Kuti & Kanaya

993 31 2
                                    

Sinar matahari mulai terasa membakar kulit,padahal matahari belum berada tepat diatas kepala,tapi panas yang menyengat sudah terasa.
satu persatu para petani mulai meninggalkan sawahnya untuk pulang ke rumah.
sementara dua anak kecil kira kira berusia sepuluh tahun masih asyik dengan permainannya.
"ayo kita pulang nyai" ajak suaminya kepada istrinya.
"kemana anak ini?"
ucap sang istri yang mencemaskan anaknya.
"dia tadi kejar kejaran sama Kanaya"
"anak anak....." teriaknya dengan keras.
tak lama kemudian,dari kejahuan dua orang anak melambai lambaikan tangannya.
"itu mereka pak,ayo pulang...." ajak ibunya.
mereka langsung berlarian kearah ibunya,gerakan mereka cukup gesit dalam melewati jalan pematang sawah.
"Kanaya...ayo kita pulang,kamu nanti dicari ibumu" kata ibu tersebut kepada salah satunya.

Tanpa alas kaki mereka menyusuri jalan tanah liat dan sedikit berkeriput,mereka mempercepat langkah kaki,karena tiap pijakan telapak kaki mereka tanah terasa panas.
namun langkah mereka terhenti kala mendapati orang yang memukul mukul gong kecil yang dia bawa.
orang tersebut memukul mukul sambil berteriak.
"adipati mau lewat....adipati mau lewat" teriaknya terus berulang ulang.
"kenapa kita berhenti ayah?"
"adipati akan lewat"
"apa hubungannya dengan kita ayah,dia lewat kita pulang"
sang ayah cuma diam dan memelototi anaknya tersebut.

Terciptalah dari kejahuan iring iringan para penunggang kuda dan diiringi oleh ratusan orang berjalan kaki dengan membawa tombak.
mereka berempat langsung duduk bersilah di tanah.
ternyata sang anak merasa tidak nyaman dengan duduknya.
"ibu..tanahnya panas dan banyak kerikil,pantai dan bohongku sakit"
dia lantas berdiri dari duduknya,tapi tanpa kata sang ayah langsung memukul kakinya dengan keras.
"aduh..sakit ayah"
"duduk..." bentak ayahnya,
sementara anak tersebut menggosok gosok kakinya dengan telapak tangan karena terasa sakit akibat pukulan ayahnya.
"jika ada orang besar lewat kita tidak boleh berdiri,itu tidak sopan dan melanggar hukum" jelas ibunya.
"dan kita juga tidak boleh menatap wajahnya,kita harus tundukkan pandangan" lanjut ibunya.

Anak ini kini diam,namun memory ingatannya mulai mengisi pikirannya saat itu juga.
"aku ingin jadi orang besar,agar aku dihormati seperti adipati" bisik dia dalam hati.
dalam perjalanan pulang,tidak ada canda yang dia keluarkan,dia terdiam hingga sampai dirumah,
"Kanaya kamu pulang silau yah,besok main kesini lagi"
"bibi kalau begitu aku pulang dulu"
"hati hati nak"
"Kuti dimana bi?"
"sudah kamu pulang dulu,mungkin Kuti dibelakang membantu ayahnya"

Kejadian kemarin ternyata telah membekas begitu tajam pada ingatan Kuti,dia merasa jika ingin dihormati bagai dewa,maka harus menjadi pengusa.
tapi apa yang dia pikirkan tersebut,kadang di mentahkan oleh akal sehatnya sendiri,tidak mungkin rakyat jelata menjadi penguasa.
namun dia teringat cerita tentang Ken arok,rakyat jelata yang bisa menjadi raja.

"kamu berubah kenapa?" tanya Kanaya yang tiba tiba sudah ada disampingnya.
Kuti lalu menceritakan cita citanya untuk menjadi seorang pejabat,kalau bisa menjadi penguasa.
Kanaya yang semula diam dan serius mendengarkan cerita Kuti,tiba tiba langsung tertawa saat Kuti mengakhiri ceritanya.
"kenapa kau tertawa?"
"jangan mimpi,kita rakyat jelata mana mungkin jadi penguasa"
"tapi Ken arok bisa"
karena tidak ingin lagi berdebat dengan kawannya tersebut,Kanaya mengajak Kuti untuk mencari guru.
karena untuk menjadi orang besar atau penguasa,harus ada guru yang mengajari semua ilmu,baik itu silat atau pengetahuan.

MAJAPAHIT 1300-1328 Ra.Kuti & gajah MADAOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz