PART 19

888 89 10
                                    

Author Pov.

Usai makan malam itu Zayya memutuskan membersihkan diri sementara Owen entah melakukan apa. Sepanjang kegiatan mandinya, senyum tak luput dari bibirnya, ia memikirkan Owen! Tentu saja Owen telah menjadi topik isi kepalanya saat ini apa lagi setelah pria itu berhasil membuat Zayya terkesan dengan rasa masakanya. Owen bilang ia tidak memiliki kemampuan dalam urusan dapur tapi begitu pria itu mencoba dan menghasilkan sesuatu, Zayya tahu sebenarnya pria itu cukup mampu.

Zayya meninggalkan kamar mandi setelah beberapa menit berendam di air hangat. Beberapa menit berikutnya ia lakukan untuk berpakaian dan mengeringkan rambutnya, hingga ketukan di pintu penghubung menyapanya.

"Owen?" Ucap Zayya memastikan pria itu yang mengetuk.

Benar saja, Owen masuk kemudian. Pria itu terlihat segar dan tentu saja selalu tampan. Owen tidak memakai baju, dada bidang bertatonya menjadi tontonan gratis.

"Kau sudah mandi?" Tanya Owen seraya mendekat dan duduk di tepian ranjang Zayya, menatap Zayya yang tengah duduk di kursi rias.

"Sudah." Zayya sepertinya sudah terbiasa pada tontonan gratis bagian tubuh atas Owen.

Owen menatap pengering rambut di tangan gadis itu.

"Butuh bantuan?"

"Apa?"

"Mengeringkan rambutmu"

Zayya tersentak kecil lalu tersenyum.

"Aku bisa melakukanya sendiri."

Owen menatap kegiatan Zayya, Owen kemari tentu saja karena memiliki alasan.

"Kemana saja kau seharian ini?"

"Mengunjungi asrama ku dulu." Zayya meletakan pengering rambutnya, berbalik sepenuhnya menghadap Owen.

"Kenapa kau tidak memberi tahuku?"

"Saat aku pergi kau tidak ada di rumah lagi pula aku pergi bersama Matthew, Carla dan Carly."

Mendengar penjelasan Zayya yang di sertai orang-orang yang ikut bersamanya membuat bola mata Owen melebar seketika, tatapan pria itu tajam menelisik.

"Matthew?"

"Carla dan Carly memaksa ikut saat melihatku menunggu taksi kemudian Matthew tidak bisa menolak keinginan anak-anaknya." Zayya langsung menjelaskan pada intinya.

Rasa panas dalam tubuh Owen pelan-pelan mereda, ia memejamkan mata menyadari bahwa Matthew tidak bisa di katakan remeh. Pria itu memiliki anak-anak yang sangat dekat dengan Zayya dan Owen mengambil kesimpulan bahwa Matthew menggunakan anak-anaknya untuk mendapatkan Zayya.

"Kau baik-baik saja?" Teguran lembut suara Zayya membuat Owen membuka matanya.

"Aku ingin bicara,"

Zayya mengeryit, bukankah mereka dalam situasi demikian? Ada apa dengan Owen?

"Aku bisa gila jika tidak membicarakanya sekarang, Zayya." Tambah Owen getir. Zayya menatap tertegun.

"Owen---"

"Kemarilah, lebih dekat saat berbicara lebih baik. Suara mu lembut sekali aku nyaris tidak mendengarmu." Owen menepuk sisi kananya. Sebuah kebohongan ia nyaris tidak mendengar Zayya, ia hanya ingin Zayya dekat dengannya.

Bukan Zayya namanya jika tidak berpikir keras terlebih dahulu sebelum berurusan dengan Owen, tapi bukan Zayya namanya jika tidak mematuhi perintah Owen.

"Aku---"

"Aku menunggu," Sahut Owen tidak peduli dengan keraguan Zayya, toh gadis itu akan tetap mendengarkanya.

VANILLA TWILIGHTWhere stories live. Discover now