ALVASKA 28

326K 43.2K 4K
                                    

"Shh.." Alvaska meringis ketika Kana membersihkan darah di bibir bawahnya yang terluka dengan kapas.

Kini, kedua remaja itu tengah berada di sofa balkon kamar Alvaska, masih dengan seragam basah yang mereka kenakan akibat guyuran air hujan.

Sore ini, awan tampak mendung dengan beberapa daun yang jatuh berguguran ke atas balkon. Di atas balkon kamar Kana dan Alvaska terdapat pohon yang begitu tinggi menjulang, sehingga nampak seperti atap balkon kamar keduanya.

"Pelan-pelan be-akh," Alvaska kembali meringis ketika Kana dengan sengaja menekan kuat bibir bawahnya yang terluka.

"Sakit be-akh!" Alvaska berteriak kesakitan lalu dengan cepat menepis kasar tangan Kana yang sedang membersihkan luka di bibirnya. "Lo kenapa sih?"

Kana diam. Cewek itu menghela napas berat lalu mendongak menatap awan yang tampak menghitam dari atas balkon kamar Alvaska.

"Kenapa lo pukul Derren? Lo tau, lo bisa aja masuk penjara karena Der-"

"Gue nggak peduli." Alvaska memotong ucapan Kana. Cowok itu menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa sembari menarik napas panjang. "Gue bahkan pengin cepet-cepet mati."

Kana langsung menoleh menatap Alvaska tidak suka.

"Kenapa lo ngomong gitu?"

"Mungkin," Alvaska menjeda ucapannya lalu menoleh menatap Kana dengan tatapan yang sulit untuk Kana artikan. "Karena gue udah bosen hidup? Entahlah. Gue juga nggak tau."

Kana mengatur posisi duduknya dengan bersila di hadapan Alvaska. Dia menarik tangan Alvaska agar tidak lagi bersandar di sandaran sofa.

"Kenapa?" tanya Alvaska setelah duduk berhadapan dengan Kana.

Kana tidak menjawab. Kana menangkup pipi kiri Alvaska yang sedikit lebam sambil kembali membersihkan luka di dahi cowok itu secara perlahan dan penuh kehati-hatian dengan punggung tangan.

"Jangan pernah ngomong gitu lagi."

"Tapi-"

"Lo tau Va? Gue bahkan pernah ngerasain gimana rasanya hampir mati." Potong Kana. Cewek itu memejamkan mata. "Dan itu bener-bener sakit." Kana berkata parau. "Gue mohon. Jangan pernah berpikir kayak gitu lagi."

"Gue-"

"Ada banyak banget manusia yang menginginkan posisi lo saat ini. Dan lo tau apa posisi itu?" Kana memotong ucapan Alvaska.

Alvaska diam, membiarkan Kana menyelesaikan ucapannya.

"Tetap hidup."

Alvaska tidak tau harus merespons apa. Cowok itu mengambil tangan kiri Kana yang sedang meremas ujung pakaiannya, lalu di letakkan di bibir bawahnya yang terluka. "Obatin."

Kana membuka mata dan seketika menatap Alvaska tajam. "Lo bener-bener ngeselin."

"Gue tau," balas Alvaska santai. Cowok itu menahan tangan Kana yang hendak menampar pipinya yang terluka. "Gue lebih suka lihat lo marah di banding sedih."

"Kok gitu?"

"Karena saat lo sedih," Alvaska menjeda ucapannya sambil menatap Kana dalam. Cowok itu mendekatkan wajahnya ke wajah Kana hingga membuat dahi keduanya bersentuhan.

Kana menahan napas saat wajahnya dan wajah Alvaska begitu dekat. Detak jantung Kana berdetak tidak karuan saat napas dari mulut Alvaska menerpa bibirnya yang sedikit terbuka. Cewek itu memberanikan diri untuk menatap mata biru Alvaska Yang kini tengah menatapnya dalam. "Karena?"

"Karena.." Alvaska kembali menjeda ucapannya sambil meletakkan tangannya di tengkuk leher Kana dan dengan cepat menariknya hingga dahi Kana menyentuh pundak kirinya. Cowok itu membisikkan sesuatu di samping telinga Kana. "Muka lo tambah jelek."

Sedetik setelah mengatakan itu, Alvaska langsung jatuh tersungkur dari atas sofa balkon.

Ya, itu terjadi karena Kana menendang aset berharga milik Alvaska.

To be continue..

509 word. Secuil jejak anda, means a lot_

ALVASKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang