10. PERMINTAAN MAAF

126K 13.6K 10.9K
                                    

Ada yang kangen sama Teluk Alaska? Part ini agak serius ya bacanya haha

Selamat hari minggu kaum rebahan dan kaum pejuang film.

Komentar yang banyak biar aku makin semangat, kemarin komentarnya sampe 8ribu wkwk ga nyangka, makasih kalian🥰

Happy reading...





Revalina turun dari mobilnya, langkah kakinya amat lebar, menandakan kalau dia tengah tegesa disertai khawatir yang tak tertandingi. Mau bagaimana pun, jatuh dari kamar mandi saat darah tinggi itu sangat berbahaya, banyak sekali kasus kematian karena hal tersebut.

"Joe, dia sebelumnya makan apa? Kenapa nggak kamu larang makanan-makanan yang udah saya kasih tahu!" tegas Revalina dengan napas menggebu pada Joe

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Joe, dia sebelumnya makan apa? Kenapa nggak kamu larang makanan-makanan yang udah saya kasih tahu!" tegas Revalina dengan napas menggebu pada Joe.

"Berapa puluh tahun kamu kerja sama dia? Kenapa bisa lalai seperti ini?" Revalina seperti akan mengamuk saat itu juga.

Cowok itu tidak menjawab, dia hanya bisa merunduk sembari menautkan kedua tangannya bersamaan. Alister yang semula memegang tangan Ayahnya pun segera bergegas keluar saat mendengar suara teriakan Ibunya.

"Mama," ucap Alister, Revalina tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya, dia langsung memeluk Alister dengan hangat.

"Gimana keadaannya?"

"Papa masih belum sadar."

"Di mana, Bianca?" tanya Revalina lagi, sembari mengelilingi setiap sudut mencari Bianca yang tidak ditemukan keberadaannya.

"Alister nggak sempet lihat-lihat yang lain, Alister cuma jagain Papa."

"Sia... lagi sekolah, ya?"

Alister mengangguk, dia tidak akan membiarkan anaknya membolos karena masalah ini, walaupun Sia menangis kencang sekalipun, dia tetap bisa menemui Hutomo saat pulang sekolah, bukan begitu?

Revalina menghampiri Hutomo yang terbaring lemah, matanya berkaca-kaca sekarang. Meskipun mereka sudah berpisah dan tak lagi bersama, Revalina masih mengingat dengan jelas kenangan semu yang mereka lalui bersama.

Meskipun Revalina amat ingin menghajarnya, amat sangat membencinya, melihat Hutomo yang berbaring seperti ini membuatnya sedikit mencair.

"Cepat sadar, Hutomo. Kalau kamu pergi siapa saingan aku nanti?"

Revalina kemudian menyimpan bunga beserta pot nya di samping nakas, bunga putih yang segar nan cantik teraebut, adalah kesukaan Hutomo.

Revalina kemudian menyimpan bunga beserta pot nya di samping nakas, bunga putih yang segar nan cantik teraebut, adalah kesukaan Hutomo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
TELUK ALASKA 2 Where stories live. Discover now