Chapter 68

4.3K 285 38
                                    

Vote and comment nyaaa mana??
Kalo gk mau vote aku gk bakal lanjut😠

❤❤❤

"Lo mau bawa gue ke mana?" tanya Clara ketus, tangannya terlipat kesal, pandangannya lurus ke depan. Dalam hati Clara merasa sangat hancur ketika mendengar pernyataan Reva tadi.

Jika memang benar, itu pasti sangat menyakitkan.

"Ke apartemen."

Clara berdecak sambil memalingkan wajahnya muak. Gadis itu kemudian menjawab, "Gak cukup sama Reva? Gue harap lo gak ngerusak masa depan gue, Rey."

"Kamu masa depan aku, Sayang."

Mendecak kembali, Clara menjawab, "Turunin gue!"

"Nanti aja turunnya dari ranjang aku." goda Reyga tanpa sadar. Ingat hanya sekedar menggoda!

"Brengsek!" umpat Clara tajam. Hatinya begitu sakit melihat sosok Reyga yang menurutnya telah berubah seperti ini.

Reyga menoleh singkat sambil tersenyum. "Mulutnya minta aku obok-obok pake pisau."

"Emang lo itu gak pernah berubah. Psikopat Brengsek!"

"Tapi ganteng, kan?"

Sesampainya di apartemen, Clara memalingkan wajahnya kesal. Seakan tidak sudi melihat wajah Reyga. Begitu menyakitkan. Bahkan rasanya dia sangat menyesal telah membiarkan Reyga membawanya ke sini.

Hatinya begitu sakit.

"Clara." Reyga memanggil, dan Clara masih saja membuang mukanya, dia tidak mau menjawab ataupun hanya menolehkan kepalanya menatap Reyga.

"Clara! Kuping kamu mana? Aku manggil kamu! Kamu budek ya?!" Reyga mulai kesal, sambil menghentakan bokongnya di samping Clara, pria itu memalingkan wajah Clara kepadanya kasar.

"Penghianat cinta. Psikopat gila!" umpat Clara kesal. Dirinya sama sekali tidak memikirkan apapun lagi. Termasuk kisah cinta yang sudah mereka buat bersama. Clara tidak perduli, perkataan Reva begitu menyakitkan tentang Reyga kepada gadis malang itu.

"Bagus!" Reyga menunduk muak, lalu menatap Clara tajam, "apalagi? Mau bilang aku apalagi, hah?!" sungutnya tajam. Entah mengapa situasi diotak Reyga kini sudah berubah.

Baginya kali ini Clara lah yang bodoh. Ya! Sangat bodoh.

"Penghancur masa depan cewek. Lo itu emang gak ada otak ya, Rey. Lo tega merkosa Reva demi nafsu bejat lo." Reyga hanya mengangguk dua kali, dan menatap Clara seakan menunggu Clara melanjutkan kalimatnya. Tetapi Clara hanya diam, sambil menggigit bibirnya menahan tangis.

Sebelah alis Reyga terangkat. "Trus?"

"Brengsek!" desis Clara, dan saat itu juga air mata Clara mengalir, bersamaan ketika gadis itu menunduk.

Clara kecewa dengan Reyga.

"Yah, trus? Apalagi? Bajingan? Katain aku sesuka hati kamu! Aku gak perduli, karna perkataan Reva tadi," Reyga mencengkam rahang Clara kuat membuat sang gadis makin terisak,

"gak ada benarnya. Bodoh kalau kamu percaya sama perkataan dia!" Reyga memalingkan tangannya diwajah Clara membuat gadis itu dengan kasar memalingkan wajahnya.

"Jahat! Lo jahat sama gue! Emang pada sadarnya lo itu kasar, cuma bisa ngehancurin kepercayaan gue, dan masa depan–MMPPHHH!" Clara mendadak terhentak ke belakang kala Reyga mendorongnya kasar, saat itu juga Clara merasa Reyga membekap wajahnya menggunakan bantal sofa dengan kuat, hingga membuatnya susah bernafas.

Reyga emosi. Sungguh.

"Bodoh! Kenapa kamu percaya sama si Iblis, Clara?! Kenapa aku punya pacar bodoh banget kaya kamu?! Arghhh!" Reyga terus membekap bantal sofa tersebut dengan kuat, tak peduli dengan Clara yang sudah berteriak tertahan, serta tangan gadis itu yang memukul-mukul dirinya meminta untuk dilepaskan.

Clara masih terus berusaha meminta Reyga melepaskan bantal sofa yang kini sedang tertekan sangat kuat di depan wajahnya. Namun semakin lama gadis itu semakin lemah, sampai pada akhirnya dia kembali bernafas sesudah Reyga membuang bantal sofa itu kesembarang arah dengan kasar.

Tangan Clara langsung menutupi wajahnya, dirinya kembali menangis, kali ini suaranya begitu kencang di seluruh ruangan apartemen Reyga.

Reyga sangat kasar sungguh.

"KENAPA LO GAK BUNUH GUE SEKALIAN, REYGA! Hiks, hiks, hiks!" Clara berteriak merasa hatinya begitu sakit setelah melihat sikap Reyga kepadanya barusan.

"Ya, nanti kamu aku bunuh." balas Reyga datar, pandangannya lurus ke depan, maniknya kini sedang memancarakan kekesalan yang begitu meluap-luap.

"Lo emang jahat! Nyesel gue bisa ketemu sama orang gila, psikopat kaya lo! Gue benci lo, Reyga." setelah mengatakan itu Clara bangkit dari posisinya, dan dengan sesegera mungkin keluar dari apartemen Reyga.

Namun, baru saja gadis itu melangkah satu langkah menjauhi Reyga, pria itu lebih dulu menahan tangannya. Erat, sangat erat membuat Clara agak meringis karna Reyga menahan tangannya sangat erat. Tidak seperti biasanya.

"Bangsat! Lepasin gue!" Clara berbalik, sambil mengeluarkan perkataan kasarnya kepada Reyga, gadis itu mencoba melepaskan tangan Reyga darinya, namun Reyga tidak membiarkan tangan mereka terlepas.

Hingga pada akhirnya Reyga tidak kuat dengan Clara yang terus menghinanya, itu membuat Reyga kesal. Karna bagi Reyga, yang dikatakan Clara saat ini, iyu sangat berlebihan.

PLAK!

Tidak. Bukan Clara yang menampar Reyga. Tetapi Reyga lah yang menampar pipi Clara, hingga membuat gadis itu tertunduk memegangi pipinya yang terasa panas. Tak tanggung-tanggung, Reyga menamparnya cukup kencang. Dari sini, rasa benci Clara kepada Reyga bertambah.

"Mulut kamua kasar banget. Siapa yang ngajarin, hah? Siapa?!" Reyga memasukan kedua tangannya disaku celananya.

Clara memalingkan wajahnya sambil berdecih, tanpa mau menjawab pertanyaan tanpa perlu jawaban itu, Clara bergumam, "Bajingan."

"Jangan lupa, orang ini bakal jadi suami kamu, Clara."

Clara mendecih. "Kita bisa pisah. Dan lo bisa bertanggung jawab atas nafsu bejat lo ke Reva."

"Ninggalin kamu demi Reva?" Reyga mendecih, "itu gak ada dikamus aku, Clara."

"Pokoknya gue benci sama lo. DAN GUE GAK MAU PSIKOPAT KAYA LO BAKAL JADI SUAMI GUE. Gue gak mau nyesel, Reyga. Please, sampe di sini aja. Gue gak kuat, hiks." Clara kembali menangis, tangannya memegangi dadanya yang terasa sangat sesak.

Reyga yang melihatnya hanya tersenyum sinis. Hatinya begitu sakit melihat gadis kesayangannya menangis seperti ini. Bisa Reyga rasakan kehancuran di diri Clara, namun Clara itu bodoh. Seharusnya gadis itu tidak menangis seperti ini. Dan jangan lupakan kalimat yang keluar dari mulut Clara barusan, itu sungguh membuat Reyga naik darah.

BRUK!

Reyga menghempaskan tubuh Clara hingga membentur tembok dengan kencang, membuat gadis itu meringis kesakitan di area punggungnya. Namun Reyga tidak peduli, dengan tangan yang sudah menumpu dikedua sisi Clara, Reyga mulai membungkam bibir Clara dengan bibirnya.

Dengan kasar Reyga mencium Clara secara sepihak, disituasi seperti ini Clara tidak mungkin membalas ciumannya. Bahkan ciuman yang Reyga lakukan untuknya terbilang sangat kasar dari ciuman mereka sebelumnya.

"Aaakhh!" Clara meringis, Reyga menggingit bibirnya kuat, hingga Clara yakin bahwa bibirnya sudah berdarah karna ulah Reyga.

"Aku gak bakal biarin kamu ngomong itu lagi." desis Reyga pelan disela ciuman mereka, Clara hanya bisa terisak sampai-sampai bibir Reyga kembali menghujam bibirnya, kali ini lebih agresif.

Ganteng, Romantis, Tapi SadisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang