Part 11 (✓)

33.5K 4.6K 185
                                    

Suasana kantin sangat ramai seperti biasa. Untung saja ketiga gadis itu bisa mendapatkan tempat duduk yang kemungkinannya sangat kecil. Tadinya, Vinda mau mengajak mereka tetap tinggal di kelas dan menggosip ria. Tapi karna perut Fana dan Acha terus berdangdutan sejak pelajaran, akhirnya Vinda mengalah dan ikut ke kantin bersama. Bahkan sekarang Vinda menambah satu mangkok bakso lagi.

"Lo suka bakso ya, Vin?" tanya Acha penasaran.

Vinda mengangguk antusias.

"Doyan apa emang kelaparan, Buk?" senggol Fana sedikit menggoda Vinda.

"Dua-duanya." Jawabnya seadanya.

"Tadi aja sok nolak ke kantin. Sekarang malah nambah porsi, bakso super lagi," ejek Fana.

"Syirik lo!"

Keduanya memang terlihat akur, tapi siapa sangka jika Fana dan Vinda terkadang selalu mengejek satu sama lain. Seperti saat ini contohnya, Acha hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah keduanya.

"Dasar murka!"

Vinda tak peduli terhadap ejekan Fana, toh yang diucapkan ada benarnya juga kok, meskipun sebenarnya dalam hati Vinda sudah mengumpati beribu sumpah serapah untuknya.

Vinda mengalihkan tatapannya melirik Acha yang berada di samping Fana.

"Oh iya, Cha. katanya lo mau cerita tentang Gendis."

Acha menoleh kepada Vinda sejenak, napasnya terhela berat. Gadis itu menaruh sendok dan garpunya. Dia mulai menceritakan kejadian yang ia alami kemarin siang.

"Kemaren waktu gue latihan cheers..."

Acha menceritakan mulai dari awal hingga akhir pertemuannya dengan Gendis. Mulai dari Gendis yang membelanya saat dibully Vania, hingga Gendis yang tidur di kos Acha. Tapi Acha tak menceritakan tentang permasalahan apa yang baru saja dialami Gendis. Menurutnya, itu adalah privasi Gendis yang tak boleh ia ceritakan pada siapapun.

"Kenapa dia tidur di kos lo?" tanya Fana penasaran.

"Dia nginep, kemaren gue yang nawarin."

"Terus kenapa sekarang dia malah izin sekolah hari ini?"

Kini Vinda bertanya dan diangguki oleh Fana. Mereka berdua semakin curiga.

"Ada urusan penting."

Fana dan Vinda saling pandang. Mereka merasa ada sesuatu yang tidak beres.

"Kayaknya dia menyimpan sebuah rencana deh," lirih Vinda agar tidak terdengar orang lain.

"Kan gue udah bilang sama lo, jangan asal nuduh orang sembarangan Vin. Gendis itu nggak seperti apa yang lo kira," jelas Acha panjang lebar.

Gadis itu tau bagaimana sikap baik Gendis padanya, walaupun masih baru kemarin ia mengenal Gendis, tapi Acha bisa merasakan jika Gendis bukan seperti yang dikatakan mereka.

Bahkan Gendis bercerita tentang keluarga dan sahabatnya pada Acha. Padahal tidak semua orang langsung terbuka pada seseorang yang baru dikenalnya, kan? Itu artinya Gendis sudah percaya pada Acha.

Dan Acha juga percaya pada Gendis.

Yang mereka pikirkan, siapapun yang dekat dengan penguasa sekolah harus mereka hindari bila tidak ingin terjadi apa-apa. Padahal belum tentu dia juga akan ikut campur dalam hal aneh bersama Riska kan? Buktinya banyak yang bilang jika Gendis tak pernah membully siapapun. Itu membuktikan jika Gendis adalah orang yang tulus.

"Lo jangan mudah percaya sama orang asing dong, Cha. Kan belum tentu dia langsung baik sama lo kalo gak ada sesuatunya. Apalagi sampe mengizinkan orang asing tidur di kos lo. Pas lo tidur kan gak tau apa yang dia lakuin." Fana terus saja menasehatinya tanpa henti.

DIA ACHA (PUBLISH ULANG)Where stories live. Discover now