ALVASKA 21

362K 44.9K 4.5K
                                    

Kana duduk di tepi brankar UKS sembari menggigit bibir dalamnya, menahan diri agar tidak berteriak kesakitan ketika salah satu petugas UKS yang berada di sana mengobati luka di pundak kirinya.

Lengan kiri baju Kana sedikit robek di bagian pundaknya yang terluka. Cewek itu baru sadar jika pundaknya terluka ketika Gara, sahabatnya itu memberitahu Kana saat sedang berjalan di koridor sekolah lantai atas.

"Hiks.."

Gara yang duduk berjongkok di sudut tembok ruangan terus saja menangis sejak Kana di obati oleh petugas UKS. Cowok itu sesekali menyeka air mata yang mengalir di wajahnya kasar, lalu menangis kembali setelahnya.

Gara paling tidak bisa melihat darah. Apalagi saat melihat sahabatnya, Kana terluka.

Dulu saja, ketika Devan meninggal di pelukan Gara dengan tubuh yang di penuhi bercak darah, cowok itu begitu histeris hingga berakhir di rawat di rumah sakit akibat phobia terhadap darah yang Gara miliki.

Kana mengalihkan pandangannya ke arah Gara yang terus saja menangis seperti anak kecil.

"Udah Ga. Gue nggak apa-apa kok. Lukanya juga nggak terlalu parah." Kana berusaha menenangkan Gara.

"Tapi Kana berdarah! Hiks!"

Tangisan cowok itu semakin histeris saat tidak sengaja melihat luka di pundak Kana ketika sedang di perban.

"Kana luka! Banyak darahnya! Hiks!"

Kana menoleh melihat pundak kirinya yang sudah di perban. Lukanya tidak terlalu parah. Tapi karena lengannya yang sedikit terkilir membuat luka cewek itu terasa sedikit sakit.

Kana kembali menatap Gara yang semakin menangis histeris sambil memukul lantai UKS.

"Gara, gue nggak apa-apa kok. Jangan nangis."

"Nggak bisa, air matanya keluar terus.." Gara berkata parau. Cowok itu bangkit lalu berjalan lunglai mendekati Kana. Dia menyentuh luka di pundak sahabatnya pelan.

"Sakit?" Tanya Gara sambil menatap Kana sayu.

Kana menggelengkan kepalanya sambil mengusap sisa air mata di wajah Gara.

"Nggak. Udah, gue nggak apa-apa kok. Jangan nangis lagi-"

Ucapan Kana terpotong saat pintu kamar UKS tempatnya di rawat tiba-tiba saja terbuka dari luar.

Kana dan Gara sontak menoleh bersamaan dan mendapati Alvaska tengah berjalan santai ke arah brankar. Petugas UKS yang melihat Alvaska memasuki ruangan langsung berpamitan untuk keluar.

Alvaska berhenti melangkah saat sudah berada di hadapan Kana, tepatnya di sebelah Gara.

Kana menurunkan tangannya dari wajah Gara lalu menatap tidak suka ke arah Alvaska. "Lo ngapain di sini?"

Gara yang berada di sebelah Alvaska beringsut maju mendekati Kana lalu memeluk cewek itu begitu erat. "Gara takut.."

Kana mengusap punggung Gara bermaksud menenangkan sahabatnya yang ketakutan melihat kehadiran Alvaska. "Keluar."

Alvaska bergeming. Cowok itu menoleh menatap Gara yang semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Kana.

"Manja."

"Gara nggak manja!" Gara berteriak parau saat dengan samar mendengar Alvaska mengatakan jika dirinya manja.

Alvaska memutar bola matanya malas. Cowok itu beralih menatap Kana datar. "Luka lo gimana?"

"Lo nggak perlu tau," balas Kana. Cewek itu turun dari atas brankar, berniat untuk keluar dari ruangan bersama Gara.

Tapi baru saja Kana dan Gara melangkah, tangan Kana langsung di cekal oleh Alvaska yang berada di sebelahnya.

"Ikut gue."

Kana berusaha melepaskan lengan kanannya yang di cekal oleh Alvaska. "Lepasin gue!"

Bukannya melepaskan, Alvaska malah meletakkan tangannya di tengkuk leher dan juga paha bagian bawah Kana, menggendong cewek itu ala bridal style menuju mobilnya yang terparkir di area parkiran SMA Alantra, meninggalkan Gara yang kembali menangis seperti anak kecil di dalam ruangan.

"Turunin gue!"

Kana memberontak ketika Alvaska mulai berjalan memasuki koridor sekolah. Seolah tidak peduli dengan semua tatapan aneh yang tertuju kepadanya, cowok itu terus saja berjalan santai seolah tidak terjadi apa-apa.

"Gue bilang turunin!"

Kana memukul keras dada Alvaska dengan tangan kanannya, berharap cowok itu mau menurunkannya. Tapi Alvaska sama sekali
tidak menghiraukan Kana yang terus saja berteriak dan juga memberontak minta diturunkan. Cowok itu tetap berjalan, membawa Kana menuju parkiran sekolah.

Kana menatap Dara dan Sasa yang berdiri mematung di depan kelas Alvaska. "Sa, Dar! Bantuin gue!"

Dara dan Sasa ingin sekali membantu Kana. Tapi mereka berdua terlalu takut untuk berhadapan dengan seorang Alvaska Aldebra, cowok yang ketika marah tidak segan untuk memukul perempuan.

To be continue part II..

656 word. Secuil jejak anda, means a lot_

ALVASKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang