PART 17

824 73 0
                                    

Author Pov.

"Terjadi sesuatu malam tadi?"

Binar kenakalan di netra dan senyum Hans membuat Owen muak dan bereaksi datar. Ia belum menceritakan apa pun kepada Hans. Kembali mengingat malam semalam membuat Owen nyaris tidak bisa mengendalikan dirinya untuk merenggut Zayya malam itu juga tanpa memperdulikan perasaan gadis itu! Tapi kenyataanya berbeda, Zayya meluluh lantakan dunianya, seluruh diri Owen takluk kepada Zayya.

"Tidak ada."

Hans memincing, memperhatikan Owen lebih dalam.

"Kau ingin aku tahu sendiri atau kau yang mengatakanya kepadaku?" Tuntut Hans. Owen mengerang tertahan.

"Aku benci harus mengatakanya."

Bola mata Hans membelalak.

"Tidak mungkin." Desisnya.

Owen terpekur menatap rumput taman, ia memijaknya pelan seakan semacam petunjuk emosinya sedang tidak berbahaya. Zayya menguasai pikiranya.

"Apa yang kurang dari dirimu? Jika pun ia tahu kau bajingan, reputasi itu masih bisa di musnahkan." Gumam Hans. Owen menyeringai.

"Zayya tidak pernah melihat seseorang dari reputasinya, aku pikir ia hanya takut."

"Takut padamu?" Sahut Hans.

Owen mengedikan bahu lantas menatap Hans.

"Mungkin."

Hening mengisi suasana. Hans tengah memikirkan sesuatu tapi sepertinya ia sudah kehabisan akal untuk membantu Owen. Hans tidak menyangka Zayya akan sangat sulit untuk Owen taklukan padahal Hans sendiri melihat bagaimana Owen yang begitu mempengaruhi Zayya sejak keduanya bertemu.

"Lalu apa yang akan kau lakukan?" Hans memilih menjadi pendengar yang baik.

Owen menyeringai, angkuh.

"Kau pikir aku akan menyerah?, masih ada dua hari lagi."

Kedua alis Hans bertautan, bukanya ia meragukan usaha Owen tapi ia hanya tidak begitu yakin.

"Kau yakin cukup? Kau bisa memperpanjang liburanmu."

Owen menggeleng. Dua hari memang terdengar mustahil tapi itu mampu membuat Owen merasa sangat tertantang. Memperjuangkan sesuatu, memperjuangkan seseorang yang akan menemani sisa hidupnya.

"Aku tidak keberatan." Intonasi Owen terdengar lebih angkuh. Hans memincing.

"Apa rencanamu? Kau akan bertindak brutal?"

Tudingan Hans membuat Owen tertawa pelan.

"Kau terdengar seperti Becca." Cetus Owen di sela tawanya. Hans bersedekap.

"Kenapa tidak? Becca istriku dan tentu saja ia mempengaruhiku."

"Dan kalian cocok." Owen masih tertawa dan berusaha menghentikannya.

Hans mencibir.

"Terima kasih tapi bukan aku dan Becca yang sedang kita bicarakan, ayolah bro beritahu aku apa rencanamu?"

Owen berhasil menghentikan tawanya, ia menatap datar wajah penasaran Hans.

"Apa pun itu cukup doakan saja semoga aku berhasil." Ucap Owen.

Lagi dan lagi Hans mencibir tapi tidak pelak ia juga tersenyum tampan.

"Amin!" Serunya.

*******************************

Zayya mencoba fokus tapi ia tidak bisa! Bukan karena apa hanya saja pikiranya sedang tidak bisa di ajak bekerja sama. Zayya memikirkan Owen dari kencan malam tadi sampai dengan detik ini. Pekerjaan yang Zayya lakukan nyaris tidak berarti apa-apa karena dalam hitungan detik ia akan berhenti hanya untuk merenung dan terus seperti itu. Zayya menghela nafas, ia tidak kuat lagi! Dengan lemas meletakan piring yang masih berbusa kembali ke dalam bak cucian piring. Sekarang Zayya justru terpekur menatap piring-piring kotor.

VANILLA TWILIGHTWhere stories live. Discover now