18

9.4K 1K 235
                                    

"Masih adakah kesempatan untukku mengisi hatimu lagi?"

***

Michelle menyeka dahinya yang basah karena tetesan peluh menggunakan punggung tangan. Sudah berjam-jam Michelle melakukan tes praktikum di laboratorium. Setelah kejadian beberapa hari yang lalu, Michelle sedikit kesulitan untuk tetap fokus dengan kerjaannya. Pertanyaan Rifqi yang belum dia jawab sampai saat ini masih terngiang-ngiang di kepalanya. 

Untung saja tes kali ini berkelompok jadi Michelle bisa sedikit mengandalkan temannya untuk memeriksa hasilnya. Namun tetap saja Michelle berusaha untuk tetap fokus karena dia tidak mau nilainya turun hanya karena kejadian itu yang terus teringat dalam pikirannya.

Pertanyaan yang Rifqi lontarkan saat itu membuat Michelle merasa seperti ditembak olehnya. Michelle jadi teringat kembali saat Rifqi menembaknya dengan cara memberinya hukuman untuk menjadi pacarnya. Lalu lelaki itu sempat menembaknya dengan keseriusan tetapi sayangnya hubungan itu harus berakhir di hari kelulusan mereka.

Menghadiri acara reuni kemarin adalah salah satu kesalahan terbesar yang pernah Michelle lakukan. Dia sedikit menyesal telah hadir dalam acara itu. Andai saja bukan Rifa panitianya, mungkin dia tidak akan hadir saat itu dan kejadian-kejadian itu tak akan pernah terjadi dalam hidupnya.

Soal jawabannya untuk pertanyaan Rifqi. Michelle tidak akan mengatakan 'iya' meskipun dia masih menyimpan rasa untuk Rifqi. Michelle harus mengendalikan perasaannya, dia tidak boleh menerima lelaki itu disaat dirinya sudah terikat dengan suatu hubungan yang cukup serius dengan Adi. Pacarnya sudah sangat baik kepadanya, sosok itu pula yang dapat menyembuhkan luka hatinya yang tak terobati selama bertahun-tahun. Tidak seharusnya Michelle membalas kebaikan Adi dengan cara menerima kehadiran Rifqi di dalam hatinya.

Michelle juga tidak mau mengganggu hubungan Rifqi yang sudah menuju tahap serius dengan Rika. Dia tidak mau menghancurkan pernikahan yang dibuat atas perjodohan ayah Rifqi. Ini sudah saatnya untuk Michelle merelakan lelaki itu untuk perempuan yang lebih layak berada di sisi Rifqi. Hubungannya dengan Rifqi hanya sebatas di masa lalu saja, tidak seharusnya Michelle terbawa perasaan dengan hubungan yang sudah kandas.

Michelle menghembuskan nafas leganya ketika praktikumnya selesai tepat waktu. Perempuan itu segera membereskan alat-alat laboratorium ke tempatnya semula. Setelah memastikan semuanya aman, Michelle langsung mengumpulkan hasil praktikumnya kepada seorang dosen.

"Chelle lo lagi banyak pikiran yah? ga fokus mulu dari tadi," ujar Sarah saat mereka hendak keluar dari laboratorium. Sebenarnya Sarah ingin bertanya dari tadi namun kalau dipikir-pikir pertanyaannya bisa membuat konsentrasi Michelle semakin buyar maka dari itu dia memilih untuk memendamnya saja.

"Hah, nggak kok gue biasa aja," Michelle berbohong. Dia tahu temannya yang satu ini akan terus bertanya-tanya apabila dia mengiyakannya. Tingkat keingintahuan Sarah memang tak ada tandingannya.

"Bohong, buktinya itu goggles-nya gak lo simpen," Sarah menunjuk kacamata laboratorium yang masih Michelle gunakan.

Michelle otomatis langsung memegang kacamata laboratorium yang sampai saat ini masih dia gunakan. Dia langsung melepasnya lalu menaruhnya di tempat semula. Michelle memang tak pandai berbohong apalagi membohongi perasaannya sendiri.

Michelle segera mengambil tote bag yang dia simpan didekat pintu laboratorium dan keluar dari ruangan itu. Tanpa Michelle sadari, dia telah mempercepat langkahnya. Sarah yang sedikit tertinggal olehnya berusaha untuk menyamakan langkahnya supaya mereka bisa berjalan berdampingan. 

"Lo kenapa dah Chelle? Pasti gara-gara mikirin mantan lo itu yang ganteng yah," tebak Sarah sekaligus menggodanya.

"Apaan sih Sarah, gue gak mikirin apa-apa kok," Michelle langsung mengelak tebakan Sarah dengan nadanya yang sedikit meninggi.

CERITA LAMA BELUM KELAR - CLBK (IPA & IPS 2)Where stories live. Discover now