PART 4

1.1K 106 8
                                    

Author Pov.

Suasana malam itu di kediaman Becca dan Hans di isi dengan makan malam yang sempurna. Segala hidangan tersaji rapi dan menggugah selera, aromanya yang beraneka ragam menguasai penjuru rumah. Pujian-pujian dari rasa masakan itu terus terlontar dari mulut Becca dan Hans.

"Kau memang tiada duanya! Masakanmu selalu lezat, aku yang bisa masak pun merendah karena aku sadar ada yang lebih pintar dalam urusan dapur. " Becca berseru senang.

Zayya tersenyum senang, ia sudah terbiasa pada pujian Becca dan jika memang Becca menyukai masakannya tidak ada yang bisa Zayya lakukan selain menyukurinya.

"Kau benar Sayang tapi aku tetap menyukai rasa masakanmu." Hans menyahut di sisi Becca, Becca tersenyum gemas seraya menyuapkan Hans potongan daging.

"Bagus tidak ada yang membangunkanku." Cetus suara bariton nan datar dari arah tangga.

Semua mata tertuju pada asal suara. Owen berdiri di anak tangga terakhir, bersedekap lengan dan menatap tajam. Zayya bergidik kecil melihatnya, Owen memang memiliki tatapan yang tajam bahkan bisa sampai berkilat.

"Tadi Hans sudah membangunkanmu tapi mungkin kau tidak mendengarnya, ayolah bang kemari dan duduk saja nikmati makan malammu."

Owen melangkah hingga sampai di meja makan dan menatap beraneka macam hidangan, tidak dapat ia pungkiri ia mengalami kelaparan begitu melihat banyaknya makanan dan ia pun melupakan kekesalannya.

"Itu tempat dudukmu." Hans menunjuk dengan bersemangat. Owen melirik arah tangan Hans, tempat duduknya berada di sisi Zayya. Lantas Owen tersenyum.

"Hai" Owen menyapa.

Zayya berubah kikuk, tadi sebelum adanya Owen semua perasaan Zayya baik-baik saja tapi sekarang tidak sama lagi.

"Emm selamat malam Mr. Moghler."

Owen melangkah mengitari separuh meja untuk sampai di kursinya tanpa melepaskan tatapanya terhadap Zayya kemudian Ia duduk dengan santai.

"Zayya tolong siapkan makanan Owen, dia tidak bisa menyiapkan makanannya sendiri. Jika kau ingin tahu Owen selalu mengandalkan Mama menyiapkannya." Ucap Becca. Owen memincing.

"Mama yang bersikeras melakukanya." Sergah Owen.

"Sampai-sampai kau tidak bisa menyiapkan makananmu sendiri." Cibir Becca.

"Tolong jangan bertengkar disini." Hans menggerutu. Bagaimana pun jua Hans adalah kepala rumah tangga dan ia berhak atas segalanya.

Zayya tidak begitu mempedulikan ocehan Owen dan Becca, kedua Kakak beradik itu memang nampak seperti kucing dan tikus sama seperti Becca dan Hans. Zayya meraih piring di hadapan Owen.

"Kau biasanya makan dalam porsi seperti apa Mr. Moghler?"

Owen menatap Zayya. Zayya selalu bisa mengalihkan suasana hatinya. Owen beralih menatap hidangan.

"Tidak banyak tapi saat ini aku lapar."

Zayya tersenyum, ia meletakan beberapa macam masakan yang menurutnya akan disukai Owen, entah mengapa saat menyajikannya untuk Owen, Zayya merasa senang.

"Ini, selamat makan Mr. Moghler."

Owen tersenyum.

"Terima kasih."

Seluruh tatapan tertuju kepada Owen kecuali William yang tengah memainkan makanannya. Tatapan-tatapan itu seakan menantikan reaksi Owen terhadap makanan yang tengah ia santap.

"Sial!" Umpat Owen namun ada senyum di balik umpatanya.

"Kenapa?" Becca dan Hans bertanya.

"Ini sangat lezat." Owen tidak bisa memungkiri rasa lezat makanan itu.

"Aha bertambah satu lagi pencinta masakanmu Zayya." Ucap Hans.

"Kau yang memasak?" Nada suara Owen meningkat takjub, netra pria tampan itu pun bersinar takjub.

"Mmm...ya." Gumam Zayya, ia tidak mengerti mengapa begitu canggung saat Owen menanggapi masakannya.

"Kau--"

"Sempurna! Aku sudah bilang padamu." Sahut Hans.

Owen tersenyum sementara Zayya menunduk menyembunyikan pipinya yang panas pertanda merah merona hadir disana.

"Memangnya kenapa jika Zayya sempurna?" Becca menatap Owen penuh selidik.

Owen menyeringai.

"Mungkin aku akan menperkenalkanya pada Mama."

"Itu bagus!" Seru Hans.

"Omong kosong!" Sergah Becca.

Owen terkekeh, ia melirik Zayya. Owen mengeryit, kenapa gadis itu harus menunduk menyembunyikan kecantikannya?.

"Mama akan sangat senang mengenalnya Becca." Desis Owen.

Becca berdecak. Ia menatap bergantian Owen dan Zayya.

"Zayya angkat wajahmu dan lihat Owen. Apakah ia tipemu?"

Oh Tuhan, Zayya tidak akan sanggup melakukannya.

"Sayang" Desis Hans. Becca mendelik, menatap Owen.

"Belum dua puluh empat jam kau mengenal Zayya tapi kau sudah menunjukan taringmu. Bang, setelah kau menghabiskan makananmu, kita perlu bicara, hanya kita berdua." Papar Becca.

Terus terang saja Becca mulai cemas terhadap Zayya yang mungkin bisa saja jatuh pada pesona Owen, Owen yang tampan tapi bajingan.

Mendengar ucapan Becca membuat Zayya mengangkat wajahnya, menatap Becca dengan penuh tanda tanya dan dengan sedikit berani Zayya melirik Owen yang tengah menatap Becca dengan tatapan tajam yang jauh lebih tidak dapat Zayya mengerti. Ada apa dengan Kakak Beradik itu? Benak Zayya bertanya-tanya dan ia yakin ini semua ada hubungannya dengan dirinya.

***************************

UP!!!!!

Semoga suka jangan lupa VOMENT.

DAN TETAP JAGA KESEHATAN YA 😊😊😊😊

See u 😙😘

VANILLA TWILIGHTWhere stories live. Discover now