Resi Amokraga.

534 19 0
                                    


Kuti begitu bersemangat hari ini,dia sudah tidak sabar menanti kedatangan Kanaya ke rumahnya untuk pergi berdua mencari seorang guru.
"ayo kita berangkat"
seru Kuti kepada Kanaya,saat ini itu baru saja memasuki halaman rumah Kuti.
karena tidak ingin mengecewakan sahabatnya tersebut,Kanaya langsung menuruti ajakan Kuti.
mereka berdua berjalan menyusuri jalanan desa dan telah keluar dari desa tersebut.
pada sebuah hutan mereka berhenti,karena ada sebuah rumah panggung yang terbuat dari bambu dan terdapat puluhan anak didalamnya.
"ini tempatnya?" tanya Kuti
"ayo kita masuk" ajak Kanaya.
seluruh mata tertuju kepada mereka berdua,Kuti merasa risih karena semua mata memandang kearah mereka berdua.

"mohon maaf resi Amokraga,kedatangan kami ingin menjadi murid anda" ujar Kanaya.
resi Amokraga tidak menjawab langsung,tapi cuma melihat kedua anak tersebut.
Kuti sudah merasa resi ini tidak akan menerima mereka berdua,karena tidak langsung menjawab pertanyaan Kanaya.
"kalian asalnya dari mana?"
"kami berdua dari desa wuwungan"
"baiklah,aku terima kalian menjadi muridku"
mendengar jawaban resi Amokraga,sirna sudah yang ada di pikirkan Kuti sebelumnya.

Hari demi hari dilalui oleh Kuti dan Kanaya di padepokan resi Amokraga,hingga pada suatu malam saat sang resi memberi wejangan.
dalam wejangan tersebut dia mengatakan,bahwa seorang brahmana tidak akan menjadi ksatria,dan orang sudra tidak mungkin menjadi ksatria.
kemudian dia melanjutkan,bahwa orang sudra tidak mungkin menjadi raja,jika dia memaksakan diri untuk menjadi raja,maka rakyat tidak akan mengakuinya,karena bukan trah raja.
penjelasan resi Amokraga ini mengusik pemikiran Kuti,dia langsung menyangkal apa yang resi Amokraga sampaikan.
"bagaimana dengan Ken arok?" tanya Kuti.
"Ken arok itu titisan dewa,yang dititipkan di Ni ndok"
"apa ada bukti kalau Ken arok titisan dewa?"
bukan jawaban yang didapat Kuti dari sang resi,tapi amarah yang dia dapatkan.
"Kuti.....tidak ada yang pernah membantah perkataanku"
"tapi saya cuma ingin tahu"
"keluar kau dari sini Kuti,dan kau sudah bukan muridku" ucap resi Amokraga dengan nada marah.
Kuti bergegas meninggalkan padepokan resi Amokraga,melihat temannya keluar Kanaya langsung mengejarnya.
"Kuti...tunggu Kuti,kau mana?"
"pulang dan cari guru lain"
tapi Kanaya terus mengikuti langkah Kuti.

Kini hari hari Kuti dilalui dengan bertanya tanya dalam hati,kemana harus mencari guru lagi?.
saat pulang dari sawah bersama kedua orang tuanya,Kuti berpapasan dengan seorang brahmana.
kebiasaan para penduduk jika bertemu brahmana adalah menyentuh kakinya dengan kedua tangannya,Kuti juga melakukan hal ini.
"semoga segala keselamatan tercurahkan kepadamu nak" ucap Brahmana tersebut.
dia pandangi wajah Kuti dari ujung kaki sampai kepala,lalu dia usap dengan lembut rambut Kuti.
"aku ingin membawahmu ke tempatku" ucap Brahmana tersebut.
"saya senang sekali tuan brahmana"
jawab Kuti.
"pergilah ke tempatku di arcapada,aku tunggu kau disana anakku"
"terima kasih tuan brahmana"

Kuti memenuhi janjinya untuk pergi ke arcapada,dia kesana bersama teman sejatinya Kanaya.
sampai di arcapada,Kuti melihat ada juga anak anak yang usianya lebih tua dari dirinya,mereka terlihat sedang belajar,meskipun jumlahnya tidak begitu banyak.
"masuklah nak" ucap Brahmana dengan suara lembutnya.
Kuti dan Kanaya memberi hormat kepada brahmana tersebut.
"anakku panggil saja aku paman,namaku brahmana Acaparya"
muncul keraguan dan juga rasa sungkan pada Kuti untuk menggunakan kata paman pada brahmana Acaparya.

MAJAPAHIT 1300-1328 Ra.Kuti & gajah MADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang