seseorang itu. "Cari siapa, ya?" tanya Acha pelan dibelakang seseorang tersebut.

Dia membalikkan tubuhnya seratus delapan puluh derajat menghadap Acha. Acha sukses membulatkan matanya ketika tau siapa seseorang ini.

"Gendis."

***

Gendis terus menangis di dalam kamar kos Acha. Sejak dua puluh menit yang lalu, saat dirinya memeluk Acha dengan erat di depan gerbang, Gendis masih saja tak bisa menghentikan tangisannya sampai ia sesenggukan. Dada gendis terasa sakit.

"Udah, Ndis. Jangan nangis mulu, cerita sama gue apa yang terjadi. Gue siap jadi pendengar yang baik buat lo. Gue juga akan kasih solusi," ucap Acha menenangkan sembari mengelus punggung Gendis.

Acha benar-benar tak tega melihat Gendis menjadi seperti ini. Pasti sudah terjadi masalah besar pada keluarganya hingga ia kabur dari rumah dengan membawa semua barangnya.

Bahkan tadi siang di taman sekolah, dia dan Gendis tertawa lepas sampai perut Acha terasa kaku tatkala mendengar lawakannya. Gendis juga menceritakan jika sikap lucu dirinya tertular akibat otak obangnya yang sedikit gesrek. Hal itulah yang membuat keluarganya semakin harmonis, tapi kenapa tiba-tiba Gendis bisa seperti ini?

Apa yang sebenarnya sudah terjadi?

Gendis masih sesenggukan hingga dadanya terasa sesak. Acha memberikan air mineral padanya lalu ia meneguknya hingga kandas. Dia menghela nafas panjang, Acha menepuk-nepuk pelan pundak Gendis agar dia lebih tenang.

Tangisannya sudah mereda, dan Gendis menatap kosong ke depan.

"Gue diusir, Cha."

Bagaikan disambar petir di malam hari, Acha terkejut mendengar penuturannya.

Walaupun cewek itu sudah tak menangis histeris seperti tadi, tapi tetap saja air matanya merembes ke pipinya.

Acha mengerjapkan matanya beberapa kali, apakah dia tidak salah dengar? Kupingnya masih mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Gendis. Tapi dia masih tidak percaya. Acha masih belum bisa mencerna kebenaran yang terlontar dari mulut cewek itu.

"D-di usir?"

Ternyata perkiraan Acha tentang Gendis yang kabur dari rumah salah besar. Acha tidak menyangka jika Gendis di usir dari rumah, bukankah keluarganya harmonis? Bahkan Gendis sendiri yang bicara padanya, tapi kenapa omongan Gendis tadi sore sangat bertolak belakang dengan kejadian malam ini?

Gendis mengangguk.

"Kenapa lo bisa diusir sama keluarga lo sendiri?"

Gendis menoleh kepada Acha sebentar, lalu ia mengalihkan pandangannya kembali ke depan. Dia menerawang kejadian buruk beberapa jam lalu yang baru saja menimpanya.

DIA ACHA (PUBLISH ULANG)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon