3

16.2K 1.5K 145
                                    

"Terkadang perpisahan membuat kita mengerti betapa pertemuan itu sangat berarti."

***

"Chelle maaf yah hari ini pulangnya aku gak bisa jemput, aku harus nganter ayah ke perusahaan," ucap Adi penuh dengan rasa bersalah sebelum Michelle turun dari mobilnya.

"Oh gak papa Di, aku pulangnya bisa bareng Rifa," Michelle menenangkan. Lagipula Michelle tidak masalah apabila harus pulang sendiri.

Setelah berpamitan, Michelle segera turun dari mobil Adi. Hari ini sebenarnya dia tidak ada kelas hanya saja ada beberapa praktikum yang harus dia lakukan di laboratorium bersama temannya. Dia juga datang jauh lebih siang dari hari biasanya karena jadualnya yang tidak terlalu padat.

"Michelle, akhirnya lo dateng juga," Sarah, teman sejurusan Michelle telah menunggunya dari tadi. Wajah Sarah tampak kusut, suatu pertanda yang tidak baik.

"Tumben lo nungguin gue," Michelle sedikit terkejut, Sarah adalah tipikal orang yang cuek dan individualis. Namun kali ini Sarah berperilaku romantis, menunggu kehadiran Michelle.

"Abis kita gak tahu harus apa, si aki-aki meuni pikasebeleun pisan," Sarah mengatakan bahwa kakek-kakek itu membuatnya sangat kesal.

Michelle mengerutkan keningnya, dia merasa tertinggal suatu infromasi. "Pak Suparman kenapa lagi?"

Pak Suparman adalah dosen mereka yang terkenal dengan tingkat menyebalkannya. Pak Suparman selalu melupakan hal-hal penting. Selain itu, dosen ini sangat tempramen seperti wanita sedang datang bulan. Tapi mau bagaimana lagi namanya juga penyakit tua, mereka tidak bisa apa-apa.

"Jangan bilang lo belum liat grup," tibrung Gerry, teman sejurusan Michelle juga.

Michelle dengan gesitnya langsung memeriksa grup angkatan mereka yang ada di Whatsapp. Pupil Michelle membesar. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat di dalam grup tersebut. Hari masih pagi namun Michelle sudah disambut oleh suatu hal yang membuatnya emosi. Sebisa mungkin Michelle mengontrol dirinya agar tidak meledak.

Pak Suparman tiba-tiba tidak bisa hadir karena beliau ada rapat di luar kota. Sebenarnya mereka tidak masalah apabila Pak suparman tidak bisa datang hanya saja yang membuat mahasiswa fakultas kedokteran tempramen adalah beliau memberitahukan hal itu sangat mendadak, ketika mereka sudah tiba di kampus.

"Yaudah gak apa-apa kita tetep praktikum hari ini, gue yang bakal minta izin minjem laboratorium sama dia," Michelle menyusun sebuah rencana setelah membisu beberapa menit.

"Lo yakin Chelle bakal diizinin?" Sarah tidak yakin rencana Michelle akan berhasil.

"Kalo bukan sekarang kapan lagi kita latihan buat ujian?" Michelle tak punya pilihan lain.

Setelah itu teman sejurusannya segera menyiapkan diri untuk melakukan sebuah praktikum. Sementara Michelle mencoba untuk menghubungi pak Suparman.

Setelah membujuk dengan berbagai cara, akhirnya Michelle dan teman-temannya mendapatkan izin untuk mengakses laboratorium dengan catatan tanggung jawab berada di tangan Michelle. Beberapa mahasiswa memutuskan untuk pulang saja. Hanya 10 mahasiswa beserta Michelle yang masih bersikeras untuk melakukan praktikum hari ini.

Setelah memastikan semuanya dalam keadaan siap, mereka segera pergi menuju laboratorium. Kali ini mereka tidak menggunakan laboratorium yang biasa di pakai, karena dipakai oleh senior-senior mereka. Alhasil, Michelle diberikan akses laboratorium yang berada di gedung gabungan seluruh fakultas atau dikenal juga sebagai Global Building. Selain karena tempat ini biasanya digunakan untuk rapat antar fakultas, gedung ini dinamakan Global Building karena terdapat sebuah globe dunia yang cukup besar di depan bangunan tersebut.

"Eh ini ada apa yah tumben rame banget," Michelle memperhatikan sekelilingnya ketika mereka telah tiba di Global Building.

