Chapter 11 : [Story of Anyang, Gyeonggi]

169 69 3
                                    

Part ini sedang dalam proses revisi dan belum diselesaikan.

Memang hati dan pikiran terkadang merupakan satu kesatuan yang utuh. Jika salah satunya tidak baik maka ketidakseimbangan pun terjadi. Seperti aku yang tidak percaya akan hatiku yang sedang merasakan sesuatu.

Setelah malam itu, aku menjadi lebih akrab dengan mereka. Pagi itu ternyata mereka masih dirumah besar milik Chan Ri.

"Akhirnya lo bangun juga," terang Jiko pagi itu.

"Bagaimana dengan kakimu?" tanya Vishqy cemas.

"Ahh.... Kakiku sudah lebih baik," jawabku singkat sambil tersenyum ramah.

"Na gue laper nih!" kata Jiko yang sedang memegangi perutnya.

"Baiklah, Aku akan memasak sesuatu untuk kalian," kataku sambil bergegas ke dapur.

"Tidak perlu, kita bisa memesan makanan kan. Tidak perlu memasak," cetus Vishqy yang membuat langkahku terhenti sebentar.

"Ya lo bener, tapi gue kepingin nyicipin masakannya si Nana, hmm... Ya udahlah," ucap Jiko kecewa.

"Tidak apa-apa, aku akan memasakan sesuatu untuk kalian," kataku yang lagi-lagi tersenyum.

Sejak dulu aku suka dengan makanan, oleh karena itu aku juga suka memasak.

Ternyata aku sudah menghabiskan waktu 2 jam untuk memasak.

"Sudah jam 8 gue belum makan apapun," keluh Jiko yang terlihat sangat kelaparan.

"Walau begitu wajahmu seperti 3 hari tidak makan," kata Vishqy pada Jiko yang membuatku tertawa.

"Aigoo...," ucap Jiko dengan ekspresi khasnya.

"Lo ngetawain gue Na?" kata Jiko padaku saat melihatku tertawa kecil.

"Ahh tidak... Makanannya sudah ku hidangkan." Alih ku seraya menunjuk ke arah ruang makan.

"Let's go to meja makan," ucap Jiko semangat.

"Wahh banyak sekali, Lo masak apa Na?" tanya Jiko padaku.

"Surasang," jawabku semangat.

"Surasang?" tanya Vishqy heran.

"Hidangan ini biasa disajikan kepada raja di pagi hari," jelas ku yang saat itu lupa kalau mereka bukan hidup di masa kerajaan.

"Raja?" Jiko pun turut heran.

"Maksudku ini makanan khas didesaku." Aku berusaha mengalihkan semuanya agar mereka tidak berlanjut menyelidiki kehidupanku.

Aku baru sadar kalau mereka baru hidup di abad ke-21.

Saat itu jam sedang membentuk sudut 90° yang artinya sudah jam 9 KST.

"Tadi Chan Ri meneleponku," cetus Vishqy serius.

"Owh.... Dia sudah mau pulang?" tanya Jiko memastikan.

"Tidak, dia meminta kita pergi ke kota Anyang hari ini," lanjut Vishqy menerangkan.

Aku hanya bisa menyisahkan pikiranku untuk memahami pembicaraan mereka.

"Nana ikut?" tanya Jiko pada Vishqy.

"Ya, Chan Ri juga berpesan bahwa Nana juga harus ikut," jawab Vishqy dengan ekspresi wajah datar.

𝑺𝒉𝒂𝒅𝒐𝒘 𝒊𝒏 𝑫𝒂𝒓𝒌𝒏𝒆𝒔𝒔 || 𝑬𝒏𝒅✓ (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now