Chapter 2

21.2K 1.3K 45
                                    

"Ja-jadi pacar?" Mata Clara melotot tidak percaya. Bisa-bisanya seorang pria seperti Reyga mengajaknya menjalin kasih. Walaupun reputasi Clara di sekolah itu tak kalah tinggi. Clara termasuk murid cerdas dan cantik. Kalau dipikir positif, mungkin saja sebelumnya Reyga pernah menyukainya, tetapi memang ada psikopat yang jatuh cinta?

Reyga mengangguk. "Jawab, Iya atau tidak. Kalau kamu jawab tidak," Reyga memutar pisau yang ada ditangannya itu dengan perlahan, "perlahan, aku bakal mulai dimata kamu."

Tidak ada pilihan lain, Clara tidak boleh egois saat ini. Menerima Reyga menjadi kekasihnya adalah jalan yang aman. Apapun tujuan Reyga nanti, Clara tidak peduli, yang penting sekarang ini dia selamat.

"Iy-iya! Gw terima." Jawab Clara gugup. Fakta bahwa memang Reyga memiliki wajah yang sangat tampan, mengapa dia memiliki hati yang kejam? Parah!

Reyga menyungging seringaiannya membuat Clara kembali dibuat takut. "Coba jabarkan dengan jelas."

"Rey-Reyga, gw nerima lo jadi pacar gw." Jelas Clara. Reyga tersenyum bangga, pisau yang tadi dia tunjukan kepada Clara kini pria itu masukan kembali kedalam sakunya.

Kini pria sedang memepet tubuhnya ditembok gang sedang asik menatapnya. Jujur, itu membuat Clara gugup sekaligus malu. Sekarang ini dirinya sudah resmi sebagai kekasih Reyga, dan itu semua dia terima karna ancaman konyol ini.

Reyga mengusap pipi Clara lembut, dengan sangat lembut hingga tubuh Clara membeku dibuatnya. Tangan pria tampan itu semakin lama turun ke bibirnya, Clara kembali dibuat tegang. Maniknya menatap Reyga was-was, dia tidak ingin jika Reyga mengambil ciuman pertamanya, tapi jika seperti ini bagaimana bisa dirinya menolak? Jika iya, melayang sudah nyawanya.

Benar saja dugaan Clara, tanpa memikirkan apapun lagi, Reyga menyatukan bibir mereka. Clara seperti dibuat menggila ketika bibir tebal Reyga bergerak dengan perlahan, memberikan sensasi yang sebelumnya belum gadis itu rasakan. Benar-benar terasa indah.

Clara hanya diam, tidak ingin memberontak ataupun mengikuti pergerakan bibir Reyga. Namun, detik itu juga Reyga memperdalam ciuman mereka, tangan Clara kini juga sudah berada dileher Reyga, melingkar dengan nyamannya.

Serasa cukup, Reyga melepaskan tautan bibir mereka, dengan perlahan dia mengusap bibir indah Clara yang basah menggunakan ibu jarinya. Senyum bangga terukir dibibirnya.

"Kenapa jam segini keluar?" Tanya Reyga kemudian dengan tatapan melembut.

"Gw mau beli makanan." Jawab Clara apa adanya. Memang seperti itu, dirinya lapar dan sama sekali tidak ada makanan di rumahnya.

"Jam segini? Liat sekarang udah lebih dari jam duabelas kan? Jangan dibiasain, Ra! Gak baik keluar malam, kamu tuh cewek, apalagi kalau sendirian." Seru Reyga membuat Clara menganga. Jadi dibalik sifat kejamnya, Reyga juga mempunyai sisi perhatian.

"Iya, Rey. Gw minta maaf," Reyga tersenyum lalu mengusap lembut kepala Clara, "lo sendiri ngapain jam segini masih di luar? Gak baik juga kan cowok masih di luar jam segini, nanti ditangkep lho, dikira mau begal ataupun yang lain." Cerocos Clara. Reyga yang gemas hanya mengacak rambut Clara.

"Udah, mending kita pulang, udah tengah malam dikit lagi mau berganti hari. Yuk, aku anter." Reyga menggengam tangan Clara dan membawanya jalan menyelusuri gang tersebut.

"Lo tau rumah gw, Rey?" Tanya Clara sambil menatap wajah tampan Reyga. Ada sedikit rasa senang bisa berada diposisi seperti sekarang ini, dimana dirinya sudah berstatus sebagai kekasih Reyga. Bangga!

"Nggak." Jawab Reyga singkat dengan tatapan yang masih lurus kedepan. Clara hanya menekuk bibirnya sekilas.

"Masih jauh gak rumah kamu?"

"Dikit lagi,"

Reyga tersenyum samar. Clara dengan berani menatap pria tersebut dengan tatapan tajamnya. "Rey, jadi sebenernya yang ngebunuh orang-orang itu elo ya?" Jujur, Clara takut untuk menanyakan hal tersebut, namun jika tidak dia tanya, tidak akan tahu pula jawaban yang benar. Mungkin saja pelakunya itu Reyga.

"Kalau iya kenapa, sayang?"

Sayang?

Sa-yang?

Pipi Clara memanas mendengar Reyga baru saja mengucapkan kata 'sayang' untuknya. Kata sayang itu tidak main-main lho. Jika seseorang mengucapkan kata 'sayang' pasti dia benar-benar menyayangi orang itu. Apa mungkin Reyga telah mempunyai rasa sayang kepada Clara?

Tapi tunggu! Barusan Reyga menjawab kalau dirinya memang si pelaku pembunuhan tersebut. Jadi benar dugaan Clara. Sangat menyeramkan. Bayangkan bagaimana jika kalian berada diposisi Clara, kalian dekat bahkan menjalin kasih dengan seorang psikopat yang kejam nan tidak punya hati seperti Reyga. Membayangkannya saja membuatku merinding.

"Lo serius kan?" Tanya Clara memastikan, walaupun didalam hati dirinya sudah yakin bahwa memang benar Reyga adalah seorang pembunuh. Karna apa Clara bisa berpikir seperti itu? Karna sifat Reyga tadi kepadanya, bagaimana Reyga mengancamnya, sampai bersikap kasar kepadanya. Itu yang membuat Clara sangat yakin.

"Iya, cinta," Reyga mendekat ketelinga Clara lalu berbisik, "jangan bilang-bilang yah? Kalau kamu bilang-bilang, aku bakal musnahin kamu."

Ganteng, Romantis, Tapi SadisDonde viven las historias. Descúbrelo ahora