PART 15

912 92 11
                                    

Author Pov.

"Kau tidak ingin melakukan sesuatu?" Hans bersuara di sisi Owen. Kedua pria yang memiliki ketampanan berbeda itu tengah duduk mengamati Zayya, Becca dan William yang menata bunga-bunga palsu di ruang tamu.

Owen tahu arah pembicaraan Hans, tentu saja ia tahu karena saat ini ia dan Hans tengah mengamati sumber pembicaraan mereka.

"Sedangku lakukan." Sahut Owen. Hans mendelik sinis.

"Apa yang kau lakukan? Yang ku lihat akhir-akhir ini kau hanya diam menatapnya."

"Diam adalah emas." Sahut Owen acuh.

Hans mendengus, ia menatap bergantian Owen dan Zayya. Tidak mengerti apa yang tengah terjadi di antara mereka.

"Jadi kau memilih menyerah?"

"Bisakah kau diam." Tukas Owen cepat dan tajam. Menyerah tidak pernah menjadi pilihan dalam kehidupan Owen.

Hans menyeringai.

"Sahabat seperti apa yang diam di saat sahabatnya membutuhkan bantuan."

"Aku tidak butuh bantuanmu." Sahut Owen masih acuh.

"Tentu kau butuh. Jauh di dalam lubuk hatimu kau butuh bantuanku." Hans berkeras.

Owen menghela nafas, Hans benar, Owen memang membutuhkan bantuan Hans.

"Lantas bantuan seperti apa yang bisa kau berikan kepadaku?" Owen menatap mengejek wajah kesal Hans.

"Apa pun! Tapi pertama-tama aku harus tahu sisa berapa lama lagi kau di sini?, Becca bilang liburanmu akan segera berakhir."

"Tiga hari lagi." Owen tersenyum pahit. Waktu yang sangat singkat dan sampai sekarang ia belum mendapatkan Zayya. Owen bukanya santai, ia hanya tidak mengerti bagaimana caranya membuat Zayya jatuh ke dalam pelukannya. Zayya bukan gadis biasa, Owen tahu itu dan Owen tidak ingin memperlakukan Zayya biasa-biasa saja, ia butuh sesuatu yang luar biasa.

"Tiga hari!" Hans berseru, ia melirik tiga orang yang tengah sibuk dan bersyukur mereka tidak memperhatikan sekitarnya terkecuali bunga-bunga.

"Ohh bro itu waktu yang sangat singkat." Gerutu Hans.

Owen menyeringai.

"Biasanya pemikiran terbaik datang di waktu yang singkat."

"Dan kau pikir Zayya akan menerima sebuah komitmen dalam waktu yang singkat?" Tukas Hans.

Owen tercenung, mengerjap beberapa kali sebelum menunduk dan terkekeh.

"Tentu saja tidak. Dia pasti ketakutan."

"Kau harus melakukan sesuatu!" Hans menepuk pundak Owen.

"Apa?"

Kadang Hans memiliki ide brilian untuk Owen.

"Kau bawa Zayya kesuatu tempat, lakukan hal yang romantis dan nyatakan keinginanmu dengan serius, aku yakin Zayya tidak akan menolak." Netra Hans berbinar penuh keyakinan, Owen menyeringai mengejek.

Entahlah, Owen mengingatkan dirinya sendiri bahwa ia bukan pria romantis. Owen terlalu kaku dan dingin untuk menghidupkan suasana romantis dan masalahnya ini kali pertamanya ia menghubungkan kehidupanya dengan asmara percintaan.

"Jika tidak berhasil?"

Hans mengedikan bahunya, ia sudah memberi saran dan Owen hanya perlu melakukan sarannya.

"Tergantung, jika Zayya memang tidak memiliki perasaan padamu maka ia akan menolakmu."

"Itu tidak akan pernah terjadi." Hardik Owen. Hans menyeringai seraya menepuk pundak Owen.

VANILLA TWILIGHTWhere stories live. Discover now