-11-

213 26 3
                                    

Banyak orang mengira hidup menjadi sosok Jislia sangat menyenangkan. Mempunyai perawakan yang bagus, wajah cantik menawan, suara yang merdu, hidup berlimpah harta yang mungkin selama dia hidup tak pernah merasakan kata tidak.


Tuhan maha adil, itu yang dikatakan orang-orang saat mengetahui Jislia adalah murid yang susah menerima pelajaran. Si otak udang yang lugu dan menawan.


Dirinya tidak pernah marah dan masa bodoh terhadap gunjingan orang-orang. Setiap hari selalu ada saja ungkapan kebencian yang ia terima.


Apapun yang dia lakukan selalu salah dimata orang. Pernyataan yang menyebutnya si otak dungu, orang yang hanya mengandalkan visual, manusia tidak berguna dan secara gamblang menyuruh nya mati saja kerap ia terima.


Bahkan saat dirinya mengikuti ekstra Cheerleaders kerap dicemooh anggota lain karena tariannya yang buruk dan hanya merusak penampilan mereka saja.


Lalu dia hanya membalasnya dengan senyuman, seperti yang kakaknya bilang.


Senjata paling ampuh untuk mereka yang mengolok mu adalah memberikan senyuman tulus.


Sudah Jislia lakukan. Ketika ia menerima gunjingan, senyuman yang ia beri. Namun, hatinya selalu tergores tepat di luka yang masih menganga.


Didepan semua orang ia adalah sosok yang terlalu santai menghadapi cibiran lalu setelah nya ketika sendiri dia meraung mengutuk dirinya kenapa menjadi sosok yang dibenci banyak orang.



___





"Lo sebenernya bisa nggak, sih!? Capek gue ngulang mulu!" Lia hanya bisa mengucap kata maaf yang entah sudah berapa kali dia keluarkan.




Impiannya sedari kecil yaitu mengikuti cheerleaders dan ini kesempatan bagus karena mereka membutuhkan anggota baru. Dirinya harus berjuang menurunkan berat badan agar bisa diterima. Mengesampingkan rasa perih dan mual saat magh nya kambuh karena melakukan diet yang tidak sehat. Menghafal gerakan dasar dan berlatih sendiri setiap malam dengan keadaan perut melilit. Semuanya dia lakukan.



"Yang semangat, dong! Kalo terus-terusan kayak lazy dancer gini lo cuma jadi perusak penampilan kita aja." Mengangguk patuh, Lia semakin mengerahkan kemampuannya menyeimbangi gerakan anggota lainnya.



"Setelah Ujian Semester nanti, kita bakal jadi tim sorak di pertandingan basket waktu classmeet. It's time to shine, gurls. Jadi gue harap semua diantara kalian latihan yang bener dan jangan sampai penampilan kita hancur karena setitik noda pengganggu." Hampir semua anggota melirik Lia saat Leader mereka memberi petuah sebelum latihan usai. Yang dipandang hanya tersenyum, menguatkan dirinya karena semua memang butuh proses.



Setelah latihan selesai, semua anggota sudah meninggalkan ruangan kecuali Lia yang kesusahan mengangkat box peralatan yang digunakan mereka selama latihan tadi. Memasukkan barang-barang kedalam loker dengan benar, rasa pegal mulai menyapa seluruh tubuhnya.



Benar-benar menguras tenaga. Karena sebelum ini Lia sudah bertugas membawa minuman untuk semua anggota saat istirahat berlangsung. Lalu saat selesai masih dirinya yang bertugas membereskan semua.



Tidak apa-apa, sekali lagi dirinya harus bertahan. Sebentar lagi dirinya tampil saat classmeet berlangsung.





___



Jislia kira, semua perjuangannya akan berakhir manis. Susah payah menurunkan berat badannya. Merasakan magh hampir setiap hari dan hampir tidak bisa menggerakkan semua badannya ketika bagun tidur karena pegal lantaran terus berlatih gerakan-gerakan yang harus dia hapal untuk pertunjukan perdananya.





Perfecti[no]ism (REST)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant