"Sayang, ini Ayah."
Kenzo mengepalkan kedua tangan di sisi tubuhnya geram. Tanpa berkata sepatah kata pun, cowok berumur tiga puluh empat tahun itu bangkit dari duduknya, berjalan menaiki altar -menghampiri Alvaska yang masih berlutut mencium perut Kana. Ken melangkah mendekati Kana dan langsung mendorong tubuhnya hingga membuat cewek itu jatuh berlutut di atas altar.
"Akh.." Kana meringis -meremas perut bawahnya yang terasa nyeri.
Alvaska yang melihat itupun sontak bangkit berdiri dan langsung meninju kuat wajah Kenzo hingga membuat bibir ayahnya terluka mengeluarkan darah.
"Shh.." Kenzo menghapus kasar darah yang mengalir dari bibirnya dengan punggung tangan. Cowok itu menoleh, menatap putranya marah.
"Brengsek! Apa-apaan kamu-!" Belum sempat Kenzo menyelesaikan ucapannya, sebuah tendangan keras lebih dulu mengenai dadanya hingga membuat cowok itu jatuh tersungkur hingga membuat tubuhnya jatuh terseret beberapa meter. "Akh!"
"Alva!" Zila berteriak histeris saat melihat Alvaska seolah ingin menghabisi Kenzo, ayah kandungnya sendiri.
Seluruh para tamu undangan yang hadir sontak terkejut saat melihat Alvaska menendang dada Kenzo, tidak terkecuali Alvaska dan Queenza yang duduk bersebelahan dengan Zila.
Zila dengan cepat berlari menaiki altar, menghampiri Alvaska dan langsung melayangkan sebuah tamparan keras di pipi putranya hingga membuat wajah cowok itu menoleh ke samping dengan bekas memerah akibat tamparan.
Alvaska memejamkan mata saat merasakan sakit di pipinya akibat tamparan keras dari Mamahnya, Zila. Cowok itu membuka mata -menoleh menatap Zila tidak percaya.
"Kenapa Mamah tampar Alva?"
Zila tidak menjawab. Tapi tatapan matanya sudah sangat jelas mengatakan jika dia benar-benar marah. Zila melangkah mendekati Kenzo. "Kamu nggak apa-apa kan, Ken?" Zila bertanya khawatir.
"Aku nggak apa-apa." Kenzo bangkit berdiri di bantu Zila. Napas cowok itu terasa sesak setelah mendapatkan tendangan kuat dari Putranya.
Claudia berjalan menghampiri Alvaska yang masih tidak percaya jika Zila tadi menamparnya.
"Alva.." Claudia mengusap lembut lengan kiri Alvaska, berusaha menenangkan. "Kamu nggak apa-apa kan, Va?"
Alvaska menggeleng lemah. Cowok itu menarik pinggang Claudia, memeluknya erat. Dia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Claudia yang terbuka. "Sakit, Clau..".
Mata Kana tiba-tiba saja terasa panas. Dadanya sesak seakan teremas. Dia menatap Alvaska dan Claudia dengan tatapan terluka.
Claudia membalas memeluk Alvaska tidak kalah erat. "Nggak apa-apa Va. It's okay. Gue nggak apa-apa."
Pak Razi dan istrinya berjalan menaiki Altar, menarik Claudia hingga membuat pelukannya dan Alvaska terlepas.
Claudia merasa kehilangan.
"Saya membatalkan pernikahan Claudia dengan putra kamu, Ken! Dan saham yang saya tanamkan di perusahaan kamu akan saya tarik kembali!"
Setelah mengatakan itu, Pak Razi langsung menarik paksa lengan Claudia, menuruni altar -keluar dari dalam gedung Allergan.
"Terserah! Saya tidak peduli!" Balas Kenzo atas ucapan Pak Razi tadi. Dia juga tidak butuh saham dari perusahaan kecil keluarga Winarta.
Kenzo menarik tangan Zila, menuruni altar dan segera keluar dari dalam gedung Allergan.
Para tamu yang hadir nampak kebingungan. Tapi tetap memilih diam di tempat duduk mereka.
Alvaska melangkah mendekati Kana, hendak membantu cewek itu bangkit berdiri dari duduknya. Tapi baru saja Alva melingkarkan lengan di pinggang Kana, tangannya langsung di tepis kasar oleh si empunya.
