ALVASKA 32 Part I

331K 39.6K 743
                                    

"Elus.."

Bukannya mengelus, Kana malah menjitak dahi Alvaska yang terluka dengan begitu keras hingga membuat cowok yang terbaring lemah di atas brankar itu berteriak kesakitan. "Akh!"

Alvaska menutup matanya sambil mengusap pelan dahinya yang terluka. Cowok itu membuka mata, menatap Kana tajam.

"Maksud lo apa?"

"Maksud gue?" Kana mengangkat salah satu bahunya acuh. "Ntahlah. Gue pengen aja jitak kepala lo yang tolol itu. Masalah?"

Alvaska tidak menanggapi ucapan Kana. Cowok itu semakin menatap Kana tajam.

"Ambilin gue minum."

"Nggak."

"Ambil."

"Nggak."

"Ambilin nggak?"

"Nggak."

"Gue haus."

"Bodo amat," balas Kana ketus.

Ketika Kana hendak melangkah pergi, Alvaska sudah lebih dulu menahan lengannya agar tetap di posisi.

"Lo mau kemana?"

Kana berdecak. "Balik ke sekolah." Kana berusaha melepaskan lengan kanannya yang di cekal oleh Alvaska. Tapi bukannya terlepas, malah rasa sakit yang cewek itu dapat. "Sakit."

Alvaska semakin mengeratkan cengkramannya di lengan Kana hingga membuat Kana meringis kesakitan.

Kana menatap Alvaska tidak suka. "Mau lo apa sih?"

"Gue haus."

"Ya udah minum."

"Ambilin."

Kana memejamkan mata berusaha mati-matian untuk tidak memukul cowok yang tengah berbaring lemah di atas brankar di sebelahnya.

"Ambil sendiri."

"Nggak bisa."

Kana membuka mata menatap Alvaska tajam. "Lo punya tangan."

"Jauh."

"Apanya?"

"Airnya."

Kana menoleh ke arah sofa di sudut ruangan. Di atas meja sofa itu terdapat air minum yang di letakkan di samping jaket hitam anak geng motor Alvazars. Kana berdecak. Cewek itu menepis kasar tangan Alvaska yang mencekal lengannya hingga membuat cekalannya terlepas.

"Manja," cibir Kana pada Alvaska. Cewek itu melangkah cepat menuju sofa lalu mengambil satu gelas air putih untuk Alvaska. Setelahnya, Kana kembali melangkah mendekati brankar. Cewek itu menyodorkan air minum yang dia genggam pada Alvaska.

"Nih, minum."

Alvaska diam. Cowok itu melirik sekilas air minum yang berada di tangan Kana. Alvaska berusaha bangkit untuk duduk bersandar di sandaran brankar, tapi tidak bisa. Tubuhnya masih terlalu lemah.

"Kok diem sih? Buruan ambil," kata Kana kesal karena Alvaska tidak kunjung mengambil air gelas yang ia genggam. "Kalo lo nggak ambil air ini dalam waktu tiga detik, gue pergi."

Alvaska diam.

"Satu, dua, ti-"

"Tolong." Alvaska memotong ucapan Kana. Cowok itu mengangkat tangan kirinya lalu menggenggam erat tangan Kana yang memegang gelas.

"Tolong? Maksud Lo?" Kana bertanya tidak mengerti.

"Bantuin gue bersandar, gue lemes banget," bisiknya. Ntahlah, cowok itu tiba-tiba saja merasa lemas. Seluruh tubuhnya seakan kehilangan tenaga dalam waktu singkat.

Kana menghela napas berat. Cewek itu meletakkan gelas yang ia pegang ke atas nakas, lalu meletakkan tangan krinya di tengkuk leher Alvaska yang terasa panas, mambantu cowok itu untuk bersandar di sandaran brankar.

Alvaska menarik ujung bibirnya, tersenyum tipis. Cowok itu berusaha untuk duduk. Bersamaan dengan itu, dada kirinya entah kenapa tiba-tiba saja terasa begitu sakit dan nyeri. Jantungnya mulai berdetak tidak karuan.

Alvaska menggigit bibir dalamnya, berusaha mati-matian agar tidak berteriak kesakitan di hadapan Kana yang kini tengah membantunya untuk bersandar.

"Alva!"

Teriakan seseorang dari arah pintu masuk ruangan membuat Kana tersentak dan refleks melepaskan tangan kirinya dari lengan dan tengkuk Alvaska, membuat punggung cowok itu menghantam kasur dengan sangat keras.

"Akh!"

To be continue part II..

530 word. Secuil jejak anda, means a lot_

ALVASKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang