ALVASKA 10 [BROTHER]

426K 52.2K 14.7K
                                    

"Serius nanya. Gimana rasanya dipeluk dan disayang Kakak sendiri? Soalnya gue nggak pernah ngerasain itu dari kecil." -Alzaska

Alzaska berlari mengelilingi lapangan dengan napas tersengal hebat. Cowok itu jatuh berlutut di pinggir lapangan outdoor SMA Alantra dengan tangan yang terkepal kuat di sisi tubuhnya kesal.

"Arrgh!"

Alzaska memukul lantai lapangan dengan tangan kirinya, menyalurkan kekesalan yang begitu membuat dadanya terasa sesak. Beberapa murid yang tengah berada di tengah lapangan dan juga koridor sekolah mulai memperhatikan Alzaska dengan berbagai macam tatapan. Seolah tidak peduli dengan tatapan yang tertuju ke arahnya, Alzaska terus memukul lantai lapangan begitu keras.

"Kenapa Va? Kenapa?!" Alzaska  berteriak kesal. Cowok yang memiliki paras begitu mirip dengan Alvaska itu mengusap wajahnya kasar. "Arrgh!"

Raga dan Arkan yang baru saja keluar dari dalam kantin sekolah seketika menolehkan pandangannya ke arah cowok yang Raga ketahui adalah Alzaska.

"Dia Alzaska Ga?"

Raga mengangguk membenarkan. "Iya. Dia Zas."

Tanpa berkata sepatah kata pun lagi, Arkan dan Raga dengan cepat berlari ke arah Alzaska. Kedua cowok itu menahan kedua lengan Alzaska untuk berhenti memukul lantai lapangan.

"Lo apa-apaan sih Zas?!"

Alzaska memberontak. "Lepasin gue!" Cowok itu terus memberontak minta di lepaskan. "Lepasin!"

Arkan mencengkeram lengan Alzaska semakin kuat. "Lo Kenapa sih Zas? Kenapa lo mukul lantai yang sama sekali nggak punya dosa? Salah dia apa?!"

"Bacot! Diam lo!" Alzaska  berhenti memberontak lalu menepis kasar tangan Arkan dan Raga hingga cekalannya terlepas. Cowok itu menatap Raga dan Arkan bergantian. "Gue capek Ga! Kan! Gue capek!"

Raga dan Arkan menatap Alzaska tidak mengerti. "Maksud lo?"

Alzaska memejamkan mata berusaha menahan sesak yang tiba-tiba saja menyerang dadanya. "Sejak kecil, gue selalu di musuhin Alvaska. Dia benci sama gue. Dan sejak kecil, gue ngerasa sendiri. Bahkan ketika gue dan dia sekamar, Alva sama sekali nggak pernah mau ngomong sama gue. Seumur hidup, gue nggak pernah di peluk sama kakak gue sendiri." Alzaska menahan getar di suaranya saat melanjutkan perkataannya. Dadanya terasa sesak. "Gue pengen dipeluk Alvaska. Gue.. Gue sayang dia. Tapi, Kenapa dia benci gue Ga, Kan? Salah gue apa?"

"Lo nggak salah Zas. Alvaska hanya perlu waktu."

Alzaska membuka mata menatap Raga tidak suka. "Tapi sampai kapan? Sampai diantara gue dan dia ada yang mati? Iya?"

"Lo hanya perlu nunggu dan nunggu Zas."

Alzaska menggeleng lemah. "Gue nggak bisa Ga. Gue terlalu takut kalau dia pergi sebelum gue."

--Alvaska--

Kana memperhatikan wajah lelap Alvaska dari atas sofa yang berada tidak jauh dari brankar. Cewek itu baru menyadari jika Alvaska memiliki lesung pipi yang begitu manis di kedua pipinya.

"Lo lucu kalau lagi tidur." Kana terkekeh.

"Gue tau." Alvaska yang baru saja membuka mata langsung menoleh ke arah Kana yang terlihat salah tingkah. "Suka?"

Kana memalingkan tatapannya ke arah jendela di sebelahnya. "N-nggak."

"Bohong."

"Gue nggak bohong."

ALVASKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang