31

7.6K 916 404
                                    

"Kita memang telah melewati berbagai macam badai, namun badai yang saat ini menyerang kita tidak dapat dilalui."

***

Michelle dan Rifqi kembali menelusuri tempat lain di sekolah ini setelah singgah untuk beberapa saat di dalam kelas yang dahulu sempat Michelle tempatkan pada saat dia duduk di bangku kelas 12. 

Kali ini area yang akan mereka kunjungi terletak di lantai dasar, area di mana siswa-siswa berkeluh kesah dengan teman-teman sebayanya. Area di mana siswa-siswa bertukar cerita tentang segala hal yang terjadi dalam hidupnya. 

Sepanjang perjalanan menuju kantin, Rifqi tetap menggenggam tangan Michelle dengan erat. Ini satu-satunya kesempatan Rifqi untuk bisa menggenggam tangan Michelle selama apapun yang dia inginkan. Michelle juga tidak bereaksi apa-apa. Perempuan itu tampak tidak menolak dan Rifqi anggap perempuan itu tidak keberatan apabila tangannya bersentuhan.

Hanya ada sedikit perbedaan yang Michelle rasakan di area kantin. Sekolah hanya mengecat ulang beberapa dinding yang sudah tampak kotor dan sedikit memperluas tempat ini dengan menggunakan lahan kosong yang ada di sekitar tempat itu. Mungkin para alumni yang dulunya hanya sesekali mampir ke kantin tidak akan menyadari perubahan yang dibuat oleh sekolah.

Dahulu Michelle tergolong siswa yang sering mengunjungi wilayah ini. Meskipun konon katanya anak IPA lebih suka menyendiri di kelasnya tetapi Michelle bukanlah tipikal murid yang seperti itu. Karena bagi Michelle kantin adalah salah satu tempat yang menghidupkan suasana sekolah. 

Di tempat ini banyak sekali hal-hal bersejarah yang terjadi dalam hidupnya. Sama seperti pada siswa umumnya, Michelle selalu bercerita kepada teman-temannya di kantin. Dia juga pernah menjadi pusat perhatian semua murid dahulu di tempat ini, karena drama percintaan semasa SMAnya. Dia juga pernah dipermalukan di tempat ini. Agnes, salah satu mantan pacar Rifqi pernah menumpahkan es teh manis di kepalanya karena rumor yang beredar saat itu bahwa dirinya melaporkan Rifqi atas perbuatan nakalnya. Rifqi memang senekat itu dahulu, dia bisa-bisanya mengambil kesempatan untuk merokok di ruang OSIS.

"Eh Rif, lo masih ngerokok?" Karena teringat kejadian tersebut Michelle secara spontan langsung bertanya.

Rifqi berhenti melangkah setelah mendengar pertanyaan yang baru saja Michelle lontarkan. Lalu lelaki itu berbalik menghadapnya. Michelle sejujurnya takut pertanyaannya barusan menyakiti perasaan Rifqi. Perempuan itu baru sadar bahwa pertanyaan seperti itu tak sepatutnya dia tanyakan kepada seseorang yang telah berpisah dengannya selama beberapa tahun.

"Kenapa emang?" Rifqi malah bertanya balik setelah terdiam lumayan lama.

"Eh hmm ngga gue penasaran aja gara-gara keinget tragedi yang gue dituduh ngelaporin lo," jawab Michelle dengan terbata-bata. Raut wajah Rifqi kini tampak lebih serius dari sebelumnya.

"Gue udah gak ngerokok kok sekarang, masuk kriteria cowok idaman lo kan?" Rifqi menyubit kedua pipi Michelle sambil tersenyum hangat.

"Ih serius Rif," Michelle memajukan bibirnya sesenti lalu menepis kedua tangan Rifqi dari wajahnya. Dia sedikit kesal karena diajak bercanda di waktu yang tidak tepat meskipun saat ini jantungnya berdegup dengan cepat.

"Serius, udah nggak kok. Gue gak mau kaya bokap udah ada komplikasi di usianya yang tergolong cukup muda," jelas Rifqi dengan senyumnya yang masih mengembang meskipun kali ini intonasi nadanya terdengar lebih serius. Lelaki itu terlihat jelas sedang menyembunyikan kesedihannya di balik senyumannya.

"Rif, sorry gue-" Michelle merasa tidak enak hati setelah mendengar ucapan Rifqi barusan.

"Gapapa Chelle. He is fine, so am I," Rifqi langsung memotong ucapan Michelle. Lelaki itu tidak mau Michelle merasa bersalah atau tak enak hati.

CERITA LAMA BELUM KELAR - CLBK (IPA & IPS 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang