ALVASKA 18 [CLUB]

375K 44.5K 4.7K
                                    

“I’m stuck in between a nightmare and lost dreams.”

Sepulang sekolah, masih dengan seragam basket yang menempel di tubuh atletisnya, Alvaska masuk ke dalam sebuah Club malam yang berisikan para wanita penggoda dan lelaki yang mencari kepuasan dunia. Jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam tidak meruntuhkan keinginan Alvaska untuk datang.

Sebelum sampai ke Club itu, Alvaska sebenarnya sudah lebih dulu pergi ke bukit Reilly untuk menenangkan diri selama enam jam lebih. Pikirannya begitu kalut berantakan. Club malam adalah tempat yang tepat untuk menjernihkan pikirannya sejenak dari masalah yang mampu membuat kepalanya pecah.

Alvaska duduk di sofa yang berada di dekat jendela. Cowok itu melepaskan baju basket yang dia kenakan hingga membuat tubuh bagian depannya terekspos jelas. Tidak butuh waktu lama, beberapa wanita seumurannya menghampiri Alvaska dengan pakaian nyaris telanjang, memperlihatkan bentuk tubuh mereka yang begitu menggoda.

"Baby," ucap salah satu wanita itu manja. Dia duduk di atas pangkuan Alvaska lalu membelai perlahan dada bidang Alvaska dengan gerakan menggoda.

Alvaska hanya diam, menikmati sentuhan yang mampu membuatnya lupa akan segalanya. Cowok itu memejamkan mata ketika salah satu wanita penggoda itu mencium leher kanannya hingga meninggalkan bekas memerah seperti bekas gigitan.

Yang kalian lihat tidak seperti apa yang kalian pikirkan. Ini adalah sisi gelap yang dimiliki seorang Alvaska Aldebra Lergan, cowok yang memiliki masa lalu begitu kelam. Cowok yang tumbuh tanpa kasih sayang seorang Ayah.

Flashback;

"Papah!" Alvaska kecil berteriak memanggil Kenzo, ayahnya yang saat itu berada di dalam kamar Alzaska, saudara kembarnya. Alvaska mengetuk pintu kamar Alzaska dengan kertas hasil ulangan yang anak itu genggam. "Papah!"

Sedetik kemudian, pintu kamar Alzaska terbuka lebar dan menampilkan sosok ayahnya yang kini tengah menatap Alvaska tajam. Kenzo menarik tangan mungil Alvaska dengan kasar menuruni tangga.

"Nggak usah teriak-teriak panggil Papah, bisa?!" Kenzo membentak Alvaska dengan suara begitu keras setelah sampai di lantai bawah, hingga tanpa sadar membangunkan Alzaska diatas sana.

Alvaska tersentak begitu Kenzo membentaknya. Anak laki-laki itu memberikan kertas hasil ulangannya pada Kenzo dengan tangan yang bergetar ketakutan.

"Alva dapat nilai seratus di sekolah," lirih Alvaska.

Kenzo menerimanya kemudian merobek kertas ulangan milik Alvaska lalu melemparkan sobekan kertas itu di muka putranya.

"Papah nggak peduli, asal kamu tau," desis Kenzo tajam. Dia marah karena Alvaska bisa saja membangunkan Alzaska yang sedang tidur di kamarnya.

Mata Alvaska mulai berkaca-kaca. Anak laki-laki itu berjongkok lalu mengumpulkan sobekan kertas ulangannya dengan air mata yang mendadak turun. Hatinya begitu hancur.

Tadinya, Alvaska mengira jika Kenzo akan merasa bangga saat melihat hasil ulangannya. Tapi ternyata dugaan Alvaska salah besar. Bukannya bangga, Kenzo malah membentak dan merobek kertas hasil ulangannya.

"Ken!" Teriakan Alvin, teman kampus Kenzo mengalihkan atensi kenzo ke arahnya. "Buruan! Geng Arkan sebentar lagi nyerang basecamp Zarvagos!"

Kenzo yang saat itu menjadi ketua genk motor Zarvagos angkatan pertama dengan cepat berlari keluar rumah menuju motornya yang terparkir di garasi, mengabaikan bagaimana hancurnya hati seorang Alvaska Aldebra Lergan, putra kandungnya.

"Alva!" Alzaska yang baru saja turun dari atas tangga, berjalan tertatih menghampiri Alvaska yang saat itu tengah menangis di bawah tangga. Anak laki-laki itu berjongkok lalu memeluk saudara kembarnya dengan sangat erat. "Alva, Kamu kenapa nangis?"

Tangisan Alvaska semakin keras ketika Alzaska memeluknya. Anak laki-laki itu mendorong kasar tubuh Alzaska hingga membuat pelukannya terlepas.

Alvaska menghapus air mata yang mengalir di wajahnya kasar. Dadanya sesak seakan teremas.

"Hati aku sakit Alzas," lirih Alvaska parau. "Kenapa semua orang cuman sayang sama Kamu? Kenapa nggak ada satupun orang yang sayang sama aku? Hiks!"

"A-Alva, kamu ngomong apa?" Alzaska maju mendekati Alvaska. Mata Anak laki-laki itu memerah menahan tangisan. Dia kembali memeluk tubuh Alvaska dengan sangat erat. "Alva.." lirih Alzaska yang semakin mengeratkan pelukannya di tubuh saudara kembarnya. Tidak peduli jika Alvaska akan membalas pelukannya atau tidak.

Alvaska memejamkan mata menahan sakit yang teramat sangat pada dadanya. Hatinya. Salahkan jika dia ingin di perhatikan oleh ayahnya? Salahkan jika dia ingin Kenzo menyayanginya layaknya Kenzo menyayangi Alzaska?

Salahkah?

Sekuat apapun Alvaska berusaha mendapatkan perhatian dari ayahnya, dia tetap tidak akan bisa mendapatkan perhatian lebih layaknya Alzaska, saudara kembarnya.

To be continue...

664 word. Secuil jejak anda, means a lot_

ALVASKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang