7

12.5K 1.4K 107
                                    

"Apa bedanya kembali jatuh cinta pada orang yang sama dengan mengulangi kesalahan yang serupa?"

***

Tanpa mengucapkan apapun Michelle segera turun dari motor Rifqi yang cukup tinggi. Michelle sedikit kesulitan untuk naik dan turun dari motor itu padahal ini bukan pertama atau kedua kalinya.

Melihat Michelle dalam kesulitan, Rifqi segera menstandarkan motornya lalu turun terlebih dahulu. Berniat untuk membantu gadis itu turun motor ninja Rifqi.

"Bilang kalo susah," Rifqi mengulurkan tangannya, memudahkan Michelle untuk turun dari motor itu.

Bukan hanya perasaanya saja, kini pertolongan Rifqi pun ditolak olehnya. Michelle memilih untuk tetap mencoba turun dari motor itu tanpa meraih tangan Rifqi yang sudah terulur.

Michelle masih mencoba untuk mengingat taktiknya untuk turun dari motor ini. Setelah berdiam cukup lama, Michelle pun memulai aksinya. Namun kenyataan tak berjalan sesuai rencananya. Michelle kehilangan keseimbangan, tubuhnya terjatuh.

Cepat-cepat Rifqi merengkuh Michelle, mencegah tubuh Michelle agar tidak terjatuh ke tanah. Kini mereka hanya berjarak sejengkal. Nafas Michelle masih terpenggal-penggal, dia tidak menyangka kali ini taktiknya tidak berjalan mulus seperti beberapa tahun yang lalu.

"Lo gak berubah yah Chelle," Rifqi tersenyum hangat dalam pelukan yang tak disengaja.

Michelle cepat-cepat menjauh dari pria itu, berdiri tegak kembali. Michelle tidak merasa sakit sama sekali melainkan dia malu dengan apa yang baru saja terjadi.

"Gak berubah tingginya," Rifqi melanjutkan ucapannya dengan tawanya yang meledak.

Michelle semakin malu dan kesal kepada lelaki itu. Lelaki yang dahulu pernah dia cintai, lelaki yang dulu dimilikinya, lelaki yang pernah mewarnai masa putih abunya.

Michelle tidak kuat untuk menahan rasa gengsi, tetap bersikap dingin. Dia menampar bahu Rifqi cukup keras karena ucapannya tentang tinggi badan Michelle. Memang faktanya Rifqi saat ini jauh lebih tinggi darinya. Bahkan, Michelle perlu mengangkat kepalanya untuk menatap wajah lelaki itu.

Rifqi meringis kesakitan sambil mengusap-usap bahunya, namun tawanya tak memudar sama sekali, "aduh anak fk kuat juga tenaganya."

"Sekali lagi lo ngejek, gue jitak pala lo," ancam Michelle lalu dia segera meninggalkan Rifqi yang masih tertawa.

"Gue seneng Chelle, lo berubah kaya dulu lagi," ucap Rifqi cukup keras supaya Michelle dapat mendengarnya. Tawanya perlahan memudar, menyisakan senyuman di wajahnya. Rifqi melambaikan tangannya walaupun lagi-lagi lambaiannya tak terbalas pula. Dia tetap berdiri dalam posisinya, memastikan Michelle memasuki rumahnya dengan aman.

Tak lama setelah Michelle memasuki tempat tinggalnya, ponsel Rifqi bergetar tanda seseorang memanggilnya. Siapa lagi kalau bukan Rifa, gadis yang saat ini sedang khawatir dengan sahabatnya yang baru saja Rifqi antarkan. 

Rifqi segera mengangkat panggilan tersebut. Sebenarnya sepanjang jalan ponselnya terus bergetar. Dia yakin Rifa lah yang membuat ponselnya bergetar tiada henti.

"Apa, tenang Fa dia aman sama gue udah masuk rumah orangnya," Rifqi langsung menjelaskan sebelum ditanya ketika panggilannya sudah terhubung.

"Syukurlah, panik banget gue. Takutnya lo malah ajak dia jalan-jalan dulu," Rifa menghembuskan nafas leganya. Kini Rifa sudah jauh lebih tenang.

"Eh pergerakan gue mah pelan-pelan tapi pasti Fa, jangan agresif lah mainnya," Rifqi mulai bercanda.

"Awas aja lu nyampe bikin dia nangis lagi. Satu tetes air matanya bernilai satu bogeman dari gue buat lo," Rifa mengancam Rifqi, mengabaikan candaannya.

Rifqi tertawa mendengar ancaman Rifa yang terdengar seperti anak kecil yang selalu membela sahabat sejatinya. Kini Rifa jauh lebih mementingkan perasaan sahabat perempuannya ketimbang dirinya. Namun Rifqi senang akan hal itu, dia merasa cukup lega Michelle selama ini aman dilindungi oleh Rifa yang cukup sangar.

Rifa menceritakan segala hal tentang Michelle kepadanya secara diam-diam. Setelah putus darinya, Michelle diincar oleh para lelaki di kampusnya. Rifqi khawatir mantannya akan memilih orang yang salah. Namun kini hubungan Michelle dengan pacar barunya sangat tentram, membuat Rifqi sedikit cemburu.

Bisa dibilang Rifqi egois. Dia masih belum rela melepaskan Michelle. Padahal dia lah yang memilih untuk memutuskan hubungan diantara keduanya, dia lah yang membuat Michelle menangis setiap malam. 

Dalam kondisi terpuruknya Michelle, Rifa lah yang menemaninya. Sosok yang mencintainya telah meninggalkannya, sosok yang dahulu selalu ada dalam susah senangnya telah pergi, dan sialnya sosok itu adalah Rifqi.

"Lo masih di sana?" Rifqi mulai mencemaskan sahabatnya yang dia tinggalkan demi gadis yang masih dia cintai.

"Iya, gue sendiri pula si Farrel ninggalin juga," jawab Rifa penuh kekesalan.

"Hahahaha, yaudah gue balik lagi kesana tunggu yah," Rifqi mengakhiri panggilannya lalu segera pergi dari tempat itu, untuk menemui sahabatnya yang telah dia tinggalkan tadi.

Michelle mengintip dari celah-celah gorden yang menutupi jendela, memastikan orang itu benar-benar telah pergi dari area ini. Michelle menghembuskan nafas leganya setelah Rifqi pergi dari depan rumah ini. Namun jantungnya masih berdegup cepat atas kejadian tadi. Entah perasaan apa yang saat ini dia rasakan. Yang jelas, Michelle merasa tidak nyaman dengan perasaan ini.

***

Vote dan Comment buat next part!!

Instagram :

Putrizhr

Chachaii_

Haii semuanya, makasi yah udah antusias banget sama sequelnya IPA & IPS, aku jadi makin semangat buat lanjutin kisahnya dua sejoli ini padahal niat awalnya gak akan dilanjutin hehehe. Kayaknya 1k view 200 vote terlalu mudah ya untuk digapai sama kalian aku naikin sedikit yaa? karena tugas sekolah ku cukup numpuk :( kalian gimana sekolahnya btw?

Should we try 1,5k views 300 vote?

 Stay tune :)

CERITA LAMA BELUM KELAR - CLBK (IPA & IPS 2)Where stories live. Discover now