-07-

206 35 17
                                    

Ujian Semester sudah didepan mata.


Para siswa banyak yang datang lebih pagi dari biasanya hanya untuk mempersiapkan diri.
Satu hal yang Renjun suka saat Ujian berlangsung adalah perpustakaan juga buka lebih pagi dari hari biasa.

Dirinya sedang duduk di bangku pojok. Membaca ulang ringkasan materi yang ia buat sendiri tadi malam. Perpustakaan juga lebih banyak peminat saat Ujian hendak berlangsung, beberapa siswa mengandalkan tempat tenang ini untuk belajar namun sepertinya hal itu sedikit mengganggu Renjun. Suasana menjadi agak ramai dari biasanya.


Kkrriiuk... krriiukk..

Sudah lebih dari dua kali suara itu menyapa pendengaran. "Udah sarapan apa belom, sih?" Tanya Renjun pada Lia yang duduk didepan nya.

Wanita itu tersenyum malu dan menggeleng.
"Kenapa belom?! Ini Ujian Semester, Lia! Nanti kalo nggak fokus gimana!" Geram Renjun, dia tetap menjaga intonasi nya karena sedang berada di perpustakaan.

"Tenang aja, nggak apa-apa, kok."

"Nggak apa-apa nggak apa-apa, gimana!" Renjun menutup bukunya dan mulai memasukkan buku-buku. Melihat hal itu Lia ikut membereskan bukunya. Dia kira Renjun sudah selesai belajar dan ingin menuju kelas, "ayo ke kantin, lo harus sarapan dulu sebelum bel masuk." Melirik jam tangannya sekilas Renjun menarik tangan Lia menyuruhnya ikut.




Keluar dari perpustakaan, Lia menepis gandengan Renjun. "Nggak mau, Jun. Aku nggak laper."

"Terus tadi suara dari perut siapa, ya? Tembok?" Renjun sudah lama mengenal Lia, dia paham kebiasaan gadis itu. Seperti Lia yang harus sarapan di pagi hari atau magh nya akan kambuh.







Ditempat yang sama Jeno dan Nata juga belajar bersama di perpustakaan.


"Mereka cocok banget deh." Ujar Nata setelah melihat Renjun menggandeng Lia keluar dari perpustakaan.

"Kasian Jislia nya." Singkat Jeno.


"Tapi gue nggak pernah liat Renjun care selain sama Jislia. Jadi ngerasa kayak dispesialin nggak, sih, rasanya."


"Lo kan juga ngerasain, Naja juga gitu, kan?" Pernyataan Jeno sontak membuat raut muka Nata berubah agak mendung.



Tidak ada respon dari lawan nya, Jeno memandang Nata. "Kenapa? Ada yang salah dari omongan gue, ya?"


"Naja udah jadian sama anak kelas A sebulan yang lalu dan gue baru tau tadi pagi." Ucapan Nata membuat Jeno terkejut. Senang atau bingung dia tidak tau rasa mana yang mendominasi.


Jahat kah Jeno jika dirinya senang mendengar Naja mempunyai kekasih dan itu bukan Nata. Walaupun Jeno tahu Nata menyukai seseorang selain Naja, tapi bagi Jeno, Naja adalah benteng yang paling kokoh jika berhubungan dengan Nata.
Dan bagaimana Nata baru tahu setelah sebulan lamanya, bukannya mereka berdua sangat dekat bahkan berangkat pulang bersama setiap hari.


"Anak kelas A? Sekelas sama Renjun, dong?" Nata hanya mengangguk sebagai jawaban.


"Iya, Anacelia Rosseane si anak padus. Gila nggak sih, cewek se cantik dan se kalem dia mau sama modelan kayak Naja gitu." Nata tertawa hambar saat berbicara.


"Lo cemburu?"


"Bukan itu poin nya, gue nggak cemburu. Gue sama Naja temenan dari jaman orok, dia udah gue anggap saudara." Jelas Nata, "yang bikin gue sakit kenapa dia nggak bilang ke gue dan sembunyiin ini. Seolah gue cuma orang asing bagi dia."



Perfecti[no]ism (REST)Where stories live. Discover now