Chapitre Bonus

3.8K 722 132
                                    

A Few Years Before They Disappear


"Injun." Panggilku pada Renjun yang tampaknya tengah sibuk memperbaiki sesuatu di halaman rumahku. "Kau sedang apa?"

Ia menoleh dan mengukir senyuman tipis, "sedang memperbaiki sepatumu sambil menunggu ibumu pulang."

"Ibuku hanya pergi ke rumah Jisung. Kemarikan sepatuku, aku bisa melakukannya sendiri."

"Tidak, aku ingin melakukannya."

"Ah—"

"Tenang saja." Sambungnya singkat dan kembali sibuk dengan sepatuku. "Apa kau akan mempersiapkan sesuatu sebelum ulangtahunmu besok?"

"Eung— tidak ada."

"Kenapa?"

"Aku hanya tidak ingin merayakan apapun. Aku rasa diberi pertambahan umur pun lebih dari cukup."

Renjun mengangguk ringan. "Kau benar."

"Kemana yang lain?"

"Sedang membantu Jeno dan Jaemin memandikan Seol, Bongshik serta Nal. Kau tahu kan betapa mengerikannya saat Bongshik dimandikan?"

Aku tertawa renyah. "Benar juga, sangat mengerikan. Lalu kau sendiri lebih memilih memperbaiki sepatuku daripada membantu Jeno menahan tangan Bongshik?"

"Ya, hanya—" Renjun memandangi sepatuku untuk sesaat dan melanjutkan. "Kakimu harus selalu terjaga. Aku tidak ingin kau berlari meraih kemauanmu dan terluka di tengah jalan."

"Itu tidak akan terjadi, jika kau dan yang lainnya selalu ada."

"Grassie." Panggilnya. "Apa kau sudah melihat sesuatu di atas meja belajarmu?"

"Eung?"

"Sesuatu untukmu."

"Maksudnya?"

"Kau belum sadar? Ah, kau mungkin belum melihatnya."

"Apa kau telah menaruh sesuatu di atas sana?"

Renjun terkekeh. "Hanya hal sederhana untuk hadiah ulang tahunmu besok. Sesuatu yang sangat kau inginkan."

"Injun—"

"Ada apa?"

"Kenapa terlalu cepat?"

"Hanya ingin menjadi yang pertama."

"Apa boleh aku melihatnya sekarang?"

Renjun kembali mengangguk. "Kenapa tidak?" Katanya seraya meletakkan sepatu yang selesai dengan tangan ajaibnya. Aku tidak mengerti kenapa Renjun seringkali memperbaiki sendiri barang-barang milikku yang rusak.

Tanpa menunggu waktu lama aku berbalik dan berjalan menuju kamar. Aku membuka pintu dan menemukan sesuatu di atas meja belajar. Ya Tuhan— album Elvis Presley yang begitu ku idamkan sejak lama!

Segera kusentuh benda spesial tersebut dan menatapnya dengan pandangan berbinar. Kupastikan semua tulisannya dan itu benar-benar Can't Help Falling in Love milik mendiang Presley!

"Kau suka? Aku tidak salah beli kan?" Tanya Renjun yang ternyata menyusulku lalu memilih berdiri di ambang pintu.

Aku mengangguk. "Tapi kau mendapatkan ini darimana? Kau tidak—"

"Jangan pikir jika aku mencuri! Itu hasil tabunganku!"

Sontak aliran darahku terasa berdesir, merasakan betapa tulusnya pemberian lelaki bermarga Huang ini hanya untuk hadiah di hari ulang tahunku. Baru kusadari belakangan ini ia tidak berbelanja seperti biasanya, dan kupikir itu untuk kepentingannya sendiri.

"Kau menangis?" Tanyanya kemudian mendekat. "Kau sedih karena hanya ini?"

"Bodoh." Kesalku dan menyeka air mata. "Ini sangat berharga, aku terharu. Kau selalu membuatku menangis bahagia seperti ini, ugh."

Renjun terkekeh. "Senang rasanya kalau sesuatu terjadi melebihi ekspektasiku."

"Injun, terimakasih. Kau yang terbaik."

"Bagaimana dengan yang lainnya?"

"Sama, namun kau lebih istimewa."

"Hahaha, apa kau yakin?"

Aku kembali mengangguk penuh semangat. "Aku akan selalu menyayangimu bahkan saat kau tidak ada disini."

"Bagaimana jika aku akan menghilang?"

"Aku akan tetap melakukannya."

"Jika aku nantinya bereinkarnasi dan bertemu denganmu lagi namun kita tidak saling mengenali?"

"Aku akan tetap melakukan hal yang sama." Jawabku penuh keyakinan. "Walaupun kita akan terpisah dan kembali bertemu tanpa ingatan seperti ini atau bahkan terlahir menjadi hal lain, aku akan tetap melakukannya."

Renjun menatapku penuh makna, bahkan membuatku tidak bisa mengatakan semua makna tersebut. Kau pasti tahu bagaimana rasanya merasakan kebahagian atas hal-hal sederhana yang terjadi jika itu bersama dengan orang yang sangat kau sayangi.

Injun, mari tetap seperti ini, bersama yang lainnya. Bahkan ketika nanti kita terlahir kembali dan tak saling mengenali, mari membawa memori ini agar kita bisa tahu kalau kita pernah saling menyayangi di masa lalu. Janji?

"Janji."


Like a river flows
seperti air yang mengalir

Surely to the sea
Yang pasti mengarah ke laut

Darling, so it goes
Kasih, begitulah adanya

Some things are meant to be
Ada hal yang memang telah ditakdirkan


Some things are meant to beAda hal yang memang telah ditakdirkan

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
[I] THE DREAM ✓Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt