Chapter 7

13.9K 778 7
                                    

"Sebenernya Reyga itu pembunuh."

"WHAT?!!!" Teriak Laura saking kagetnya, mata gadis itu kini juga sudah membulat sempurna setelah mendengar pernyataan Clara barusan.

Merasakan telinganya pengang karna teriakan mendadak dari mulut Laura. Dengan tangan yang menutup kedua telinganya, Clara menjawab, "Berisik lo!! Budek nih entar kuping gw."

"Rey-Reyga pem-pembunuh?" Tanya Laura dengan suara yang bergetar saking kagetnya.

"Sttt, iya. Jangan bilang siapa-siapa ya? Awas aja kalau lo bilang, nyawa lo yang bakal melayang."

"Gila, kenapa lo bilang soal ini ke gw? Gw gak kuat, Ra!"

"Lo sendiri yang maksa minta dikasih tau. Ah, nyebelin lo!" Geram Clara. Siapa yang tidak geram setelah tahu bahwa Laura akan berkata seperti itu?

"Ya-yaudah, Ra. Maap," Laura menatap Clara dengan serius kembali, "coba ceritain dengan tuntas gimana lo bisa tau bahwa Reyga itu, pembunuh." Laura mengecilkan suaranya ketika menyebutkan kata terakhir.

"Jadi gini, saat itu gw lagi keluar, ya itu emang tengah malem dan saat itu gw pengen beli-"

Laura memotong dengan cepat. "Et! Udah ke intinya aja!!"

Clara mendesis lalu kembali melanjutkan. "Reyga malem itu berniat mau bunuh gw, tapi karna gw minta lepasin akhirnya dia ngasih gw syarat,"

"Apa?"

"Haha, tapi gw rasa itu bukan syarat. Reyga kaya ngancem gw gitu, dia mau gw nerima dia jadi pacar gw, kalau nggak ya gw bakal dibunuh saat itu juga, dia kaya maksa gw nerima dia. Ngerti kan sekarang?" Jelas Clara dengan kata-kata yang sepertinya mudah dicerna diotak Laura.

"Oh, jadi begitu. Serem juga ya, Ra," Clara mengangguk menanggapi, "coba gw yang jadi lo. Mmhh, mantep."

"Lo mau pacaran sama psikopat?"

"Ya, nggak. Tapi siapa yang gak mau pacaran sama cowok ternama di sekolah? Apalagi dia itu idaman banget"

"Tapi bener lho ya, Ra. Jangan ngomong soal ini ke siapapun. Lo tau ini bukan hal yang kecil, ini gak main-main, Reyga itu kejam. Kalau dia tau lo itu tau kalau dia yang bunuh orang belakangan ini. Pasti gw yang bakal kena, jadi tolong inget itu selalu." Tutur Clara dengan raut wajah yang sangat serius. Semoga saja untuk masalah ini Laura bisa tutup mulut.

Laura mengangguk mantap lalu berkata, "Gw janji, Ra. Gw bisa kok ngejaga soal ini demi lo."

"Gw pegang janji lo."

"Jadi, sebenernya Reva itu udah tau kalau Reyga itu-"

"Iya, gw rasa juga gitu. Makanya dia nyuruh gw putus sama Reyga kan?"

Laura mengangguk lalu bertanya balik, "Lo mau putusin Reyga gak?"

"Bodoh! Sampai kapan pun gw gak berani mutusin dia. Walaupun sebenarnya tuh gw gak tau apa dia bener-bener suka, cinta, dan sayang sama gw. Dan gw juga gak tau apa sebenarnya ini cuma rencana dia. Gw gak tau."

"Bener juga ya? Gw juga bingung, Ra. Dan kalau emang lo mutusin dia, bisa kacau lagi kalau nyatanya dia itu cinta mati banget sama lo. Bisa mandi bareng-eh! Mati bareng lo sama dia."

"Itu yang gw takut, Ra. Psikopat itu gak punya hati, gw takut."

"Yaudah, lo hati-hati aja sama dia. Jangan bikin dia kesel, kalau bisa lo jangan ngecewain dia. Bisa aja dia kesel trus langsung nyakitin lo kan?"

"Tapi emang mungkin kalau emang dia udah cinta sama gw?"

"Psikopat itu gak pernah perduli dengan apapun, dia bakal ngelakuin hal apa aja dengan spontan. Mungkin aja kalau pun suatu saat nanti lo abis ditangan dia, si Reyga juga gak bakal nyesel."

Ganteng, Romantis, Tapi SadisWhere stories live. Discover now