Part 22

24.6K 3.3K 296
                                    

Gendis membawa kedua cewek yang beberapa hari disekapnya ke dalam sebuah hotel. Tentang foto dan kamar rahasia yang ada di dalam gedung itu ia biarkan saja. Lagipula dia tak tau menahu tentang hal itu.

Gambar dirinya maupun Kalila juga tidak ada disana, itu artinya ia aman. Walaupun foto ada Acha, tapi sebisa mungkin Gendis akan selalu membantunya saat kesulitan.

Dan hari ini juga, Gendis berencana untuk meminta solusi dari gadis cupu yang jenius itu.

"Sebenarnya gue mau buat Riska nyuruh cowok itu ngaku kalau kejadian itu hanyalah fiktif belaka buatan dia," kata Gendis pada Acha.

Semoga saja Acha mempunyai cara untuk membuat Riska membatalkan rencana jahatnya.

"Ke keluarga lo maksudnya?" tanya Acha.

Gendis mengangguk.

Kalila pun juga ikut mengangguk menyetujuinya. "Dengan adanya penculikan gue, Riska pasti bakal lakuin apapun buat gue kembali dengan selamat,"

"Dan dia bakalan nyuruh cowok itu mengakui semuanya di depan keluarga gue," tambah Gendis lagi.

"Lo yakin Riska bakal lakuin itu?"

"Yakin," jawab Gendis dan Kalila sembari mengangguk.

"Kalau ternyata bukan Riska yang nyuruh si cowok itu, apa lo masih yakin cowok itu bakal ngaku?" gumam Acha.

"Udah berapa kali gue bilang sih Cha, pasti Ris-"

"Sedangkan lo aja gak punya bukti," sela Acha memotong ucapan Gendis.

Mereka berdua tampak berfikir. Memang benar mereka tidak mempunyai bukti yang kuat.

"Tapi, gue yakin seratus persen ini ulah Riska Cha," sahut Kalila dengan serius.

Acha mengerutkan dahinya. "Kok bisa?"

Gendis memutar matanya. "Siapa lagi kalo bukan dia? Ancaman kayak gini itu udah pasti ciri khas seorang Riska,"

"Dan gue yakin, kalo Riska bakal nyelametin gue, karna dia peduli sama sahabatnya," tambah Kalila.

"Yakin Riska bakalan peduli sama sahabatnya?"

Kalila mengangguk yakin.

"Jika Riska lebih memilih Gendis menderita daripada membebaskan lo dari penculikan ini, apakah dia bakal peduli sama lo? Dan apakah lo bisa bayangin apa yang bakal Riska lakuin saat dia tau kalian kerja sama?"

Kalila menatap Gendis yang juga menatapnya. Kedua orang itu memikirkan apa yang diucapkan Acha. Jika Riska tau, bahwa Gendis dan Kalila bekerja sama untuk membuatnya menarik ancaman, bisa saja itu akan membuat keadaan keduanya semakin sulit.

Apalagi jika Riska tau siapa yang telah meletakkan bunga mawar pada laci tersebut, Gendis yakin dia tidak akan selamat dan akan semakin menderita.

"Coba deh kalian inget kejadian Anya, apakah sahabat Anya peduli dengannya dalam keadaan susah? Bahkan dia jauh lebih mementingkan egonya daripada arti sahabat," ucap Acha berharap mereka berdua lebih berhati-hati dalam menyelesaikan masalahnya dengan seorang Riska.

Gendis dan Kalila tercengang mendengar ucapan Acha.

"Maksud lo Cha?" tanya Kalila sedikit gelisah.

Acha berdiri dari sofa, berjalan menuju balkon hotel. "Gue yakin lo berdua pasti ngerti apa yang gue maksud,"

Mereka berdua saling pandang satu sama lain.

"Gue gak tau siapa sahabat Anya yang tega lakuin itu. Tapi satu hal yang gue petik dari kisah Anya adalah tidak ada namanya sahabat sejati kalau mereka meninggalkan lo dalam keadaan susah bahkan menusuk lo dari belakang hanya karna uang dan ketenaran!!"

DIA ACHA (PUBLISH ULANG)Where stories live. Discover now