ALVASKA 17 [SHE]

381K 47.1K 9.2K
                                    

"Masa lalu adalah prolog."

Grep!

Kana merasakan ada tangan yang memeluk pinggangnya erat. Sangat kuat, bahkan hampir seperti sebuah cengkeraman. Mata Kana terbuka. Di dekatnya, dia melihat Alvaska tengah menatapnya dalam. Kana tidak tahu apa arti tatapan cowok itu.

Kana menurunkan pandangannya ke bawah. Cewek itu melihat tangan Alvaska tengah menahan tubuhnya agar tidak jatuh ke bawah lantai.

Alvaska menarik tubuh Kana semakin dekat dengan tubuhnya, bahkan dada mereka nyaris bersentuhan. "Lo nggak apa-apa?"

Kana menggeleng kaku. "Nggak."

"Ada yang sakit?" Tanya Alvaska sedikit khawatir.

Tadi ketika Alvaska hendak berjalan menaiki tangga menuju kelas di lantai atas, cowok itu tidak sengaja melihat Kana yang tampak kehilangan keseimbangan di atas tangga. Alvaska yang saat itu masih berada di koridor sekolah dengan cepat berlari menghampiri Kana dan langsung menahan tubuhnya yang nyaris jatuh menghantam lantai di bawah tangga.

Kana kembali menggeleng. "Ng-nggak ada." Kana melepas tangan Alvaska yang memeluk pinggangnya dengan perasaan canggung. Cewek itu menyelipkan beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya ke belakang daun telinga.

Alvaska menahan lengan Kana ketika cewek itu hendak menaiki tangga.

"Kenapa?" Kana bertanya heran.

Alvaska berdehem sembari mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Celana lo.." cowok itu menjeda ucapannya. "..sobek."

"What?!" Kana dengan cepat menunduk melihat celana bagian belakangnya dan ternyata, memang benar jika celana cewek itu sedikit robek di bagian kantung belakang. Kana menggigit bibir dalamnya bingung. "Gue harus ngapain?"

Alvaska menoleh menatap Kana sambil melepas jaket hitam yang dia pakai kemudian melingkarkan dan mengikat lengan jaketnya di pinggang ramping Kana hingga menutupi paha bagian belakangnya.

Kana menahan napas ketika tangan Alvaska tidak sengaja menyentuh perutnya. Cewek itu menahan tangan Alvaska yang masih mengikat lengan jaket hitam itu di pinggangnya. "Nggak usah modus, bisa?"

Alvaska tidak mengerti. "Maksud lo?"

"Lo modus tau nggak?"

Alvaska memejamkan mata menahan kekesalan terhadap sikap Kana. Bukannya berterima kasih, Kana malah menuduhnya modus. Okay, Alvaska akan buktikan apa itu modus yang sebenarnya pada Kana.

Alvaska melingkarkan lengan kirinya di pinggang ramping Kana dan menarik tubuhnya nyaris membuat dada mereka bersentuhan. Tangan kanannya diletakkan di tengkuk leher Kana yang terbuka, menariknya dan langsung mengecupnya singkat. Cowok itu bisa merasakan jika Kana saat ini tengah menahan napas.

"Ini," gumam Alvaska di samping telingan Kana. Cowok itu meniup pelan bekas ciumannya di leher Kana yang terbuka. Dia semakin kuat menekan pinggang Kana agar semakin dekat dengan tubuhnya. "Modus."

--Alvaska--

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu. Seperti biasa, Kana menunggu kedatangan taksi kepercayaannya di depan gerbang SMA Alantra. Tidak banyak siswa yang berdiri di sana, hanya Kana dan juga Gara.

"Kana nggak mau pulang bareng Gara?" Tanya Gara yang sudah beberapa kali menawari Kana untuk pulang bersamanya. Tapi sejak tadi, Kana selalu menolak.

"Bukannya gue nggak mau pulang bareng lo. Gue cuman nggak mau ngeropotin Gara. Gara tau sendiri kan jalur rumah kita nggak searah?" Kana menolak karena tidak ingin merepotkan Gara, sahabatnya.

Gara menghela napas pasrah. "Yaudah, Gara pulang dulu. Hati-hati ya Kana." Kana mengangguk. "Gara pergi dulu, bye Kana.." Gara melambaikan tangannya ke arah Kana dan langsung berlari menyeberang jalan menuju mobil ayahnya di seberang aspal.

Kana menghela napas setelah mobil Gara melaju membelah jalanan kota padat pengendara. Cewek itu menunduk lalu menyentuh jaket hitam milik Alvaska yang masih melingkar di pinggangnya. Kana berdecak kesal. "Dasar. Cowok modus."

"Kanara!"

Teriakan seseorang dari arah samping kanannya membuat Kana seketika menoleh ke sumber suara. Di sana, cewek itu melihat tiga orang remaja laki-laki berseragam basket tengah berlari ke arahnya. Mereka adalah Reyfan, Darkan dan Farrel. Ketiga cowok itu berhenti setelah sampai di hadapan Kanara.

"Hai," sapa Reyfan sambil tersenyum menatap Kana. "Sendirian aja? Temen lo mana?"

Kana mengangguk. "Temen gue udah pada pulang," cewek itu menilai penampilan ketiga remaja di depannya dengan tatapan heran. "Lo semua habis latihan basket ya?"

"Iya nih. Reyfan ngebet banget ketemu sama lo. Kita aja nggak sempet ganti baju gara-gara Rey-Akh," ucapan Darkan terpotong ketika Reyfan dengan sengaja menginjak keras kaki cowok itu agar berhenti mengatakan sesuatu yang akan membuatnya malu. "Sakit, Njing!"

Reyfan menatap Darkan tajam seolah menyuruh Cowok itu untuk diam. Tatapan Reyfan beralih pada Kana. "Lo sekolah di SMA Alantra?"

"Iya. Lo sendiri?"

"Gue di SMA Galaxi. Satu sekolah sama Kakak lo, Nathan," jawab Reyfan, teman masa kecilnya. "Mau pulang bareng nggak?"

"Gue-" belum sempat Kana menyelesaikan ucapannya, suara serak seseorang dari arah belakang punggungnya memotong ucapannya seketika.

"Dia pulang bareng gue."

Kana menoleh ke arah sumber suara, bersamaan dengan itu, dia merasakan seseorang memgambil tangannya dan menggenggam erat tangan kirinya dari arah belakang. "Alva?"

"Lebih baik lo pergi sebelum habis," Alvaska berdesis, menatap Reyfan dengan tatapan tajam seolah mampu mematikan lawan.

Reyfan mengepalkan kedua tangan di sisi tubuhnya geram. Tatapan cowok itu tidak kalah tajam seolah menantang Alvaska. "Gue nggak ada urusan apapun sama lo."

Alvaska tertawa hambar. Cowok itu melepaskan genggaman tangannya di tangan Kana dan langsung melayangkan sebuah pukulan telak tepat di wajah Reyfan hingga membuat cowok itu tersungkur membentur pagar sekolah dengan sangat keras.

Kana yang melihat itupun sontak menendang punggung Alvaska hingga membuat cowok itu jatuh tersungkur bersama Reyfan. "Lo apa-apaan sih, Va!"

Kana berlari menghampiri Reyfan dan membantu cowok itu bangkit berdiri. Kana menghapus perlahan darah yang mengalir dari mulut Reyfan dengan punggung tangan. "Lo nggak apa-apa kan Rey?" Kana bertanya khawatir.

Reyfan menggelengkan kepalanya samar sambil melirik ke arah Alvaska. "Gue nggak apa-apa."

Kana bernapas lega. Cewek itu menoleh menatap Alvaska tajam. "Lo bener-bener keterlaluan."

Alvaska diam. Cowok itu bangkit perlahan lalu menatap Kana dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.

"Lo nggak bakal tau sesakit apa rasanya, saat apa yang lo jaga selama ini rusak." Alvaska tau rasanya. Hal yang selama ini ia jaga mati-matian, rusak dalam satu malam. Rasanya begitu menyakitkan. Hatinya hancur berantakan.

Kana tidak mengerti. "Apa maksud lo?"

Alvaska memejamkan mata menahan sakit yang teramat sangat pada dadanya. Hatinya. Cowok itu membuka mata kemudian menunjuk ke arah Reyfan. "Dia, orang yang sama. Orang yang udah merusak masa depan cewek yang gue sayang."

Bianca.

To be continue..

1071 word. Secuil jejak anda, means a lot_

ALVASKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang