Chapter 2 : [second]

309 82 4
                                    

Part ini dalam proses revisi dan belum diselesaikan :)

Disudut sana ada mahkluk yang tertangkap indra penglihatan ku, besar tapi tidak begitu seram. Bentuknya bulat, berwarna jingga kehitaman dan tidak bergerak, ya mungkin karena tak punya alat gerak. Eits... Sebentar! Kalau dilihat-lihat, itu bukan makhluk, tapi benda mati. Besar dan bulat? Hmm, apa itu batu? Yap, batu kan besar dan biasanya juga bulat. Eh tapi tunggu dulu, emangnya ada batu yang warnanya jingga? Sudah-sudah! Itu tidak terlalu penting, kalau masih penasaran DM saja, hehe. Yang terpenting sekarang adalah perasaanku, perasaanku yang tak kunjung membaik sejak badai itu menerjang secercah harapan ku.

Diam dan merenung tanpa arah, itulah kondisiku sekarang. Tidak ada satupun sosok kawan yang luput dari pandangan ku. Semua yang disini bukan dari jenis ku yang notabenenya adalah manusia. Manusia? Lupakan saja!

Saat menatap langit cerah pagi ini, aku merasakan sesuatu. Sesuatu yang ku benci sejak saat itu, saat dia pergi tapi hidupnya belum berakhir.

"Kebodohan itu? Aku tidak akan kembali lagi ke fase itu, tidak, TIDAK AKAN..... AKU BENCI ITU," tegasku sambil mengusap air mata yang begitu saja membuat pipiku basah. Ingin sekali mengadu, tapi entah pada siapa.

Disaat pikiran itu datang, disaat yang sama pula aku kehilangan akal sehatku. Entah berapa besar rasa sakit yang ia berikan padaku sampai-sampai aku tidak bisa melupakannya.

Flashback On

~
Kerutan indah awan lembut diatas sana sudah mewakili indahnya hari, lebih tepatnya hariku. Hari dimana aku bertemu dengannya setelah 3 hari tak jumpa. Ah... Aku sangat merindukannya.

"Aku adalah orang yang paling bahagia saat ini!" kataku sembari menunjukkan senyum lebar yang tentunya indah nan menawan.

" Tidak...." Ucap pemuda itu sambil menatapku tajam, entah mengapa dia begitu.

"Akulah yang paling bahagia saat ini," sambungnya dengan senyum khas dirinya. Seketika senyumnya itu membuat siapapun luluh, apalagi aku.

Seketika kami tersenyum hangat sore itu. Memandang langit indah warna oranye gradasi membuatku semakin nyaman. Berada di dekapannya adalah candu bagiku, ingin sekali selalu begini. Jangankan dekapannya, sentuhan tangannya saja sudah membuatku mati kutu entah kenapa, ya mungkin karena satu hal yang bernama 'CINTA'.

Aku berharap senja tidak akan mengkhianatiku dengan memanggil sang malam. Haha... satu harapan yang mungkin tak akan tercapai, mana mungkin waktu berhenti hanya karena aku yang menginginkannya, ya kan?

~

"Mungkin ini saatnya aku harus pergi!" Mataku memerah dan jantungku berdegup kencang diiringi napas yang tersengal-sengal. "Ya aku harus pergi dari sini!" tambahku  menyemangati untaian nadi yang semakin tak bersahabat denganku.

~ Menghilangkan luka tak semudah menciptakannya ~

𝑺𝒉𝒂𝒅𝒐𝒘 𝒊𝒏 𝑫𝒂𝒓𝒌𝒏𝒆𝒔𝒔 || 𝑬𝒏𝒅✓ (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now