14. SALAH PAHAM 1

130K 13.7K 19.7K
                                    

Jam berapa kalian baca cerita ini?

Aku update jam 12 malem loh

Siapin jempol buat komentar tiap paragraf ya

20.000 komentar buat next chapter? Ga terpenuhi juga gapapa, aku tetep update minggu depan ya👌

Kalo ada typo kasih tahu🙏🙏

Siap baca 2.500 word lebih?

Happy reading...

"Kamu kuat? Tapi aku nggak! Yang harus kamu tahu aku nggak mau kamu kenapa-kenapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu kuat? Tapi aku nggak! Yang harus kamu tahu aku nggak mau kamu kenapa-kenapa." Sia menangis kencang, jantungnya seperti di remas sekarang.

Kenapa mereka harus seperti ini? Bukan hanya sekolah mereka yang bersebrangan tapi keluarga mereka pun bertentangan.

"Semakin kamu sok kuat, semakin kamu lawan mereka, aku semakin takut," ucap Sia sembari menghapus air matanya, "Aku takut kalau kita ditakdirkan seperti Teluk Alaska."

Saat Bara akan menjawab perkataan Sia, seseorang mengetuk pintu kaca mobilnya. Bara terperanjat, Sia pun demikian, dia langsung berpaling memunggungi Bara. Cowok itu membuka kaca mobilnya, di sana ada Devan.

"Sorry, gue lupa. Kayanya ini punya dia," ucap Devan sembari memberikan name tag milik Sia yang terjatuh.

"Name tag?" Bara langsung mengambilnya, "Oke, thanks."

Bara memutar name tag tersebut, iris matanya membulat penuh melihat nama 'Alistasia Reygan' yang tertera di sana. Tidak, tidak mungkin ini milik Sia yang ada di sampingnya.

"Bara, kita pulang sekarang. Luka di tangan kamu belum aku obatin."

Bara tidak menjawab Sia, pikirannya masih berputar pada name tag tersebut. Apakah Alistasia sekolah di Parahyangan? Entah kenapa jantungnya berdetak kencang, tangannya bergetar saat membaca nama tersebut.

"Bara?" tanya Sia lagi, saat itu juga Bara memasukan name tag tersebut ke dalam sakunya.

"Biar aku yang bawa mobilnya. Tangan kamu pasti masih sakit."

Bara mengembuskan napasnya dengan mata berkaca-kaca, dia kemudian menatap Sia dengan senyuman kecil, "Gue nggak papa."

Cowok itu mendekatkan wajahnya, Sia hanya bisa menahan napas saat wajah tampan bermata tajam itu menatapnya, mata mereka saling bertemu satu sama lain, jarak mereka semakin dekat. Kenapa sangat tiba-tiba?

Jantung Sia bergemuruh, rasanya dia ingin melompat sekarang. Apakah Bara akan menciumnya? Sekarang? Di mobilnya? Dalam keadaan tak terduga seperti ini? Ya, Tuhan. Tatapan Bara semakin lama semakin dekat, Sia pun menutup matanya perlahan, tangannya mengepal penuh.

TELUK ALASKA 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang