Chapter 6 : [Pertemuan Kedua!]

203 74 8
                                    

Hidupku memang tak berarti
Berarti belum tentu berani
Berani melawan mimpi
Mimpi yang menistai

Hidupku memang tak berarti
Tapi aku berani
Melawan takdir ironi
Yang selalu menghampiri

***

Kutukan itu membuatku hidup lebih dari 3500 tahun bersama kesepian yang setiap saat membayangi pikiran. Kesepian telah membuatku menjadi manusia yang bahkan selalu melihat manusia lainnya dengan penuh keraguan. Ya, ragu apakah itu memang ada dan benar-benar nyata. Hati berbarengan dengan pikiran harus berusaha aku rombak untuk sekedar memahami dan berusaha mempercayai orang lain lagi. Pasalnya hatiku telah menuju baka bersama dengan pikiranku yang telah mati terlebih dulu. Cinta, dialah yang membuat pikiranku mati, dan bodohnya aku yang selalu mempercayai hati. Kesesakan penuh keriuhan sedang singgah bersamaku sekarang.

Aku berusaha membuang semua itu jauh-jauh, menguburnya dalam-dalam bahkan banyangan nya pun tak ingin kulihat lagi.

Ku Chan Ri, ya! Dia pemuda yang kemarin kulihat saat terbangun dari tidurku, eits ternyata bukan tidur, aku pingsan saat itu. Dia menceritakan padaku jika aku terlentang dipinggir jembatan dan hampir saja jatuh ke sungai lewat sela-sela jembatan. Katanya aku pingsan selama tiga hari, dokter pun bingung dengan itu. Haha, tapi itu sudah tidak heran lagi bagiku yang memang langganan tidur panjang, pernah suatu waktu aku tidur selama 7 tahun. Orang tidak akan percaya jika aku bilang begitu, parahnya lagi mereka akan bilang aku kurang waras alias gila.

Ah, lupakan itu, kembali lagi pada Chan Ri yang menolongku. Dia membawaku ke rumahnya dan mendatangkan 7 orang dokter untuk memeriksa keadaanku. Setelah mendengar ceritanya, aku menyetujui jika aku akan menerima bantuannya. Dia membawaku ke tempat yang tidak pernah aku ketahui selama hidup 3500 tahun.

Suara kebisingan itu menyadarkan aku bahwa ragaku tidak sedang sendiri bersama sepi. Tapi ya begitu, jiwaku masih dalam sepi yang tertanam abadi.

"Daebak! Aku sangat kagum padamu!" ucap salah seorang yang bagiku tampak aneh karena pakaiannya.

"Kau terlalu berlebihan pak," respon Chan Ri malu. Wajahnya seperti kepiting rebus saat itu.

"Bagaimana kau katakan aku berlebihan, kau masih muda tapi sudah mempunyai agensi sendiri." Orang itu memuji Chan Ri lagi.

"Kalau begitu terima kasih pak CEO." Kini giliran Chan Ri yang memuji orang itu sembari membungkukkan badannya.

Mendengar percakapan singkat itu aku sudah memahami dan mengerti bahwa Chan Ri orang yang telah menolongku adalah pemilik agensi.
Ya, walaupun aku tidak tau apa itu agensi dan CEO tapi aku paham bahwa Chan Ri bukan hanya sekedar pemuda biasa. Bagiku Chan Ri adalah orang yang berbaik hati padaku karena mau memberikanku beberapa komponen dalam kehidupan baruku. Dan sekarang aku sedang mencoba kehidupan baruku.

"Kau kenapa?" tegur Chan Ri padaku.

"A...aku," ucapku yang berusaha keras mengeluarkan suara.

"Tunggu disini, sepertinya mereka memanggilku," kata Chan Ri yang terburu-buru pergi ke arah timur ruangan.

Suaraku bahkan tidak ingin muncul seperti daun yang tidak ingin jatuh ke tanah walaupun sudah kering dan menguning. Kedua kalinya napasku terhenti dan jantungku berdetak 1200 kali per menit. Terlalu berlebihan? Tapi sungguh, itu yang aku alami sekarang.

Brak, tubuhku seketika lunglai dan akhirnya jatuh ke lantai.

"Berdirilah," ucap seorang pemuda yang dua hari lalu berjalan di jembatan bersama Jiko. Dia menatapku sembari mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri.

Jarum jam telah berputar dari sudut tumpul ke sudut lancip, cukup lama.
Mataku berbinar seketika itu, rasanya aku ingin mati sekarang.

Bukannya menerima uluran tangannya, aku malah terkesan mengabaikannya. Yang kulakukan  hanyalah menatap matanya lekat.

Dan pada akhirnya dia meninggalkanku karena sepertinya ada yang memanggil dari luar pintu.

"Kau kenapa?" Chan Ri sepertinya khawatir. Ia menatapku cemas sembari mengangkat tubuhku dari lantai.

"Ah, tidak apa-apa," ucapku tersadar dan berusaha untuk mengeringkan ratusan bulir air mata yang jatuh.

"Ya, aku tau, kau pasti terharu saat bertemu dengan artisku, Ravishqy Lee 'kan?" kata Chan Ri menggoda.

"Apa?" jawabku yang pura-pura tidak tau. Tapi sejatinya aku bingung akan itu.

"Dia memang tampan, semua gadis mengincarnya, walau begitu aku lebih tampan darinya haha," ujar Chan Ri gurau sambil sesekali membaca kertas tebal yang dibawanya tadi.

Sekarang kebingungan dan keraguanku serasa telah mencapai puncaknya. Darahku mendidih, jantungku berdisko bahkansendiku kaku seketika.

"Shadow...." ucapku lirih.

Mataku serasa minus 9, baru saja aku melihatnya lagi, melihat dia yang telah menjadi bayangan yang berada dalam kegelapan hidup ini.

~ Aku yakin Dia adalah Dia ~


⬇️

Gimana udah tegang belum?

Yuk voment 😊

𝑺𝒉𝒂𝒅𝒐𝒘 𝒊𝒏 𝑫𝒂𝒓𝒌𝒏𝒆𝒔𝒔 || 𝑬𝒏𝒅✓ (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now