62

268K 30.8K 39.3K
                                    

"Hati gue berdarah, Al." It's hurt..

Alvaska tercekat.

Seluruh murid yang masih berada di dalam kantin Alantra menahan napas saat tidak sengaja mendengar kata-kata Kana barusan.

Sementara itu, Alzaska dan Queenza, pasangan kekasih yang baru saja menjalin hubungan dua hari lalu itu menghentikan langkahnya ketika baru saja hendak memasuki kantin sekolah saat tidak sengaja melihat Kana mencium dahi Alvaska di depan pintu masuk kantin Alantra.

"Alva, dia kelihatan sayang banget sama Kana." Queenza bergumam, semakin mengeratkan genggamannya di tangan Alzaska.

Kana menjauhkan bibirnya dari dahi Alvaska, menatap cowok itu nanar. "Hargai sebelum pergi. Genggam sebelum hilang karena mempertahankan, tidak semudah mendapatkan."

Alvaska menggigit bibir bawahnya menahan sakit.

"Sakit?"

"Ya."

Kana terkekeh getir. "Gue lebih." Tanpa berkata sepatah kata pun, Kana langsung berbalik badan, menarik tangan Gara menuju halaman belakang sekolah, mengabaikan Alvaska yang terlihat begitu terluka karena kata-katanya barusan.

Sementara itu, Alvaska menyandarkan punggungnya di balik pintu kantin Alantra. Tubuh Cowok itu melemas. "Gue hanya nggak mau lo sakit di saat gue pergi."

Apa itu salah?

Alvaska terkekeh getir. "Dan sampai kapanpun, lo nggak bakal pernah paham sedalam apa perasaan gue ke lo, Ka. Terlalu dalam sampai hati gue mati rasa."

"Alva," panggil Raga yang entah kapan sudah berdiri di sebelah Alvaska. Cowok itu merangkul pundak sahabatnya, menuntunnya berjalan ke arah bangku meja kantin Alantra di barisan depan.

Alvaska mendudukkan diri disebelah Fadel. Cowok itu menyandarkan kepalanya di atas meja kantin. "Sakit."

"Kepala lo sakit?" Tanya Raga yang baru saja duduk di sebelah cowok itu.

Alvaska menggeleng lemah. "Nggak."

"Dada lo?"

Alvaska kembali menggeleng.

"Perut lo? Kaki lo? Tangan lo? Punggung lo? Dahi lo? Bibir lo? Mata lo? Paha lo? Jari lo? Alis lo? Hidung lo? Bulu mata lo? Lidah lo? Da-"

"Hati gue." Alvaska bergumam memotong perkataan Fadel.

"Hah?!"

Raga dan Fadel sama-sama terkejut. Sejak kapan Alvaska bisa bersikap seperti remaja yang sedang patah hati?

"Wah, nggak bener nih."

"Otak lo nggak beres, Va."

Alvaska diam. Cowok itu terlalu lelah untuk menghajar kedua sahabat kurang ajarnya itu.

"BERHENTI LO, ANJING!!" Teriakan Jazi membuat seluruh murid yang tengah menyantap makanan mereka tersedak hampir mati.

Alvaska menoleh ke arah Jazi yang tengah mengejar Arkan sampai ke dalam kantin Alantra.

Arkan berlari memutari bangku meja kantin sambil membawa celana basket milik Jazi.

Jazi berlari sambil menutupi benda pusakanya yang hanya tertutupi celana dalam. "BERHENTI, WOY!!"

Raga dan Arkan tertawa terbahak-bahak. Kedua cowok itu serempak berlari ke arah Jazi kemudian menahan kedua lengan cowok itu.

Arkan berhenti berlari. Cowok itu menoleh ke belakang dan tertawa ketika melihat wajah Jazi yang tampak frustrasi, berusaha melepaskan diri dari cekalan Raga dan Fadel.

ALVASKA Where stories live. Discover now