PART 22

1.4K 92 19
                                    

Author Pov.

Wajah tampan Matthew saat ini tidak seperti wajah tampan dengan senyum tulus yang selalu menyapanya di setiap ada kesempatan. Kali ini wajah tampan itu nampak muram dengan senyum tipis, Zayya yakin keadaan Matthew saat ini pasti karena ungkapan mencengangkan kekasihnya di meja makan tadi.

"Kau baik-baik saja?" Zayya berinisiatif menjadi yang pertama memulai karena ia tidak memiliki waktu banyak hanya untuk meminta maaf atas kesalahan Owen. Mereka duduk berhadapan di sofa yang di batasi meja persegi.

Matthew menatap sendu wajah cantik Zayya, ia ingin mengusahakan senyum terbaiknya tapi nampaknya hatinya tidak mengizinkan itu terjadi karena sekarang hatinya tidak lagi bersimpati untuk menjerat perasaan gadis cantik di hadapanya saat ini. Setelah ungkapan Owen tadi mampu membuatnya menjadi pria tahu batasan untuk tidak mengganggu apa yang akan menjadi milik orang lain. Jika Matthew ingin, ia bisa saja melayangkan tatapan perang kepada Owen dan menjadikan Zayya taruhan bagi siapa yang memenangi peperangan maka ia lah yang memiliki Zayya tapi Matthew adalah pria berpendidikan dan berpangkat tinggi dan terlebih lagi ia mengenal sikap Zayya. Zayya terlalu sempurna dan ia tidak tega sampai menjadikan Zayya obsesi perangnya, apa lagi sampai menyakiti hati gadis itu oh Matthew tidak akan pernah tega.

"Aku baik-baik saja. Kenapa kau kemari bukankah hari ini kau akan pergi bersama Mr. Moghler?" Yeah tentu saja kedatangan Zayya saat ini untuk berpamitan, dasar pria bodoh dan kurang beruntung. Batin Matthew mengejek dirinya sendiri.

Zayya tersenyum. Ia kagum terhadap Matthew yang meski pun tengah menatapnya sendu tapi nada pria itu masih tetap sopan seperti biasanya. Ada kemungkinan Matthew marah kepadanya tapi sepertinya kemarahan itu lebih merujuk kepada Owen, Zayya bisa melihat dari tatapan sendu namun menyimpan kemarahan.

"Masih ada waktu, aku kemari ingin meminta maaf atas sikap Owen."

Matthew menyeringai, beruntung sekali Owen memiliki gadis sebaik Zayya.

"Dia tidak melakukan hal buruk apa pun kepadaku jadi tidak perlu minta maaf. Aku hanya tidak menduga kau tidak akan di sini lagi dan sepertinya ucapan Mr. Moghler sangat serius bahwa kalian akan menikah." Matthew sudah sakit dan ia tidak keberatan semakin sakit dengan menerima kenyataan langsung dari Zayya.

Tentu saja Zayya tidak langsung menjawab, ia menatap Matthew lebih dalam, mencari-cari apa yang tengah di sembunyikan pria tampan itu darinya dan lama kelamaan Zayya menemukanya. Selain pandangan sendu dan marah, ada pandangan lain yang mencoba mendominasi, Zayya tidak mungkin salah menilai meski pun ia tidak tahu banyak, tatapan itu adalah tatapan patah hati.

"Matthew," Lirih Zayya, ia tidak ingin salah berucap.

Matthew tersenyum kali ini adalah senyum tidak berdaya dan tatapan patah hati yang mutlak mendominasi.

"Aku pikir selama ini kau tidak memiliki hubungan apa pun dengan Mr. Moghler tapi ternyata aku salah, diam-diam kalian membangun hubungan itu. Aku pikir selama ini kau membuka hati untukku karena ku lihat ada peluang besar untukku memilikimu melalui Carla dan Carly tapi aku salah. Peluang itu tidak ada bahkan aku yakin kau sama sekali tidak menyediakan peluang apa pun untukku, yang hanya kau lakukan adalah menghargaiku sebagai Ayah dari Carla dan Carly." Matthew terus mengusang senyum meski pun berat ia akan tetap tersenyum. Zayya sudah begitu baik padanya selama ini, maka ia pun wajib membalasnya dengan kebaikan.

"Aku menyukaimu," Matthew terkekeh getir karena ungkapan terlambatnya.

"Benar-benar bodoh dan memalukan ku ungkapkan saat kau sudah memiliki kekasih tapi aku rasa kau harus tahu karena aku tidak mungkin membiarkan perasaan ini terus berkembang sementara kau sendiri tidak memiliki perasaan yang sama, yeah setidaknya setelah kau tahu dan aku tahu jelas apa tanggapanmu maka tidak ada alasan lagi untukku mempertahankan perasaan ini."

VANILLA TWILIGHTWhere stories live. Discover now