ALVASKA 13 [MISS]

392K 49.5K 5.7K
                                    

"Tiga hal dalam hidup yang tidak akan kembali, waktu, kenangan dan kesempatan."

Kana duduk bersandar di atas balkon kamarnya di lantai dua sembari memainkan gitar milik Devan, tunangannya. Udara malam ini terasa lebih dingin dari malam biasanya. Bulan juga tampak tertutup awan. Bintang yang biasanya menghiasi langit malam pun tidak terlihat. Kana memejamkan mata lalu memetik senar gitarnya penuh perasaan.

Saat ku sendiri..
Ku lihat foto dan video..
Bersamamu.. yang tlah lama, ku simpan..

Lagu ini adalah lagu yang menggambarkan seluruh perasaannya untuk Devan.

Hancur hati ini.. melihat semua gambar diri..
Yang tak bisa, kuulang kembali.

Kana menarik napas untuk menormalkan pernapasannya yang terasa begitu sesak.

Ku ingin saat ini, engkau, ada di sini..
Tertawa bersamaku, sperti, dulu lagi..
Walau hanya sebentar, Tuhan, tolong kabulkanlah..
Bukannya diri ini, tak terima kenyataan..

Kana menghentikan petikan gitarnya. Cewek itu menghapus air mata yang mengalir di wajahnya perlahan. "Hati ini hanya rindu.."

Di sisi lain, Alvaska yang berada di dalam kamarnya di lantai dua rumah orang tuanya mengernyitkan dahinya ketika tidak sengaja mendengar suara seseorang dari arah balkon kamarnya. Cowok itu bangkit dari atas ranjang lalu berjalan perlahan menuju jendela Kamar. Cowok itu membuka sebagian gorden dan mendapati seorang cewek tengah bernyanyi di balkon yang berdekatan dengan balkon kamarnya.

--Alvaska--

Seperti hari minggu biasanya, Kana hanya menghabiskan waktu libur sekolahnya di rumah sembari menonton serial drama korea kesukaannya, The Bride Of Habaek. Cewek itu tidur tengkurap dengan laptop yang dia letakkan di depan wajahnya sembari memakai earphone di telinganya. Ini adalah episode terakhir yang Kana tonton minggu ini.

"Ya ampun.. gue baper." Kana menggigit ujung jarinya sembari menghapus air mata yang mengalir di wajahnya perlahan. Drama ini berhasil membuat Kana menangis.

Ketika scene di drama ini hampir mencapai klimaks, suara Rachel, Mami Kana terdengar begitu menggelegar dari lantai bawah. "Kanara!"

Kana dengan cepat menutup laptop dan earphone di telinganya ketika dengan samar mendengar suara Rachel memanggilnya. Kana dengan cepat turun dari atas ranjang lalu berlari keluar menuruni tangga menuju lantai bawah. Kana memasuki area dapur dan mendapati Rachel yang kini tengah memotong daging.

"Ada apa Mi?" Tanya Kana setelah sampai di hadapan Rachel, maminya.

"Tolong kamu antarkan makanan ke tetangga baru kita di sebelah," jawab Rachel yang masih sibuk memotong daging. "Mami udah buatin Sup Ayam buat mereka. Sup nya ada di ruang makan."

Kana mengangguk lalu berjalan keluar menuju ruang makan. Cewek itu mengambil Sup Ayam yang berada di atas meja lalu kembali berjalan menuju pintu utama rumah.

Kana membuka gerbang hitam rumahnya lalu berjalan pelan menuju rumah besar yang dia yakini sebagai rumah dari tetangga barunya. Cewek itu berharap jika tetangga barunya itu bukanlah Alvaska. Semoga.

Kana berjalan memasuki rumah yang desainnya begitu berbeda dari sebelumnya. Terdapat air mancur di sekeliling taman. Halaman rumahnya pun banyak di tanami bunga dan pepohonan rindang, membuat suasananya semakin terasa asri dan juga menyegarkan mata.

Kana menekan bel di samping pintu rumah itu beberapa kali hingga pintu besar itu terbuka lebar dan menampilkan desain rumah yang begitu mewah.

"Pagi." Kana menyapa perempuan muda yang Kana yakini adalah nyonya dari sang pemilik rumah.

Perempuan berusia 34 tahun itu tersenyum manis ke arah Kana. "Pagi. Kamu Kana kan? Anaknya Rachel?"

"Iya Tan. Aku Kana. Tante kenal sama Mami Aku?" Tanya Kana. Cewek itu heran bagaimana bisa perempuan muda di hadapannya mengetahui namanya. Sedangkan ia saja baru bertemu dengan perempuan muda itu.

Perempuan itu terkekeh. "Tante ini sahabatnya Mami kamu. Emangnya, Mami kamu nggak pernah cerita soal tante?"

"Nggak." Kana berkata jujur. "Emang nama tante siapa?"

"Nama tante, Zila."

Kana mengangguk. "Salam kenal ya Tante Zila," cewek itu tersenyum manis.

"Ya ampun, kamu manis banget kalo senyum. Ada lesung pipinya juga. Mirip banget sama anak tante, dia juga punya lesung pipi kayak kamu." Zila memuji Kana. Perempuan muda itu merangkul bahu Kana lalu mengajak cewek itu masuk ke dalam ruang tamu rumah.

"Eum, tante. Aku kesini mau ngasih ini buat tante. Ini dari Mami Aku." Kana meletakkan Sup Ayam yang dia bawa ke atas meja di depan sofa.

"Wah.. makasih ya. Ternyata Mami kamu masih inget sama makanan kesukaan tante."

Kana mengangguk. "Ya udah Tan, aku mau pulang dulu, takut di cariin Papi."

"Kok cepet banget sih? Kamu main disini dulu aja, temenin Tante ngobrol. Di sini nggak ada orang loh. Masa kamu tega sih ninggalin tante sendiri?" Zila cemberut.

Kana tersenyum kaku. "Eum.. yaudah. Aku temenin Tante ngobrol."

Setelahnya, Zila dan Kana duduk bersisian di atas sofa.

Ketika Kana dan Zila masih asyik berbincang, suara serak seseorang dari arah pintu masuk rumah terdengar begitu keras memanggil Zila.

"Mamah!"

Teriakan itu membuat Zila dan Kana sontak berdiri dari duduknya, menoleh ke arah belakang dan mendapati Alvaska tengah berjalan mendekati mereka sembari menekan luka di lengan kirinya yang terluka. Cowok itu menatap Kana datar lalu berjalan ke arah Zila.

"Yaampun Alva, lengan kamu kenapa berdarah gitu?" Zila menarik lengan Alvaska, menyuruh cowok itu untuk duduk di atas sofa yang bersebelahan dengan Kana. "Sakit sayang?"

"Nggak."

"Sarah! Tolong bawakan P3K ke ruang tamu, Sekarang!"

Sarah, pembantu rumah Zila yang saat itu tengah berada di ruang tengah dengan cepat mengambil P3K yang berada di dalam lemari lalu berjalan cepat menghampiri Zila di ruang tamu. Setelah memberikan P3K itu pada Zila, perempuan muda berumur 24 tahun itu langsung kembali ke ruang tengah rumah untuk kembali pada kegiatan awalnya, menyapu lantai.

Ketika Zila hendak mengobati luka di lengan kiri Alvaska, cowok itu dengan cepat menahan lengan Zila untuk tidak mengobati lengannya yang terluka.

"Biar Kana yang ngobatin luka Alva," ucap Alvaska sembari menoleh ke arah Kana yang kini tengah menatapnya tajam.

To be continue..

912 word. Secuil jejak anda, means a lot_

ALVASKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang