10. Lebih dari segalanya

5.2K 1.1K 101
                                    

—Maaf, sebagian naskah telah dihapus untuk kepentingan penerbitan—











Keenam lelaki muda yang tengah mengitariku terdiam mendengar penuturan dari mulutku yang sedang mengenang semuanya. Mengenang hal berbahaya dan menyakitkan yang pernah kulakukan, yang hampir merenggut nyawaku waktu itu.

"Aku hanya lelah. Aku merasa tidak bisa menghadapi semuanya." Kataku dengan membandingkan luka dipergelangan tangan kiri dan kanan. "Aku tahu, yang kulakukan merupakan hal bodoh. Sayatannya cukup dalam, meninggalkan bekas yang buruk seperti ini."

Kulihat Zhong Chenle menggeleng dan merekahkan senyumannya sedikit tipis. "Kau berada dititik terberat dalam hidupmu. Bahkan saat kau bertemu kami dan kami tidak mengenalmu hingga saat ini, kau tidak mempermasalahkannya. Terima kasih, kau telah bertahan sejauh ini."

Jisung sendiri reflek mengambil sesuatu dari balik bantalnya, lalu kembali menghampiriku yang sedang terduduk diranjang milik Renjun. Jisung meraih pergelangan tanganku yang terdapat bekas luka sayatan cukup dalam, lalu menuliskan sesuatu disana. Ia terlihat serius, seperti menggambarkan karya seni terbaik dengan kulitku sebagai kanvasnya.

"Kami akan melakukan yang terbaik, meski hanya kau dan Renjun yang mengingat semuanya." Ujar Jeno. "Tetapi kau juga harus berjanji, jika kau akan terus berjalan menghadapi semuanya meski dunia ini terkadang melukaimu. Mengerti?"

Dengan spontan senyumanku terukir mendengar Na Jeno memberiku dorongan untuk terus bertahan. Selepasnya, kuhadapkan pandangan pada Jisung yang mungkin sudah menyelesaikan karyanya. Park Jisung tersenyum, memintaku untuk memeriksa hasil coretannya pada pergelanganku.

Senyumanmu lebih berarti daripada segalanya

Kurasakan air mataku membendung. Aku rasa dia tetap lucu.

Ditambah lagi dengan gambar wajah beruang yang tersenyum dibawahnya, pun terdapat sehelai rumput kecil yang ada disamping beruang. "Apa arti dari rumput ini?"

"Ia senang menggambarkan itu bersamaku." Sergah Jaemin. "Itu menggambarkan tentang percaya diri, bersemangat dan menjadi lebih positif bersama warna hijau. Serta bermanfaat bagi banyak orang."

"Maknanya sangat berarti. Terima kasih, Jisungie."

Lelaki yang memiliki umur termuda diantara kami ini tersenyum senang.

"Grassie, ini sudah pukul 3. Pulanglah." Pinta Haechan dengan tiba-tiba. "Bisa saja ibumu curiga kalau mendapatimu berada diluar rumah."

"Ah, benar."

"Biar aku yang mengantarnya."

Kami semua reflek menatap Huang Renjun ragu, sebagai orang yang baru saja memberi tawaran. Cukup berbahaya jika ada yang mengetahui keberadaannya, apalagi jika bersamaku.

"Apa?" Tanya Renjun.

"Mungkin Renjun hyung benar." Sahut Chenle. "Lebih berbahaya jika Grassie pulang seorang diri disaat-saat seperti ini."

Ya, benar. Kalian mungkin lupa siapa aku. Kalian mungkin masih merasa asing denganku. Namun rasa khawatir itu tidak akan pernah berlalu untuk salah satu sahabat kalian ini, bukan?


To be continue

[I] THE DREAM ✓Where stories live. Discover now