"Ohiya Chelle kan kampus kita lagi open house hari ini," Gerry menepuk jidatnya setelah dia melihat spanduk besar yang menyatakan informasi tersebut.

"Lo serius Chelle, kita tetep bisa praktikum kondisi lagi gini? Laboratoriumnya dipake juga kali buat open house," Sarah semakin pesimis.

Berbeda dengan Sarah, Michelle berusaha untuk tetap optimis. Dia mempercepat langkahnya agar cepat sampai tujuan. Walaupun kemungkinan besar mereka gagal praktikum hari ini, sembilan orang itu tetap setia menemani Michelle kemana pun dia pergi.

Tubuh Michelle melemas. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. Kali ini ucapan Sarah benar. laboratorium itu digunakan untuk acara open house kampus. Ada sedikit kekecewaan dalam dirinya. Bagi Michelle membuang energi seperti ini jauh lebih melelahkan dibandingkan pada hari-hari biasanya.

"Mau gak mau kita pulang kalau kayak begini," Diana, teman satu jurusannya sudah putus harapan

"Kita udah dapet izin dari Pak Suparman seharusnya kita bisa gunakan laboratorium itu," Michelle kembali bersuara lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam laboratorium.

"Jadi ini adalah laboratorium yang biasanya digunakan oleh jurusan-jurusan sains, kalau kalian mau meracik pelet supaya si doi suka sama kita nah di sini dibuatnya," lantur seorang mahasiswa Presavy yang sedang ditugaskan menjadi seorang tour guide para pengunjung. Lanturan tersebut direspon oleh tawa para pengunjung yang menjadi tanggung jawabnya.

"Dan sekarang laboratoriumnya mau dipakai," ucap Michelle dengan muka menantangnya.

Para pengunjung langsung melirik ke sumber suara. Termasuk mahasiswa tersebut yang sedang ditugaskan menjadi tour guide.

Tubuh Michelle membeku. Dia membisu. Dia tidak berharap untuk bertemu dengannya di waktu dekat ini walaupun sebenarnya dia sangat merindukan sosok itu. Sosok yang dahulu pernah ada di dalam hatinya.

Michelle langsung teringat dengan kejadian empat tahun yang lalu. Kenangan bersama sosok itu. Sosok yang dahulu pernah singgah lalu pergi begitu saja. Matanya mulai berkaca-kaca. Sebisa mungkin Michelle menahan air matanya agar tidak terjatuh. Tetap berusaha untuk mengontrol emosinya walaupun dirinya sudah dibuat kesal oleh segala hal.

Sementara Rifqi malah tersenyum dengan lebar. Dia tidak menyangka akan secepat itu Tuhan kembali mempertemukan mereka. Pertemuan mereka hari ini persis seperti pertemuan empat tahun yang lalu, saat mata mereka pertama kali bertemu.

Dahulu Rifqi jahil memberantakkan kelas Michelle. Kemudian perempuan itu datang menghadapi Rifqi. Perempuan itu yang pertama kali berani membentak Rifqi dan meminta pertanggung jawaban atas perbuatannya. Bukannya merasa kesal, Rifqi justru semakin penasaran. Sampai akhirnya Rifqi berhasil meraih hati gadis itu. Michelle berhasil mewarnai kehidupan SMAnya, membuat kenangan yang indah untuk diingat kembali.

Dan kini Michelle datang menghampirinya. Dengan emosi yang sama seperti empat tahun yang lalu. Michelle belum berubah, dia masih sosok yang Rifqi kenal dahulu.

"Hai bu dokter, udah lama gak ketemu," sapa Rifqi dengan sangat ramah.

Michelle tidak nyangka dia akan menyapanya semudah itu. Tanpa beban, seolah dahulu tidak pernah terjadi apa-apa diantara keduanya. Bukannya membalas, Michelle semakin mematung, entah kenapa luka itu semakin terasa sakitnya tiap kali Rifqi berkomunikasi dengannya.

Setelah terdiam beberapa saat, Rifqi segera pergi membawa para pengunjung yang menjadi tanggung jawabnya keluar dari laboratorium. "kita lanjutkan yah, Aa ganteng bakal bawa kalian ke tempat yang lebih keren."

"Dia tidak berubah sama sekali," batin Michelle.

***

Vote dan Comment untuk next part!

Instagram :

Putrizhr

Chachaii_

CERITA LAMA BELUM KELAR - CLBK (IPA & IPS 2)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin