-13-

346 35 19
                                    

Perlahan mata Jeno terbuka saat ia merasakan usapan halus di keningnya. Mamanya tersenyum hangat saat putranya terbangun.
Setelah kejadian itu, Jeno pingsan dan baru sadar saat hari sudah petang.


Saat Jeno ingin bangun, seketika semua badannya serasa remuk. Ringisan keras reflek keluar dari mulut Jeno dan membuat mamanya panik.



"Jangan bangun dulu, sayang. Kamu mau minum? Mama ambilkan." Lalu mamanya menuntun Jeno meminum segelas air putih yang sudah ada di nakas.



Raut bingung Jeno keluar saat dirinya melihat koper nya ada di depan lemari baju, "koper nya keluar buat apa, Ma?"


"Jeno, ayo kita pergi dari sini."


"Maksud mama apa?"


"Libur sekolah kamu kali ini, kita pergi dari sini tanpa papa kamu. Kemanapun, asal nggak ada papa kamu." Kata mama membuat Jeno berpikir.



"Kita nggak pergi selamanya dari sini, kan?" Tanya Jeno ragu, dia mengira jika mamanya mengajak dia pergi dan tidak pernah kembali lagi ke rumah ini.



"Kenapa, sayang?" Kali ini sang mama yang bingung dengan respon putranya.



"Nanti Papa sendirian." Jawab Jeno.



"Kamu kayak gini karena papa mu, nak. Dan kamu masih mikirin gimana papa mu nanti kalau kita ninggalin dia?"


"Gimana pun, dia tetap papa aku, Ma. Papa keras karena dia sayang sama aku, dia nunjukin dengan caranya sendiri." Walaupun terkadang Jeno merasa ingin pergi jauh dari papanya, namun, di hati nya selalu menolak dan tetap menyayangi papanya seperti dia menyayangi mamanya.



Sang mama menahan air matanya yang ingin keluar saat mendengar penuturan Jeno. Bagaimana putranya bisa berbicara seperti itu setelah dirinya disiksa habis-habisan tadi, bahkan luka-lukanya masih basah.




Setelah mamanya keluar dari kamar, Jeno meraih ponselnya dan mengecek beberapa notifikasi yang masuk. Banyak ucapan selamat dari teman-temannya termasuk Nata. Pesan dari wanita itu yang pasti Jeno buka pertama.


Nata
| Jeno, selamat ya!!
|Gue sama temen yang lain nyariin lo buat kasih selamat langsung setelah acara selesai, tapi lo nya udah ngilang.
|Sekali lagi selamat! Traktir sabi lah buat ngerayain, haha
16.45

Hanya pesan singkat biasa yang tertera di layar ponsel tersebut, namun berhasil membuat kedua sudut bibirnya tertarik bahagia.





___





Disinilah Renjun sekarang, berada di tempat makan terkenal akan menu ayam nya, bersama bocah lelaki yang lahap dengan makanannya sedang dirinya hanya memesan minuman dingin.


"R-renjun...?" Jislia yang baru datang di bingung kan dengan bocah lelaki yang bersama Renjun.


Sebenarnya bukan disini tujuan awal mereka, namun secara mendadak Renjun menghubungi Jislia untuk datang menemui nya ditempat itu.


"Tunggu dia selesai makan bentar nggak apa-apa, kan?" Jislia hanya mengangguk sebagai jawaban, dirinya masih penasaran akan sosok bocah itu.


"Dia siapa?" Tanya Jislia pada akhirnya.


"Nggak tahu, nemu di jalan."


"Renjun!" Jislia merasa tak puas akan jawaban pria disebelah nya dan juga terdengar tidak etis.


"Ya emang bener, gue nemu dia dijalan." Renjun membela dirinya sendiri, lalu pandangan Jislia menatap bocah dihadapan nya.


Memang dari segi penampilan, bocah tersebut agak kumal dengan pakaian yang lusuh. Merasa dipandangi oleh Jislia, bocah itu sedikit takut saat hendak menyuap makanannya.



You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 11, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Perfecti[no]ism (REST)Where stories live. Discover now