Chapter 3 : [Awal pertemuan : Daegu City]

291 77 7
                                    

Berdiri tegap diatas benda keras warna keabu-abuan dengan pandangan yang tak kuasa mengarah pada ketenangan air sungai yang mengalir damai, sungguh tenangnya, itu posisiku sekarang. Sesekali beberapa ikan memunculkan moncongnya ke daratan, ikan itu nyasar, pikirku. Terus berjalan dengan iris mata dan kepala yang bekerja sama menoleh kiri kanan, lebih tepatnya aku seperti orang linglung.

Sapaan angin tak jarang membuat keningku berkerut, dingin, sangat dingin. Menarik lengan hanbok yang kini ku kenakan sambil menggosok-gosokkan telapak tangan yang juga berkerut pun aku lakukan untuk mengurangi suhu dingin yang menusuk tulang sore ini.

Aku menghentikan langkah sebentar lalu menelisik sekitar yang semakin membuatku kaku dan berpikir, "Aku tidak tau dimana tempat persinggahanku selanjutnya."

Mungkin kenekatan ku ini adalah hal sia-sia yang kedua kali ku lakukan.

"Ck...." keluhku sembari menapaki kaki dipinggir jembatan kota Daegu.

"Wow, apakah ini adalah tempat terindah di bumi ini?" decak kagum salah satu pemuda yang sedang berjalan diujung jembatan. Suaranya sangat besar, makanya aku bisa mendengarnya.

"Kau seperti kuda yang baru lepas dari kandangnya," sambung pemuda berkulit putih pucat yang berdiri disebelah pemuda tadi.

Perlahan mereka berjalan mendekatiku dan saat ini, aku masih saja berdiri disini tanpa langkah sedikitpun. Sekitar 3 menit setelahnya, dua pemuda itu berada tepat di depanku, lagi-lagi aku tidak dapat melangkahkan kakiku bahkan sekedar mengedipkan mata pun aku tak sanggup. Tapi kenapa?

"Hi, kenalin gue Jiko," sambar salah satu pemuda yang mengenakan kemeja biru muda sembari mengulurkan tangannya.

Aku tak sanggup lagi berada di sana sehingga aku berlari tanpa mengatakan apa-apa pada orang dengan nama Jiko yang memperkenalkan diri padaku barusan. Bukan karena takut ataupun grogi dengan salam perkenalan Jiko, tidak bukan itu, melainkan aku tak bisa mengendalikan pikiranku saat melihat pemuda yang berada disamping Jiko. Matanya, astaga aku benci itu! Pemuda itu mengingatkanku pada masa lalu yang sangat tidak ingin aku ingat lagi.

⬇️

Gimana guyss,, membosankan kah?

𝑺𝒉𝒂𝒅𝒐𝒘 𝒊𝒏 𝑫𝒂𝒓𝒌𝒏𝒆𝒔𝒔 || 𝑬𝒏𝒅✓ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang